Sukses


    Derita Anak Tiri Dejan Antonic dan Tragedi 8 Pelatih Asing Persib

    Bola.com, Bandung - Kabar lengsernya Dejan Antonic dari Persib Bandung pasca kekalahan telak 1-4 Tim Pangerang Biru dari Bhayangkara Surabaya United pada pekan keenam Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, pada Sabtu (11/6/2016) bukan sesuatu yang aneh. Tekanan terhadap pelatih asal Serbia tersebut terasa sejak dirinya merapat ke Tim Maung Bandung pada tertengahan bulan Februari 2016 silam.

    Dejan, yang sebelumnya melatih klub asal kota kembang lainnya Pelita Bandung Raya, menyadari dirinya akan terus dibanding-bandingkan dengan Djadjang Nurjaman, pelatih yang sukses mempersembahkan gelar Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015.

    "Saya menyadari situasi tersebut. Bobotoh akan selalu bicara apa yang dilakukan Djanur sebelumnya dan apa yang kini saya perbuat di tim ini. Tugas saya amat berat," ucap Dejan Antonic, saat dijumpai bola.com di sela-sela keikutsertaan klub di ajang Bali Island Cup di Denpasar.

    Bobotoh Persib punya ekspetasi tinggi terhadap Dejan. Ia diwajibkan meneruskan kejayaan klub. Sesuatu yang wajar mengingat Persib merupakan klub paling kuat secara finansial. Dengan sokongan dana berlimpah dari konsorsium pengusaha yang tergabung di PT Persib Bandung Bermartabat, klub bisa membangun skuat bertabur bintang dengan mudahnya.

    Kondisi itu mempermudah kerja Dejan. Pada awal kedatangannya ia diberi kebebasan berburu pemain-pemain top untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan bintang-bintang Tim Pangeran Biru sebelumnya yang hengkang ke klub lain.

    Pemain Persib Bandung Juan Belencoso gagal mengeksekusi penalti saat melawan Bhayangkara Surabaya United pada Torabika SC 2016 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Sabtu (11/6/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

    Semenjak jadi juara Piala Presiden 2015, tim juara Persib peninggalan Djadjang Nurdjaman bubar jalan. Firman Utina, Achmad Jupriyanto, Supardi Nasir, M. Ridwan, pemain-pemain senior yang punya pengaruh besar memilih pindah ke Sriwijaya FC, karena negosiasi kontrak baru dengan manajemen Persib menemui jalan buntu.

    Di sisi lain, dua pemain asing Illija Spasojevic (Montenegro) dan Makan Konate (Mali), yang merupakan motor permainan Maung Bandung, memilih bertualang ke Liga Malaysia, karena menganggap sepak bola Indonesia yang berkonflik tidak kondusif. Pilihan sama diambil Abdulrahman, yang menyeberang ke Liga Timor Leste.

    Bukan perkara mudah bagi Dejan memburu pemain-pemain dengan kualitas sama untuk menjaga stabilitas permainan Persib. Pasalnya, banyak di antara pemain berlabel bintang sudah punya klub. Mereka terikat kontrak, alias tidak bisa dikutak-atik untuk pindah ke klub lain.

    Selama dua bulan menukangi Persib, Dejan Antonic memboyong banyak pemain baru. Jika mau fair, kualitas mereka sebenarnya tidaklah jomplang dibanding pemain-pemain lawas yang pergi. Di antara 18 klub kontestan TSC 2016, materi skuat Persib bisa dibilang amat mentereng.

    2 dari 4 halaman

    Persib Bukan PBR!

    Siapa yang tidak kenal dengan Robertino Pugliara, playmaker asal Argentina yang tampil mempesona di Persipura Jayapura sebelumnya? Atau Samsul Arif, striker pelanggan Timnas Indonesia, yang jadi andalan di klub Arema Cronus. Begitupula Kim Jeffrey Kurniawan, pemain naturalisasi yang sukses mengantarkan PBR menembus semifinal ISL 2014.

    Striker asal Spanyol, Juan Belencoso, yang pada musim 2015 jadi Top Scorer Liga Hong Kong tak bisa diremehkan kualitasnya.

    Di sisi lain skuat lawas Persib masih menyisakan Atep, Zulham Zamrun, Vladimir Vujovic, Hariono, Taufik, yang punya rapor bagus saat membantu Persib juara ISL 2014 atau Piala Presiden. 

    Hanya saja ternyata kehadiran pemain-pemain tersebut tak lantas membuat performa Persib langsung mengkilap. Perombakan besar-besaran skuat memunculkan sebuah konsekuensi, yakni: Dejan punya pekerjaan rumah membangun kekompakan. 

    "Tim ini butuh berproses. Saya harap bobotoh bersabar. Saya tidak mungkin melakukan sulap, langsung bisa membuat penampilan Persib superior," ungkap Dejan.

    Pernyataan Dejan mungkin bisa dimaklumi jika ia mengarsiteki Pelita Bandung Raya. Tuntutan yang diinginkan fans tidak besar, karena memang klub bukan terhitung tim besar dengan sederet prestasi. Ia kini menukangi Persib, klub yang punya sejarah panjang sejak 1933. Suporter dan manajemen selalu menginginkan Persib jadi tim yang terbaik dari musim ke musim.

    Buat mereka status runner-up Bali Island Cup 2016 dan Torabika Bhayangkara Cup 2016, tidak cukup. Kegagalan menjadi yang terbaik di dua turnamen pengisi kevakuman kompetisi wajib dibayar saat Persib berlaga di pentas kompetisi tertinggi Torabika Soccer Championship 2016.

