Sukses


Asal-usul Julukan Unik 4 Pelatih Arema

Bola.com, Malang - Arema FC masih mempertahankan komposisi tim pelatih dari legenda klub di Liga 1 2017. Meski Aji Santoso sudah mengundurkan diri pada paruh musim, Arema masih memiliki kuartet Joko Susilo, Kuncoro, Singgih Pitono dan Yanuar Hermansyah.

Berasal dari generasi yang sama semasa aktif, kuartet pelatih Tim Singo Edan terlihat sangat dekat. Yang paling unik, empat pelatih itu masih menyimpan nama panggilan 'nyleneh' satu sama lain. Beberapa kali mereka saling panggil julukan masing-masing, seperti Getuk, Lele, Begal,dan Singh Piton.

Di lingkungan keluarga besar Arema, julukan tersebut sudah tidak asing. Namun untuk lingkup nasional, masih belum banyak yang tahu. Mungkin baru Getuk atau Begal saja julukan yang dikenal oleh pihak luas.

Namun, bagaimana asal munculnya nama unik itu? Berikut penuturan para pelatih Arema FC secara langsung kepada Bola.com:

2 dari 5 halaman

Joko Susilo

Panggilan Getuk sudah lekat dengan pelatih kepala Arema FC, Joko Susilo. Tidak hanya di Malang, tapi juga secara nasional karena semasa bermain, dia sering pindah-pindah klub dan memakai nama sebutan itu. Lantas siapa yang pertama memberi julukan itu?

Ternyata Joko Susilo dipanggil Getuk ketika masa awal membela Niac Mitra Surabaya tahun 1990. "Sebelumnya saya main untuk PPSM Magelang. Saat ke Mitra bawa oleh-oleh makanan khas daerah sana, makanan Getuk. Selain itu, ketika masih aktif bermain saya terbilang ulet, ditabrak lawan langsung bangkit. Jadi ulet seperti Getuk. Pengurus Niac Mitra yang pertama kali memberi panggilan itu," kenang dia.

Saat bermain, pelatih berusia 47 tahun ini berposisi sebagai striker sehingga dia sering mendapatkan ganjalan dari pemain belakang lawan, namun selalu bisa bangkit. "Saya cuma dua kali cedera parah di tulang bahu. Selain itu, alhamdulillah nggak pernah cedera meski dihajar lawan," lanjut dia.

Namun pria kelahiran Cepu itu tidak risih dipanggil layaknya makanan khas Magelang. "Dulu hampir semua pemain punya nama panggilan. Saya terima saja dipanggil Getuk. Kan filosofinya bagus. Ulet," candanya.

Getuk merupakan makanan yang terbuat dari singkong. Makanan ini mudah ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pelatih berlisensi A AFC ini juga cukup suka melahap makanan itu. Tapi setelah menetap di Arema, dia tak lagi membawa oleh-oleh makanan getuk.

3 dari 5 halaman

Kuncoro

Jika ada yang memanggil Kuncoro dengan Lele, sudah pasti itu adalah teman dekatnya saat masih jadi pemain. Karena jarang ada yang berani memanggilnya dengan sebutan itu, termasuk para pemain Arema sekarang.

Jika ada anak buahnya yang memanggilnya Lele, dia akan langsung mengejarnya. Meski sedikit marah, dia tetap memberikan pelajaran dengan memukul atau menendang pemainnya dengan gestur bercanda.

Ada apa sebenarnya dengan sebutan Lele? Ternyata Kuncoro dapat nama itu saat mengawali kariernya sebagai pemain Arema era 90-an. Ceritanya, jempol kaki Kuncoro memiliki kapalan atau daging tumbuh. Sebab, saat masih muda, pria asal Kabupaten Malang ini sering memakai sepatu yang ukurannya lebih kecil ketimbang kakinya.

Sehingga bentuk benjolan di jempol kakinya dianggap menyerupai kepala ikan lele. Suatu ketika, saat Kuncoro tidur di mes pemain Arema, ada temannya yang menyelinap masuk. Dia sengaja mendandani jempol kaki Kuncoro menyerupai kepala Lele.

