Sukses


Donald Trump Ancam Masa Depan MLS?

Bola.com, Jakarta - Donald Trump dipastikan terpilih sebagai presiden Amerika Serikat yang ke-45 setelah mengungguli rivalnya, Hillary Clinton. Sosok Trump yang kontroversial memicu berbagai reaksi dari banyak kalangan termasuk penggiat sepak bola di Amerika Serikat.

Trump bukanlah tokoh yang familiar di sepak bola. Tidak banyak tindak tanduknya yang berhubungan dengan olahraga tersebut.

Satu di antara keterlibatan Trump di sepak bola adalah ketika melakukan drawing babak perempat final Piala Liga Inggris 1992. Melalui proses drawing, ia mempertemukan dua klub yang memiliki sejarah rivalitas, yaitu Leeds United dengan Manchester United.

"Sepertinya laga ini adalah sebuah laga yang menarik antara dua klub besar Inggris, mungkin saya tertarik untuk menyaksikan pertandingan tersebut," ucap Trump pada waktu itu.

Sepak bola adalah olahraga yang akrab dengan imigran. Berbagai macam budaya, agama dan tradisi bercampur di sepak bola. Esensi utama dari sepak bola adalah menyampingkan segala perbedaan untuk meraih obyektif yang ditargetkan.

Selama beberapa tahun terakhir, Liga Sepak Bola Amerika Serikat atau Major League Soccer (MLS) dijadikan sebagai destinasi alternatif para pesepak bola profesional. Kedatangan David Beckham ke Los Angeles Galaxy pada 2007 turut membantu sepak bola menjadi salah satu olahraga favorit di negara tersebut.

Sejak MLS kali pertama bergulir pada 1993, tercatat ada 113 negara yang diwakili oleh para pemainnya untuk tampil di kompetisi tersebut. Namun dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, bukan tidak mungkin kalau sepak bola di Amerika Serikat akan terkena imbas dari kebijakan yang akan dibuatnya.

Satu di antara kampanye Trump adalah mengawasi ketat proses imigrasi di Amerika Serikat. Kondisi tersebut mengancam kelangsungan karier para pemain asing yang berlaga di MLS.

Para pemain yang berasal dari negara-negara Afrika, Asia, dan Eropa mungkin akan berpikir berulang kali untuk menjajal kompetisi sepak bola di Amerika Serikat. Hal tersebut tersirat dari pernyataan pemain Bayern Munchen, Javi Martinez, dalam akun twitter-nya.

"Apakah ini akhir dari impianku untuk melanjutkan karier di MLS pada masa mendatang?" tulis Martinez.

Satu di antara komentar Trump yang paling ekstrim menyangkut ras dan diskriminasi etnis terjadi beberapa bulan lalu, sebelum penyelenggaraan Copa America Centenario di Amerika Serikat. Ketika itu, Trump mengingingkan Amerika Serikat membangun tembok agar warga Meksiko dan warga dari negara-negara Amerika Selatan tidak mudah untuk masuk Amerika Serikat.

Sebagai olahraga universal dan melewati batasan bahasa, sudah selayaknya sepak bola dijadikan sebagai media pemersatu masyarakat dunia dan alat untuk mengikis krisis global yang diakibatkan perbedaan etnis, ras, budaya, dan agama.

Sumber: Berbagai Sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer