Sukses


Ada Cerita Miris di Balik Emas Tai Tzu Ying di Kejuaraan Asia

Bola.com, Taipei - Cerita miris mengiringi keberhasilan pebulutangkis tunggal putri Taiwan, Tai Tzu Ying, merebut medali emas Kejuaraan Asia Bulutangkis 2017 di Wuhan, China, 25-30 April. Pemain nomor satu dunia itu mengaku tak bisa menikmati pertandingan karena mengenakan kostum yang kebesaran.

"Saya harus menggulung lengan kaus dan kesulitan menyesuaikan celana saya yang ukurannya tidak pas. Jika saya mengikat tali celana terlalu kencang perut saya sakit, tapi kalau terlalu longgar bakal melorot," tulis Tai Tzu Ying di akun Facebook pribadinya, Senin (1/5/2017).

Menurut Tai, ini bukan pertama kalinya dia mendapat kostum yang ukurannya tidak pas. Sebelumnya, dia mendapat kostum yang kekecilan dari Federasi Bulutangkis Taiwan (CTBA).

Karena itu, kali ini dia sengaja meminta kostum ukuran pria karena merasa ukuran wanita terlalu kecil untuknya. Namun, kostum yang dia dapat malah kebesaran karena ternyata ukuran yang dipakai apparel rekanan CTBA berbeda dengan sponsor pribadinya.

Tai terbang ke Wuhan pada 23 April, tapi dia belum mendapat kostum dari CTBA sampai dua hari menjelang keberangkatan. Karena itu, dia tak punya waktu mengganti kostum tersebut.

"CTBA biasanya memberikan kaus kepada pemain saat waktunya sudah mepet. Jadi, kami tak sempat mencoba kostum tersebut untuk mengetahui apakah ukurannya sudah pas atau belum. Pemain dari negara lain bisa memakai kostum terbaik di turnamen besar seperti Kejuaraan Asia, Kejuaraan Dunia, dan Olimpiade. Pemain kami mungkin akan lebih nyaman saat bertanding jika memakai kostum yang pas, bukan kekecilan atau kebesaran seperti saat ini," kata Tai.

Tai berharap CTBA bisa menyediakan kostum yang ukurannya pas untuk seluruh pemain yang akan tampil pada Piala Sudirman 2017 di Gold Coast, Australia, 21-28 Mei. "Saya hanya meminta kostum yang membuat kami bisa bermain dengan nyaman tanpa harus memikirkan hal lain," ujarnya.

Menurut situs China Post, kontroversi kostum Tai Tzu Ying di Kejuaraan Asia membuat Menteri Pendidikan Taiwan Pan Wen-chung merasa malu. Sang menteri bahkan langsung memerintahkan Sports Administration agar menjalankan tugas secara lebih maksimal sebagai supervisor CTBA supaya kejadian tersebut tak terulang lagi di kemudian hari.

CTBA juga sudah merespons keluhan Tai Tzu Ying. Mereka memberikan ucapan selamat kepada Tai dan berjanji akan menyediakan kostum yang pas buat pemain berusia 22 tahun itu pada turnamen berikutnya. CTBA juga meminta pihak sponsor untuk lebih cepat dalam mengirim kostum sehingga para pemain punya waktu untuk mencobanya dan bisa segera mengganti jika ukurannya tak sesuai.

2 dari 2 halaman

Perang Apparel?

Menurut situs Badminton Planet, dari luar kontroversi kostum ini tampak hanya imbas dari miskomunikasi antara Tai dan CTBA. Namun, di balik layar sebenarnya ada perang terselubung antara dua apparel bulutangkis besar, yakni Yonex dan Victor.

CTBA memiliki kontrak sponsor dengan Yonex. Sementara itu, Tai punya kontrak individu dengan Victor.

Pada Olimpiade 2016, CTBA berselisih dengan Tai. CTBA mengancam akan menjatuhkan sanksi larangan bertanding selama setahun buat Tai yang memilih bermain dengan memakai peralatan tanding dari Victor, bukan Yonex yang merupakan sponsor federasi.

Publik rupanya memihak Tai. CTBA pun mundur. Mereka meminta maaf lewat media dan menjamin Tai tak akan menerima sanksi. Selain itu, mereka juga akan merevisi peraturan yang mengharuskan pemain memakai peralatan tanding dari sponsor federasi.

Tai memang punya kebiasaan menggulung lengan kaus saat bertanding. Namun, pada Kejuaraan Asia dia tampak jelas menggulung lengan karena tak nyaman dengan kaus yang kebesaran.

Hebatnya, meski ukuran kostumnya tak pas Tai masih mampu jadi kampiun setelah mengalahkan Akane Yamaguchi dari Jepang 18-21, 21-11, 21-18 pada babak final.

Tai Tzu Ying jadi orang Taiwan pertama yang meraih medali emas Kejuaraan Asia sepanjang sejarah turnamen. Gelar tersebut sekaligus menandai titel keenam Tai secara beruntun. Selain itu, Tai menjaga rekor tak terkalahkan sejak menjadi pemain nomor satu dunia pada Desember 2016.

Video Populer

Foto Populer