Sukses


Ferdinand Sinaga, Maaf Riedl dan Kesempatan Kedua di Timnas

Bola.com, Jakarta - Striker Timnas Indonesia, Ferdinand Alfred Sinaga sudah banyak mendapatkan pelajaran. Striker berdarah Batak milik PSM Makassar itu pun coba mengambil hikmah dari kontroversi yang kerap ia ciptakan di masa lalu. Aksi kontroversial yang tidak hanya merugikan dirinya, namun juga sang istri Aghie Veronicca dan putranya yang mulai tumbuh besar, Fabio Devrant Sinaga.

Salah satu striker terbaik yang dimiliki Timnas Indonesia saat ini memang cukup akrab dengan kontroversi. Pemain kelahiran Bengkulu, 28 tahun silam, beberapa kali tersandung kasus yang membuatnya bolak-balik berurusan dengan Komisi Disiplin PSSI.

Mulai dari aksi tak senonoh kala berkostum PPSM Magelang, memaki wasit saat berkostum Persib Bandung, sikap emosional saat masih berkostum Sriwijaya FC, hingga aksi panjat pagar saat memperkuat Timnas Indonesia melawan ASEAN All Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 11 Mei 2014.

Bahkan, aksi tak pantas saat memperkuat Tim Merah Putih di SUGBK membuat citra Ferdinand di mata pelatih, Alfred Riedl memburuk. Nama pemain yang pernah memperkuat Pelita Jaya Karawang akhirnya tak masuk skuat di Piala AFF 2014.

Kala itu, Riedl tak memberikan penjelasan yang gamblang soal tak dipilihnya Ferdinand. Namun begitu, Ferdinand menyadari bahwa aksi panjat pagar di Senayan yang akhirnya memupus mimpinya untuk bermain di Piala AFF pertamanya bersama Timnas Indonesia.

“Faktor utama perubahan dalam diri saya adalah pengalaman yang sudah terjadi. Banyak kejadian, mulai dari sikap temperamental, sanksi Komdis, dan terakhir kejadian memalukan di Senayan. Saya belajar dari sana supaya tidak mengulangi lagi di masa depan,” ujarnya kepada Bola.com dalam sesi wawancara di Hotel The Sahid Rich Jogja, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Ferdinand Sinaga saat melawan Vietnam pada laga uji coba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Minggu (09/10/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

“Sekarang saya mencoba lebih dewasa, apalagi anak saya yang pertama sudah mengerti sepak bola. Dia akan marah kalau melihat mimik muka saya marah saat bermain. Itu yang membuat saya berpikir lebih panjang saat berada di lapangan,” ia menambahkan.

Selain keluarga, Ferdinand tak memungkiri bahwa peran suporter juga tidak kalah besar atas perubahan dirinya. Kritikan yang datang bertubi-tubi membuat Ferdinand sadar harus mengubah citranya sebagai pemain temperamental sebelum semuanya terlambat.

Cap sebagai pemain badung dan sulit diatur sudah terlanjur melekat dalam diri striker berkaki kidal ini. Tak sedikit pula oknum suporter yang tidak menyukai perangai pemain yang meraih gelar top scorer Indonesia Premier League bersama Semen Padang musim 2011-2012.

Soal ini, Ferdinand bisa memakluminya. Maka itu, perlahan-lahan ia coba mengubah citra tersebut dengan jarang bikin masalah dan fokus mengejar prestasi bersama Tim Juku Eja.

Sejauh ini, performanya bersama PSM terbilang apik dan jauh dari kontroversi. Kendati PSM masih berada di papan tengah, Ferdinand berhasil masuk deretan tiga besar bomber lokal paling subur di Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo dengan koleksi 10 gol. 

Jumlah gol Ferdinand hanya kalah dari Boaz Solossa (Persipura Jayapura) dan striker naturalisasi, Cristian Gonzales (Arema Cronus) yang sama-sama mengoleksi 11 gol. 

Ferdinand Sinaga, Timnas Indonesia. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

“Benar main bola itu harus ada emosi, tapi emosi yang positif. Kritikan itu yang saya pelajari, termasuk dari suporter yang tidak suka dengan saya. Semua itu untuk pembelajaran juga,” ucap Ferdinand dengan nada kalem.

Kini, Ferdinand bertekad mengukir prestasi bersama PSM yang sudah lama tidak meraih gelar prestisius di kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Juku Eja terakhir kali meraih gelar juara saat bergulirnya Liga Bank Mandiri musim 1999-2000.

“Puji Tuhan saya bisa bawa Persib juara dan saya ingin buat seperti yang sudah saya lakukan di Bandung. Setiap pemain tentu punya cita-cita membawa tim juara, tapi tidak sekarang, namun target kami tahun depan,” kata pemain yang menggondol gelar top scorer di Asian Games 2014 saat memperkuat Timnas Indonesia U-23 ini.

 

2 dari 3 halaman

Permintaan dari Riedl

Ferdinand tak henti-hentinya mengucap syukur. Pemain jebolan Timnas U-23 di SEA Games 2011 itu tak menyangka masih berada dalam benak pelatih Tim Merah Putih, Alfred Riedl dalam proses menyusun skuat menuju Piala AFF 2016.

Juru racik formasi asal Austria itu memilih untuk melupakan ‘dosa’ yang pernah dibuat Ferdinand di SUGBK, dua tahun lalu dan memberikan kesempatan kedua. Performa ciamik sang pemain bersama PSM membuka mata Riedl yang membutuhkan striker berkualitas agar Timnas Indonesia bisa berbicara banyak di Piala AFF 2016.

