Sukses


    7 Duel Indonesia Vs Thailand di SEA Games yang Menguras Emosi

    Bola.com, Jakarta - Thailand yang menjadi lawan Timnas Indonesia U-22 pada laga perdana penyisihan Grup B SEA Games 2017. Kubu lawan adalah Raja Sepak Bola Asia Tenggara yang berstatus sebagai juara bertahan.  Pertandingan yang dihelat di Stadion Shah Alam, Selangor, Selasa (15/8/2017) bakal berlangsung tendi tinggi.

    Thailand layak disebut sebagai raja sepak bola Asia Tenggara. Mereka tidak hanya mendominasi raihan gelar juara di pentas Piala AFF saja tapi
    juga SEA Games.

    Tim Negeri Gajah Putih tercatat 15 kali meraih medali emas cabang sepak bola SEA Games. Jauh meninggalkan negara-negara lain. Hebatnya Thailand pernah juara beruntun selama 14 tahun dengan total delapan medali emas interval 1993 hingga 2007.

    Luis Milla tak bisa memandang remeh skuat asuhan Worrawoot Srimaka. Pertemuan terakhir kedua tim di Kualifikasi Piala AFC U-23 2018 yang digelar di Stadion Nasional Bangkok tak bisa jadi satu-satunya acuan. Tim Gajah Putih yang sukses ditahan imbang 0-0 oleh Tim Garuda Muda menyimpan sejumlah pemain terbaiknya.

    Mentalitas pemain muda Thailand menghadapi pertandingan dengan tekanan tinggi layak diperhatikan dengan seksama. Thailand jadi juara SEA Games di dua edisi terakhir yang dihelat di Myanmar dan Singapura. Buat mereka bertanding di kandang sendiri atau bukan, tak menjadi sebuah persoalan.

    Sepanjang sejarah SEA Games, Timnas Indonesia kerap bertemu Thailand. Beberapa pertandingan yang melibatkan kedua tim kerap menyajikan hasil dramatis. Bola.com mencatat ada tujuh pertandingan menguras emosi yang melibatkan kedua tim. Simak cerita detailnya, berikut ini:

     

     

     

    2 dari 6 halaman

    1977: Adu Jotos di Lapangan

    1. Indonesia vs Thailand 1-1 (Sea Games 1977)

    Tahun 1977 menjadi debut Timnas Indonesia di pentas SEA Games. Sayang, walau diunggulkan banyak pengamat bakal berprestasi, nyatanya langkah Tim Merah-Putih terhenti di fase semifinal. 

    Bahkan, sempat terjadi kericuhan di semifinal saat melawan Thailand pada Jumat, 25 November 1977. Menurut data Harian Kompas, 26 November 1977, pertandingan tersebut dihentikan wasit pada menit ke-60, setelah suasana di Stadion Merdeka, Kuala Lumpur, kacau karena para pemain kedua pihak terlibat dalam perkelahian massal.

    Awal kerusuhan adalah ketika pihak Indonesia marah atas wasit, Othman Omar asal Malaysia yang dianggap kerap mengeluarkan keputusan berat sebelah, lebih memihak ke Timnas Thailand.

    Wasit  pun pada akhirnya menetapkan Thailand sebagai pemenang dan mereka otomatis melaju ke final melawan Malaysia. Tim Merah-Putih dianggap kalah diskualifikasi 0-3.

    Sementara itu, di perebutan  tempat ketiga melawan Myanmar, Indonesia tidak hadir dengan batas waktu  yang ditentukan sehingga medali perunggu diberikan kepada Myanmar. PSSI memilih boikot karena kecewa dengan keputusan pengadil mendiskualifikasi Timnas Indonesia di fase semifinal.

    3 dari 6 halaman

    1979: Balas Dendam Tim Garuda

    2. Indonesia Vs Thailand 1-3 dan 3-1 (SEA Games 1979)

    Di ajang ini, Indonesia bangkit dan mampu tampil impresif sepanjang penyisihan grup yang dihuni oleh Malaysia, Thailand, Singapura, dan Myanmar.

    Peserta cabang sepak bola di SEA Games saat itu hanya lima tim saja. Tim Merah-Putih a hanya menelan satu kali kekalahan saat melawan Thailand 1-3.

    Tim Garuda yang dilatih arsitek beken asal Belanda, Wiel Coerver lolos ke semifinal dengan status runner-up grup dengan modal dua kali kemenangan (3-0 Vs Singapura dan 2-1 Burma) plus hasil draw 0-0 kontra Malaysia. 

    Memasuki babak semifinal Timnas Indonesia melakukan revans terhadap Thailand. Tiga gol Iswadi Idris (penalti), Berti Tutuarima, dan Joko Malis menutup kemenangan 3-1 atas Tim Negeri Gajah Putih di babak adu penalti setelah imbang tanpa gol hingga waktu normal.

    Sayang Timnas Indonesia gagal juara setelah digasak Malaysia 0-1 lewat gol tunggal Mokhtar Dahari.

    Nostalgia aksi Timnas Indonesia di SEA Games 1979 klik di sini.

    4 dari 6 halaman

    1985: Kekalahan Memalukan

     3. Indonesia vs Thailand 0-7 (Sea Games 1985)

    Tampil trengginas di Kualifikasi Piala Dunia 1986, Timnas Indonesia yang hampir lolos ke putaran final jika tak kalah dari Korea Selatan, tampil antiklimaks di SEA Games 1985.

