Sukses


    Sepak Bola Gembira ala Hanafi Bikin Pemain Perseru Makin Kreatif

    Bola.com, Serui - Perlahan tapi pasti, Perseru Serui mulai menemukan permainan terbaik di bawah arahan pelatih Hanafi pada pentas Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Salah satu resepnya adalah sepak bola gembira yang diterapkan sang pelatih.

    Ide Hanafi soal sepak bola gembira ini muncul karena dilatarbelakangi ketatnya jadwal pertandingan dan jauhnya perjalanan yang harus ditempuh Arthur Barios Bonai dkk., baik saat tandang maupun ketika pulang ke markas tim selama melakoni TSC 2016. Dengan rutinitas itu, Hanafi menilai para pemain bisa dihinggapi kejenuhan bila hati mereka tidak dibuat gembira.

    "Bagi kami perjalanan sangat melelahkan. Baik saat pulang untuk persiapan main di kandang maupun ketika akan tandang. Semua medan kami tempuh, mulai darat, laut, hingga udara. Jika tak dibuat gembira, kelelahan itu makin terasa," tutur Hanafi.

    Letak geografis Kepulauan Yapen di Papua dengan perbedaan waktu dengan wilayah lain di Indonesia, juga berpengaruh besar pada jam biologis pemain.

    "Perbedaan waktu akan menambah beban jetlag usai melakukan perjalanan udara. Kalau penerbangannya masih satu wilayah waktu yang sama tak akan terasa. Itu yang membuat jam biologis pemain terganggu," kata Hanafi.

    Perbedaan wilayah waktu itu menyebabkan istirahat pemain tidak teratur. "Misalnya, tim bertanding ke wilayah waktu Indonesia barat atau tengah. Perbedaan satu hingga dua jam berpengaruh. Tiba di kota tujuan, saat melihat jam masih siang atau sore. Padahal jika melirik jam di tangan yang masih memakai waktu Indonesia timur, di Papua sudah sore atau malam. Karena psikologis mereka berkata masih sore, pemain pun kadang enggan berangkat tidur," ungkap Hanafi.

    Kiat agar psikologis pemain tak terganggu, mantan pelatih Persipur Purwodadi itu menyarankan semua pemain tim Cenderawasih Oranye langsung mengubah tanda waktu baik yang ada di ponsel maupun di tangan, disesuaikan dengan waktu setempat ketika mereka tiba kota tujuan. Selain itu, Hanafi tidak pernah membebani pemain dengan target poin tertentu ketika bertanding. Dia hanya minta mereka menikmati permainan dengan hati senang.

    2 dari 2 halaman

    Bebaskan improvisasi

    "Kalau hati gembira, pikiran pun segar. Kalau otak segar, fisik tak merasa lekas capek. Dengan hati riang, emosi tak mudah tersulut ketika menghadapi masalah di lapangan. Apakah disebabkan kinerja wasit, provokasi dengan pemain lawan, maupun teror suporter," jelasnya.

    Pelatih asal Malang, Jatim ini hanya mengingatkan kepada pemain hasil akhir sepak bola itu ada menang, seri, dan kalah. "Biar pemain sendiri mau pilih hasil akhir yang mana. Toh, mereka juga sudah bisa mengukur kekuatan tim sendiri dan lawan. Kalau saya terlalu kaku, mereka akan malah tertekan. Karena sebelum bertanding mereka sudah lelah fisik dan mental," paparnya.

    Pemain Perseru Serui saat menunggu waktu keberangkatan dari Bandara Frans Kaisiepo, Kabupaten Biak. (Bola.com/Robby Firly)

    Yang jelas, kata Hanafi, para pemain harus tetap menjalankan skema permainan yang telah disepakati bersama saat briefing sebelum bertanding. "Karena main bola dengan gembira, pemain malah bebas berimprovisasi di lapangan. Saat menjamu Persib lalu, cara main mereka sedikit melenceng dari skema permainan yang disepakati. Tapi, saya lihat main mereka malah enak ditonton dan permainan tim berkembang," papar Hanafi.

    Sang pelatih paham bila pemain Papua yang rata-rata memiliki skill individu alami bagus, tidak jarang mereka pamer kelebihan itu di permainan. "Saya beri kebebasan pemain berkreasi dan improvisasi di lapangan. Tapi, mereka harus tahu momennya. Kapan saatnya pamer skill individu, kapan harus main secara tim. Saya lebih suka mereka menunjukkan ciri khas permainan sepak bola Papua yang indah, daripada text book yang kaku," jelasnya.

    Selain itu, Hanafi juga memosisikan dirinya secara tepat di depan anak buahnya. Meski sebagai pelatih kepala, Hanafi tidak menganggap dirinya sebagai bos. Tetapi, masing-masing tetap menghormati posisinya.

    "Perseru sebuah tim yang terdiri banyak orang dengan karakter berbeda-beda. Ada yang pendiam, cerewet, dan suka jahil saat bercanda. Saya harus membaur dengan mereka, karena saya juga bagian dari tim ini. Saya tak sungkan ikut terbahak-bahak ketika ada yang lucu saat pemain bercanda. Intinya, saya bukan tipe pelatih yang jaim dan gila hormat," tandasnya.

     

    Video Populer

    Foto Populer