    3 dari 4 halaman

    Gagal Menyatukan Pemain

    Apesnya, skenario Dejan Antonic menyatukan kesehatian seluruh anggota tim tidak mulus di awal TSC 2016. Di sejumlah laga awal musim performa Persib tidak stabil.

    Hingga enam laga di TSC 2016, Persib hanya meraih satu kemenangan, yakni kala menjajal kekuatan Bali United dengan skor 2-0.

    Selebihnya hanya meraih hasil  imbang melawan SriwijayaTim Pangeran Biru FC (1-1), Pusamania Borneo FC (0-0), Persiba Balikpapan (1-1), dan Madura United (0-0). Duel kontra SFC dan MU jadi
    sorotan karena dihelat di kandang sendiri Stadion Si Jalak Harupat, Soreang.

    Kekalahan telak 1-4 dari Bhayangkara Surabaya United pada pekan keenam kompetisi, kian membuat pelatih beristri wanita asal Manado tersebut terpojok.

    Dejan mengaku sejak pertandingan pertama tak pernah merasa tenang memimpin tim asuhannya. Ia kerap terdistraksi oleh suara-suara sumbang dari Bobotoh Persib. "Sulit bagi saya bisa berkonsentrasi," ungkap Dejan yang akhirnya menyerah kalah, melempar bendera putih.

    Dejan merasa diperlakukan bak anak-tiri oleh bobotoh. Saat Djadjang Nurdjaman melatih Persib, pada musim pertama ia tidak langsung mempersembahkan gelar juara. Namun, situasi itu tidak lantas membuat posisi Djanur tersudut.

    Ia tetap mendapat dukungan berlimpah. Sosok Djanur sebagai pemain legendaris Persib, yang menjadi bagian "Generasi Emas" periode pengujung 1980-an hingga pertengahan 1990-an mungkin jadi penyebab bobotoh tidak terlalu cerewet kepada sang mentor.

    Apalagi saat Djanur melatih Persib, klub terbiasa menghadapi kegagalan. Terakhir tim berprestasi di Liga Indonesia 1995-1996. Saat akhirnya Djanur sukses mengakhiri puasa panjang gelar pada ISL 2014, situasi jadi tidak enak bagi pelatih penerusnya. Mereka dituntut menyajikan pencapaian yang sama dengan Djanur.

    Sosok Dejan, sebagai pelatih asing kian menyulitkan. Fakta sejarah menunjukkan kalau tidak ada pelatih asing yang berhasil mempersembahkan tropi.

    Dejan Antonic merupakan pelatih asing yang ke delapan yang menangani  Tim Pangeran Biru. Kutukan tersebut membayangi Dejan.

    Tujuh pelatih yang pernah singgah di Persib tersebut antara lain Marek Janota/Polandia (1982), Marek Andre Sledzianowski/Polandia (2003), Juan Antonio Paez/Cile (2003-2004), Arcan Iurie Anatolievici/Moldova (2006-2007), Darko Daniel Janackovic/Serbia (2 bulan di tahun 2010), Jovo Cuckovic/Serbia (2010), dan Drago Mamic/Kroasia (2011).

    Dari tujuh nakhoda asing tersebut, hanya Juan Paez yang mampu menyelesaikan tugasnya hingga akhir musim. Sedangkan enam pelatih lain tidak tuntas sesuai kontrak lantaran didepak manajemen dan ada yang mengundurkan diri di tengah kompetisi. Juan Paez hanya mampu menyelamatkan Persib dari degradasi.

    4 dari 4 halaman

    Arcan Iurie Saja Stres

    Dejan Antonic sejatinya bukan satu-satunya orang yang merasakan kursi panas menjadi pelatih Persib.

    Arcan Iurie, sempat buka kartu kalau tekanan besar dari bobotoh membuatnya stres berat. "Saya tidak nyaman, karena bobotoh mulai mengusik-usik keluarga saya. Dengan besarnya tekanan saya sulit berkonsentasi menjalankan tugas sebagai pelatih," ungkap arsitek asal Moldova dalam sebuah perbincangan dengan bola.com beberapa tahun silam.

    Legenda Persib, Robby Darwis, menyebut bobotoh sebenarnya tidak pilih kasih terhadap pelatih. Hampir semua nakhoda yang singgah di tim mengalami situasi sama. Mereka tidak akan nyaman menjalankan pekerjaannya jika penampilan Persib melempem.

    "Pekerjaan melatih Persib berat.Harus orang bermental tangguh menjalaninya," ungkap libero tangguh Persib era 1990-an yang beberapa kali masuk jadi staf pelatih di Tim Maung Bandung.

    "Pelatih Persib harus kuat mental yang tidak takut menghadapi konsekuensi pekerjaannya," ujar Umuh Muchtar, manajer Persib.

    Pernyataan Umuh memberi sinyal bahwa siapapun yang menjadi arsitek Persib ia harus punya hati yang besar.

    Dejan yang dikenal punya kepribadian melankolis ternyata tidak cukup siap menghadapi bara panas ini. Sejatinya, situasinya mungkin akan berbeda jika manajemen memberi dukungan bulat 100 persen kepadanya. Seiring penampilan Persib yang mengecewakan, manajemen yang juga terkena sasaran kritik bobotoh mulai campur tangan dalam area teknik. Situasi ini agaknya yang membuat Dejan 'pusing kelapa barbie' dan penyerah kalah.

    Pastinya siapapun pelatih Persib pengganti Dejan Antonic, ia tidak akan bisa duduk tenang sepanjang TSC 2016 ini. Jika performa Persib Bandung tak juga membaik, mereka juga bisa jadi sasaran tembak para fans.

     

     

    Video Populer

    Foto Populer