Sukses


    Andakara Prastawa, Stephen Curry, dan Medali Emas SEA Games 2017

    Bola.com, Jakarta - Pebasket dengan tubuh kecil acap kali dipandang sebelah mata oleh beberapa kalangan. Namun, anggapan itu seakan sirna jika melihat performa point guard Golden State Warriors, Stephen Curry, saat beraksi di lapangan.

    Memiliki tinggi badan hanya 1,9 meter atau terbilang kecil untuk ukuran pemain NBA membuat Curry sadar akan batas kemampuannya. Pebasket berusia 29 tahun itu mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan menjadikan tembakan tiga angka sebagai senjata andalan.

    Curry memiliki statistik keberhasilan tembakan tiga angka mencapai 47,6 persen. Kemampuan ini yang menjadi salah satu kunci keberhasilan Golden State Warriors merebut dua gelar juara NBA pada 2015 dan 2017.

    Penampilan Curry yang luar biasa ternyata menjadi inspirasi bagi pebasket Indonesia, Andakara Prastawa Dhyaksa, untuk tak menyerah mengejar mimpi di dunia basket. Prastawa dan Stephen Curry tentu merupakan dua sosok yang berbeda, tapi kedua pebasket tersebut tampaknya berbagi sedikit DNA yang sama.

    2 dari 3 halaman

    Pemain Kecil Andalan Tim

    Pemain Kecil Andalan Tim 

    Benang merah antara Prastawa dan Curry terlihat dari posisi bermain dan postur tubuh. Jika kebanyakan bintang NBA memiliki postur besar seperti Michael Jordan, Kobe Bryant, hingga LeBron James, Curry justru membuktikan diri bisa menjadi pemain terbaik dengan hanya bermodal tinggi badan 190 cm.

     

    Pebasket Aspac, Andakara Prastawa, berusaha melewati hadangan pebasket Hang Tuah, Kelly Purwanto, pada laga IBL 2017 di Britama Arena, Jakarta, Sabtu (18/2/2017). Aspac menang 72-62. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

    Seperti halnya Curry, Prastawa telah menjadi tumpuan tim Aspac Jakarta sejak pertama kali memulai debut pada 2012. Bahkan pebasket berusia 25 tahun tersebut langsung memberikan gelar juara untuk Aspac pada musim debutnya setelah membantu timnya mengalahkan Pelita Jaya Energi-MP dengan skor 63-50 di partai final Championship Series di GOR UNY, Yogyakarta, Minggu (26/5/2013).

    Berkat performa apik bersama Aspac Jakarta di musim perdana, Prastawa dianugerahi gelar Rookie of the Year dan Sixth Man of the Year NBL Indonesia. Untuk Sixth Man of the Year Prastawa bahkan berhasil meraih sebanyak dua kali yakni pada 2013 dan 2016.

    3 dari 3 halaman

    Spesialis Lemparan Tiga Angka

    Spesialis Lemparan Tiga Angka

    Tembakan tiga angka menjadi senjata menakutkan di dunia basket. Tak seperti dunk yang biasanya mampu membangkitkan semangat bermain, tembakan tiga angka sangat efisien untuk memperbesar atau memperkecil selisih skor dengan lawan. Tak jarang pemain yang memiliki kemampuan untuk melakukan tembakan tiga angka dianggap spesial.

    Kemampuan melepaskan tembakan tiga angka merupakan senjata yang dimiliki Curry dan juga Prastawa, sekaligus menjadi benang merah yang paling jelas antara kedua pemain tersebut. Bahkan baik Curry dan Prastawa sama-sama memiliki gaya menembak quick release yang jarang dikuasai pebasket lain.

     

    Andakara Prastawa Dhyaksa mengukuhkan diri sebagai penembak tiga angka terbaik pada IBL All Star 2017 di Britama Arena, Jakarta, Minggu (5/3/2017). (Bola.com/Reza Bachtiar)

    Quick release merupakan tipe menembak dengan melakukan lemparan ke depan bukan meloncat seperti yang biasanya dilakukan banyak pemain. Keahlian ini bisa dibilang sangat sulit dilakukan dan membutuhkan bakat untuk bisa menguasainya.

    Untuk urusan tembakan tiga angka, Prastawa memiliki bakat yang mengalir dari kedua orang tuanya yakni Rastafari Horongbalang dan Julisa Rastafari. Rastafari dan Julisa merupakan mantan pebasket nasional dengan keahlian tembakan tiga angka pada masa keemasan masing-masing.

    Kemampuan tersebut kemudian mengalir kepada Prastawa yang memiliki presentase keberhasilan tembakan tiga angka mencapai 35,7 persen per gim. Terakhir Prastawa mencatatkan namanya sebagai juara kompetisi tembakan tiga angka Indonesia Basketball League (IBL) 2017 dengan raihan 16 poin.

    Prastawa mengaku mendapat kemampuan menembak berkat latihan yang diberikan sang ibu, Julisa, yang telah memperkenalkannya dengan olahraga basket sejak berusia lima tahun.

    "Dulu kalau latihan shooting pasti selalu diawasi Mama, biasanya satu hari harus 100 lemparan yang masuk," ujar Prastawa kepada Bola.com.

    Kemampuan spesial Prastawa tersebut juga membuat penggemar basket menjulukinya sebagai Stephen Curry Indonesia. Mendapat julukan seperti itu tak membuat Prastawa terbebani, alumni SMA 3 itu justru semakin termotivasi untuk bisa memberikan yang terbaik seperti apa yang diharapkan para penggemarnya.

    "Jika dibandingkan dengan Stephen Curry tentunya level saya masih jauh di bawah dia. Namun, hal tersebut justru membuat saya semakin ingin memberikan lebih dan sebisa mungin tidak mengecewakan mereka yang sudah percaya dengan kemampuan yang saya," tutur pebasket yang gemar makan Sushi tersebut.

    Saat ini ada satu hal yang membuat Prastawa ingin mengikuti jejak Stephen Curry yakni mempersembahkan medali emas untuk tim nasional Indonesia. Curry telah dua kali meraih gelar juara bersama tim nasional Amerika Serikat pada ajang FIBA World Cup pada 2010 dan 2014.

    Adapun saat ini Prastawa memiliki kesempatan untuk bisa mempersembahkan medali emas untuk tim nasional Indonesia melalui ajang SEA Games 2017. Indonesia bakal melakoni partai final kontra Filipina, Sabtu (26/8/2017).

    Performa Prastawa sepanjang SEA Games 2017 terbilang cukup impresif. Meski kerap bermain dari bangku cadangan, Prastawa mampu mencatakan dobel digit poin ketika menghadapi Kamboja dan terakhir melakukan buzzer beater pada partai semifinal kontra Thailand. 

    "keinginan terbesar saat ini ingin membawa tim nasional basket Indonesia menjadi juara di SEA Games 2017. Prestasi terbaik Indonesia hanya medali perak di SEA Games dan saya ingin bisa mempersembahkan medali emas satu kali untuk negara ini," tutur Prastawa.

     

     

    Video Populer

    Foto Populer