Sukses


Curhat Keluarga Kiper Brunei yang Kebobolan 25 Gol di Piala AFF

Bola.com, Yangon - Kiper Timnas Brunei Darussalam, Ak Muhd Amirul Hakim Pg Zulkarnain, mungkin tidak membayangkan bila ia akan pulang ke negaranya dengan status sebagai penjaga gawang paling banyak kebobolan selama fase penyisihan grup Piala AFF U-18 2017. Hakim kemasukkan sebanyak 25 gol dari empat laga di penyisihan Grup B!

Jumlah kebobolan itu jadi yang terbanyak, tidak hanya di Grup B melainkan juga di Grup A. Dari  statistik, ke-25 gol kebobolan Brunei semuanya terjadi saat Hakim berada di bawah mistar. 

Kiper kelahiran 13 Agustus 2000 itu memang kiper utama Timnas Brunei U-19. Ia selalu bermain dalam empat pertandingan yang dijalani Brunei di penyisihan Grup B. Termasuk saat pertandingan melawan Timnas Indonesia U-19 yang berkesudahan 0-8 di Stadion Thuwunna, Yangon, Rabu (13/9/2017).

Tentu hal ini tidak diharapkan Hakim saat kali pertama datang ke Yangon bersama rekan satu timnya untuk mengikuti turnamen bergengsi di kawasan Asia Tenggara ini.

Meski begitu, Hakim dan juga para pemain Brunei tak lantas berkecil hati. Di mata keluarga tercinta, mereka dinilai sudah tampil luar biasa dengan berusaha melakukan yang terbaik saat di lapangan.

Tidak ada kesan sedih atau mencari kambing hitam atas kekalahan telak Brunei dari lawan-lawan yang dihadapi Brunei pada Piala AFF U-18 kali ini dari keluarga para pemain.

Kesan itu ditangkap Bola.com saat berbincang dengan keluarga Hakim dan orangtua sang kapten tim, Muhammad Wafi Aminuddin.

"Mereka sudah melakukan yang terbaik. Tak apa. Mereka masih berproses, masih belajar," kata Hj. Rashidah binti Hj. Mohd Hanifah, ibunda Wafi, seolah hendak membesarkan hati sang putra.

"Kami akan tetap mendukung dan mengarahkan karena kami ingin putra-putra kami berhasil dalam karier sepak bola mereka," timpal Ak Muhd Amirul Hazim Pg Zulkarnain, ayahanda Hakim.

2 dari 2 halaman

Bukan Tim Terbaik

Keluarga Hakim dan Wafi jadi sedikit keluarga dari pemain yang datang langsung ke Yangon untuk mendampingi dan  mendukung perjuangan putra-putra mereka. Keluarga Hakim misalnya, mereka datang satu keluarga bersama adik-adik Hakim dan ibunda tercinta.

"Kami sudah di Yangon sejak 3 September. Tentu saya tak ingin anak saya kebobolan banyak gol, tapi semua bukan kesalahannya saja. Jadi, memang masih banyak yang harus diperbaiki oleh tim ini," lanjut Hazim.

Hazim dan Rashidah mengungkapkan bila mereka dan orangtua para pemain Brunei lain memang kerap mendukung langsung di mana pun turnamen yang diikuti putra mereka bersama Timnas Brunei digelar.

Mereka juga rajin menyambangi putra-putra mereka saat latihan. Tak heran mereka sangat mengerti perkembangan putra-putra mereka di lapangan termasuk perkembangan tim.

"Perlu Anda ketahui, tim Brunei yang ada di turnamen ini sebenarnya bukan tim terbaik karena beberapa pemain utama tak bisa gabung karena sedang menjalani ujian. Itulah kendala pemain-pemain di usia seperti mereka sekarang. Masih harus memikirkan pendidikan, jadi harus menempuh berbagai ujian di sekolah," ungkap Rashidah.

Meski begitu, Hazim menyadari sang putra harus terus menempa diri untuk menjadi lebih baik sepulang dari Yangon. Pasalnya, perjalanan karier sang putra masih panjang, termasuk dalam waktu dekat kemungkinan besar ia kembali  dipanggil untuk mengikuti kualifikasi Piala AFC U-19 di Korea Selatan, mulai akhir bulan Oktober mendatang.

"Saya, ibunya, dan adik-adiknya akan terus mendukung Hakim. Apa yang terjadi sekarang, kami yakin akan
membuatnya jadi lebih baik," kata Hazim.

Keluarga para pemain Brunei ini akan kembali ke negara asal pada Kamis (14/9/2017) atau hampir dua pekan setelah berada di Yangon bersama putra-putra mereka. "Kami berangkat dan pulang tidak bersama rombongan tim. Jadi kami murni datang atas inisiatif sendiri untuk mendukung putra-putra kami," ucap Hazim.

(Laporan jurnalis Bola.com Aning Jati dan fotografer Liputan6.com Yoppy Renato dari Yangon, Myanmar)

Video Populer

Foto Populer