    Pergantian tampuk pelatih dari Sinyo Aliandoe ke Bertje Matulapelwa jadi salah satu penyebab terpuruknya Tim Merah-Putih.

    Kekuatan timnas Indonesia seperti hilang sekejap dalam semi final Sea Games 1985. Skor telak 0-7 dari Thailand yang dikaitkan dengan digantinya pelatih dari Sinyo Aliandoe menjadi Bertje Matulapelwa.

    Namun setelah kekalahan 0-7 itu justru performa timnas menanjak meski dengan pelatih yang sama dan bahkan menjuarai Sea Games 1987 di Jakarta.

    Saat mengarungi penyisihan penampilan Timnas Indonesia terlihat kurang menyakinkan. Tim Merah-Putih lolos ke semifinal dengan status runner-up grup, itupun tanpa sekalipun meraih kemenangan.Rully Nerre dkk. hanya bermain imbang 1-1 melawan tim lemah Brunei dagn kalah 0-1 kontra Singapura.

    Timnas lolos dari lubang jarum karena Brunei kalah telak 0-3 dari Singapura.Performa jelek Timnas Indonesia berlanjut di babak semifnal. Tim tuan rumah tanpa ampun menjebol gawang kita sebanyak tujuh kali. Skor pertandingan ini sempat menimbulkan kontroversi. Timnas Indonesia dicurigai bermain sabun, sengaja mengalah. 

    Bertje Matulapelwa membayar dosa kekalahan dengan mengantar Timnas Indonesia menjadi juara SEA Games 1989, setelah menang tipis 1-0 atas Malaysia di partai final lewat gol, Ribut Waidi.

    5 dari 6 halaman

    1991: Adu Penalti Dramatis

    4. Indonesia Vs Thailand 4-3 (0-0) (SEA Games 1991)

    Guna mewujudkan target juara, PSSI pun mendatangkan pelatih asal Rusia, Anatoly F Polosin buat menangani Timnas Indonesia di SEA Games 1991 yang digelar di Manila. Pelatih asal Rusia ini dikenal sebagai sosok yang tegas.

    Banyak pemain senior mental di masa persiapan karena tak kuat mengikuti pola latihan fisik berat. Polosin mengandalkan banyak pemain muda di skuat Tim Garuda. WidodoCahyonoPutro, Sudirman, dan Aji Santoso deretan YoungGuns yang jadi tulang punggung Tim Merah-Putih. 

    Sepanjang babak penyisihan Grup B, Indonesia tampil perkasa karena tidak terkalahkan dari tiga laga saat melawan Malaysia (2-0), Vietnam (1-0) dan Filipina (2-1).

    Ujian berat bermula di babak semifinal karena Indonesia kembali menghadapi Singapura yang mengempaskan skuad Garuda pada 1989. Namun, skuad Garuda berhasil melaju ke final karena menang adu penalti 4-2 setelah bermain imbang tanpa gol hingga babak tambahan.

    Berjumpa Thailand di babak final Timnas Indonesia memastikan diri sebagai kampiun secara dramatis lewat drama adu penalti.

    Penggawa Garuda memaksa Thailand bermain imbang 0-0 di waktu normal, sebelum akhirnya menang 4-3 dalam drama adu penalti.

    Sudirman jadi eksekutor penalti penentu kememangan. Sementara itu kiper, Edy Harto jadi pahlawan setelah mementahkan eksekutor ke-6 Thailand. Tangis haru pemain dan juga Polosin pecah di Rizal Memorial Stadium.

    Cerita-cerita menarik perjuangan Timnas Indonesia di SEA Games 1991 klik di sini.

     

    6 dari 6 halaman

    2013: Kalah Tipis di Final

    5. Indonesia vs Thailand 1-4 dan 0-1 (SEA Games 2013)

    Rahmad Darmawan, yang dipercaya menukangi Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013 mencoba membayar utang kegagalan di edisi sebelumnya. Tim Merah-Putih gagal juara SEA Games di kandang sendiri setelah kalah adu penalti 3-4 melawan Malaysia.

    Di SEA Games 2013 Myanmar langkah Timnas Indonesia tersendat-sendat di fase penyisihan. Saat berjumpa Thailand yang saat itu dilatih Kiatisuk Senamuang, tanpa ampun Andik Vermansah cs. digasak 1-4.

    Timnas Indonesia U-23 lolos ke semifinal dengan status runner-up Grup B, setelah menang dramatis 1-0 atas tuan rumah Myanmar. Indonesia tertolong aturan head to head pertemuan dalam penghitungan klasemen.

    Usai mengalahkan Malaysia lewat adu penalti 4-3 (0-0), Timnas Indonesia U-23 kembali bersua musuh lama, Thailand.

    Dalam pertandingan yang dihelat Zayarthiri Stadium, Naypyidaw, Tim Garuda Muda kalah menyakitkan 0-1 lewat gol tunggal, Sarawut Masuk. Timnas Indonesia banyak mendapat peluang emas, namun kesulitan mengkonversikannya menjadi gol.

    "Kelemahan utama Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013 ketiadaan striker yang haus gol. Praktis kami mengandalkan lini kedua sebagai juru gedor. Andai kami punya penyerang tajam seperti di SEA Games sebelumnya, situasi mungkin bisa berbeda," ucap Rahmad Darmawan.

     

     

    Video Populer

    Foto Populer