Setelah tak dipanggil dalam proses seleksi tahap awal dan laga uji coba melawan Malaysia, nama Ferdinand belakangan sulit untuk ditepikan Riedl. Selain karena performanya yang sedang oke, mantan striker Persib dan Sriwijaya FC itu juga sudah tak pernah lagi berulah.

Alhasil, sosok Ferdinand selalu menghiasi pemusatan latihan dan laga uji coba Timnas Indonesia sejak bulan September lalu. Saat anak asuh Riedl bermain imbang 2-2 melawan Malaysia, Ferdinand juga diturunkan sebagai pemain pengganti.

Ferdinand Sinaga mendengarkan arahan Alfred Riedl pada sesi latihan Timnas Indonesia di Stadion Manahan Solo Jawa Tengah, Senin (26/9/2016).  (Bola.com/Peksi Cahyo)

“Saya merasa senang dan sebuah penghargaan buat saya dipanggil lagi ke Timnas. Ada banyak pemain yang bermasalah dalam hal temperamen dan sikap yang kurang bagus, termasuk saya, tapi coach Riedl masih kasih kesempatan buat saya,” kata pemain yang baru mengoleksi tujuh caps ini.

Ferdinand pun bukan pemain yang tidak tahu diri. Maka itu, ia tidak akan menyia-yiakan kesempatan kedua yang diberikan Riedl untuk dirinya. Selain berambisi menembus skuat final Piala AFF 2016, iai ngin memberi bukti bahwa ia sudah berubah.

Dari pemain yang kerap bikin onar menjadi pemain yang berguna untuk Tim Merah Putih. “Meski belum 100 persen masuk skuat, setidaknya saya dapat kesempatan menjadi bagian dari skuat Timnas,” ia menuturkan.

Ferdinand juga mengakui sudah berbicara empat mata dengan Riedl begitu bergabung dalam pemusatan latihan Tim Merah Putih, beberapa waktu lalu. Satu yang paling ia ingat dan akan terus menjadi fokus Ferdinand adalah permintaan Riedl agar dirinya melupakan peristiwa di masa lalu dan fokus hanya ke pertandingan.

Ferdinand Sinaga, Timnas Indonesia. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pesan dari Riedl itu pula yang membuat Ferdinand tak mau lagi mengulangi kesalahan demi kesalahan yang membuat kariernya ternoda. Terlebih, kesempatan yang diberikan Riedl merupakan sesuatu yang sangat langka.

“Dia sudah menerima saya dengan sangat baik dan meminta saya untuk membuang sikap yang kurang baik dan mengabaikan semua omongan dari luar yang datang kepada saya,” kata Ferdinand.

3 dari 3 halaman

Punya 11 Tato

Selain skill memikat yang membuatnya menjadi salah satu striker top di Indonesia, Ferdinand juga dikenal sebagai pemain yang punya banyak tato. Pemain yang menimba ilmu sepak bola di akademi Persib itu kini memiliki 11 tato di tubuhnya.

Mantan pemain Persisam Samarinda (sekarang Bali United FC) itu pertama kali merajah tubuhnya pada 2010. Ia merajah tubuh di bagian lengan kiri dan kanan, perut sebelah kiri, punggung, dan leher bagian belakang.

Di tangan kanan Ferdinand terdapat tato dengan gambar istri dan kedua anaknya, serta nama putranya, Fabio. Sedangkan di lengan kiri terdapat nama sang istri, Aghie Veronicca dan gambar Yesus.

Selain itu, terdapat pula pula gambar Bunda Maria di bagian perut sebelah kiri, gambar salib di bagian belakang leher, Doa Bapa Kami di bagian punggung, dan Rosario yang terletak di salah satu bagian tubuhnya.

Pemain Sriwijaya FC, Ferdinand Sinaga usai menjalani sidang Komisi Disiplin di Hotel Century, Senayan. Jakarta, Jumat (4/12/2015). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Soal banyaknya tato yang ada di bagian tubuhnya, Ferdinand sama sekali tidak merasa risih. Hal ini dikarenakan ia tidak sembarangan dalam membuat tato. “Semua tato punya makna tersendiri karena sebenarnya saya juga tidak terlalu hobi bikin tato yang hanya sekadar iseng saja,” kata Ferdinand.

Ia menegaskan tidak punya tato yang paling favorit dari 11 tato yang berada di tubuhnya. Bagi Ferdinand, semua tato tersebut penting karena menggambarkan sisi religius, pengingat bagi dirinya sekaligus menambah kepercayaan diri saat beraksi di lapangan hijau.

“Semua tato saya suka dan punya makna yang luar biasa karena saya selalu bikin tato yang memiliki arti,” ucapnya penuh antusiasme.

Ferdinand Sinaga, Timnas Indonesia. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Sementara itu, Ferdinand mengaku tidak memiliki rencana untuk menambah koleksi tato yang berada di tubuhnya. Ayah dua anak ini sudah merasa cukup dengan 11 tato yang ada sekarang.

"Setiap orang mungkin punya pandangan berbeda soal tato, tapi buat saya tato merupakan bagian dari seni," pemain yang mengidolakan mantan bintang Brasil dan Barcelona, Rivaldo ini mengakhiri.

Video Populer

Foto Populer