"Waktu tidur jempol kaki saya ditempeli dua helai sapu yang hitam, jadi menyerupai kumis lele. Setelah kejadian itu semua jadi ikut panggil saya lele," ceritanya.

Saat Arema tur ke kandang Persela Lamongan, Kuncoro selalu jadi bahan ledekan karena salah satu maskot daerah itu adalah ikan lele. "Pemain dulu bercandanya memang kelewatan. Ada saja bahan yang digunakan untuk bercanda. Tapi hal seperti itu yang bikin semua merasa seperti keluarga," jelasnya.

4 dari 5 halaman

Yanuar Hermansyah

Julukan pelatih kiper Arema, Yanuar Hermansyah bisa dibilang paling berisiko. Dia dipanggil Begal alias perampas barang di jalanan sejak bermain di Arema. Andaikan di tempat umum, ada orang yang memanggilnya sambil berteriak, bisa jadi dia akan dikejar banyak orang.

"Saya sendiri tidak menyangka dipanggil Begal. Namun, kalau sekarang ada orang yang memanggil nama Yanuar, terasa seperti ada jarak. Lebih dekat dan biasa kalau memanggil saya Begal," jelasnya. Lebih lanjut, mantan palatih kiper Persiwa Wamena ini mendapatkan julukan Begal karena salah tempat lapangan.

"Waktu itu saya masih di Arema saat awal karier menjadi pemain. Saya berangkat latihan menuju lapangan yang biasa dipakai, tapi lokasinya sangat sepi. Setelah menunggu lama sampai petang, tidak ada pemain muncul. Saya memutuskan pergi ke mes dan ternyata Arema latihan di lapangan lain. Dari situ muncul candaan kalau saya dianggap tidak berniat latihan, tapi mau begal orang di lapangan yang sepi tadi," jelas pria yang mengawali karier melatih di Akademi Arema tersebut.

Wajah mantan kiper Gelora Dewata itu memang garang sehingga pemain lain merasa pas memberikan julukan Begal kepadanya. "Begal itu pekerjaan utamanya, namun pekerjaan sampingan justru jadi pelatih kiper," canda Kuncoro yang merupakan salah satu pemberi julukan Begal.

Saat ini, justru nama Begal lebih terkenal ketimbang nama Yanuar Hermansyah. Maklum, ada beberapa nama Yanuar yang menghiasi dunia sepak bola Tanah Air.

5 dari 5 halaman

Singgih Pitono

 Semasa masih jadi pemain, Singgih Pitono merupakan striker yang disegani. Dia menggondol gelar top scorer saat Arema mejadi juara Galatama 1992-1993 silam. Maka itu, dia serasa bersih dari julukan minor.

Setelah ditelusuri, ternyata pria 50 tahun ini juga punya nama unik, yaitu Singh Piton. Sekilas, terkesan seperti hanya nama yang disingkat, namun julukan itu juga memiliki arti. "Pak Kuncoro (asisten pelatih Arema) yang paham. Menurut dia, Singh artinya India, Piton diartikan ular. Jadi ular India," jawabnya.

Wajah Singgih memang punya karakter seperti Indian sehingga namanya dipelesetkan sekenanya oleh teman-temannya kala masih jadi pemain Arema. "Kalau nggak salah, panggilan itu muncul ketika era juara Galatama," jelasnya.

Julukan ini tidak terlalu populer karena hanya rekannya semasa bermain yang tahu. Pemain Arema sekarang juga tidak tahu kalau Singgih Pitono punya julukan unik. Maklum, Singgih merupakan sosok asisten pelatih yang disegani karena jarang bercanda.

Wajahnya cukup serius baik saat latihan maupun pertandingan. "Sebenarnya ada juga panggilan Pak Tua. Waktu itu saya memang sudah berumur saat musim terakhir membela Arema. Jadi pemain muda-muda yang panggil saya Pak Tua," jelasnya.

Video Populer

Foto Populer