Cerita Seru 3 Derby Panas di Jateng

oleh Aning JatiRonald Seger Prabowo diperbarui 07 Mei 2017, 08:15 WIB
Jawa Tengah menyimpan cerita seru perihal derby atau pertandingan sepak bola yang mempertemukan klub satu wilayah.

Bola.com, Solo - Pertandingan yang mempertemukan tim sekota atau satu wilayah dalam sepak bola selalu dinanti. Laga yang biasa disebut derby ini selalu menyuguhkan permainan yang berbeda dari biasanya karena balutan rivalitas dan gengsi.

Apakah tim itu berkiprah di level teratas suatu kompetisi atau tidak, tidak ada tim yang bersedia kalah dari tim tetangga bila keduanya bentrok.

Semua klub yang bersua dalam tajuk partai derby ingin mengecap kemenangan tidak hanya untuk meraih poin maksimal melainkan juga demi gengsi atau kehormatan. 

Begitu pula yang terjadi di level kedua kompetisi Indonesia, Liga 2 2017. Jawa Tengah, yang memiliki cukup banyak klub peserta di kompetisi kasta kedua di Tanah Air itu, tidak bisa terelakkan dari laga-laga derby.

Advertisement

Bola.com mencatat setidaknya ada tiga derby yang selama ini menarik perhatian pencinta sepak bola lokal maupun nasional. Ada yang sudah terjadi beberapa musim terakhir, semisal PSCS Cilacap melawan Persibas Banyumas, namun ada juga yang baru muncul seperti Persis Solo melawan Sragen United.

Partai derby ini secara historis terbentuk karena klub-klub ini dulu berada dalam satu karesidenan. Karesidenan adalah pembagian administrasi pemerintah dalam satu provinsi pada zaman pemerintahan Belanda.

Jawa Tengah tercatat memiliki enam karesidenan, yang terdiri dari beberapa kabupaten atau kota. Meski saat ini sistem karesidenan sudah tidak berlaku lagi, derby yang terjadi di Jawa Tengah masih mengacu pada hal itu.

Nah, musim ini klub di Jawa Tengah mana sajakah yang terlibat dalam partai derby? Berikut daftar dan cerita serunya:

2 dari 4 halaman

Derby Megono

1. Derby Megono
Klub: Persip Pekalongan dan Persibat Batang

Bagi pencinta kuliner lokal, sajian megono mungkin tidak asing lagi. Megono merupakan makanan khas dari dari daerah Pantura bagian barat mulai Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, sampai Kabupaten Pemalang, sehingga cocok untuk menamai derby yang satu ini. Yakni, yang melibatkan Persip Pekalongan dan Persibat Batang.

Kedua klub memang terletak di wilayah barat Pantura Jateng. Derby Megono yang mempertemukan Persibat dan Persip di penyisihan Grup 3 Liga 2 2017, sudah digelar di Stadion M. Sarengat, Batang, Sabtu (27/4/2017). Hasilnya, tim tamu Persip unggul 1-0.

Derby Persip versus Persibat ini baru kali pertama terjadi di kompetisi level kedua, mengingat Persibat promosi ke Divisi Utama pada 2015.

Kendati secara umum Persip lebih tua, Persibat lebih dulu menunjukkan eksistensi di kancah sepak bola nasional dengan lama berlaga di kompetisi Divisi II atau kasta kedua awal 2000-an. Sementara Persip promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia 2011 sebelum disusul Persibat, empat tahun berselang.

Persip Pekalongan jadi salah satu klub yang terimbas konflik berkepanjangan Menpora dan PSSI. (Bola.com/Romi Syahputra)

Meski rivalitas kedua tim baru seumur jagung, aroma gengsi tetap terasa saat pertandingan berlangsung bahkan hingga pertandingan berakhir.

Beberapa suporter Persibat menjadi korban pelemparan benda keras saat dalam perjalanan pulang ke Batang, tepatnya di daerah Tirto, Pekalongan, seusai mendukung tim kesayangan dalam lawatan ke markas PSCS Cilacap, Rabu (3/5/2017).

Aksi pelemparan batu terhadap mini bus yang membawa suporter Persibat itu ditengarai dilakukan oknum suporter Persip sebagai buntut dari Derby Megono yang terjadi beberapa hari sebelumnya.

Mengacu pada insiden itu, Derby Megono jilid ke-2 wajib mendapat perhatian lebih dari panpel maupun aparat keamanan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

3 dari 4 halaman

Derby Panginyongan

2. Derbi Panginyongan
Klub: PSCS Cilacap, Persibas Banyumas, Persibangga Purbalingga

Wilayah pesisir selatan Jawa Tengah bergairah dan panas karena bertemunya PSCS Cilacap, Persibangga Purbalingga, dan Persibas Banyumas di Grup 3 Liga 2. Derby Pangiyongan atau partai sesama klub di kawasan eks Karesidenan Banyumas memanaskan persaingan tiga tim di aliran Sungai Serayu tersebut.

Kata Panginyongan dipopulerkan penulis asal Banyumas, Ahmad Tohari, yang terkenal dengan karya trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Panginyongan berasal dari suku kata inyong, dalam bahasa Banyumasan berarti saya atau aku. Panginyongan merepresentasikan budaya dan bahasa Banyumasan.

Andri Arianto mencetak gol tunggal kemenangan PSCS atas PSGC di Cilacap, Rabu (26/4/2017). (Bola.com/Robby Firly)

Kebetulan saat gelaran Indonesian Soccer Championship (ISC) B 2016, ketiga tim itu sudah "pemanasan" dan bertemu di fase penyisihan awal. Hanya, PSCS lebih berjaya dengan merebut gelar juara di akhir turnamen usai menggulung PSS Sleman 4-3 di partai final.

Jika melihat ke belakang, PSCS mengawali kemajuan sepak bola di pesisir selatan Jateng seusai promosi ke Divisi Utama pada 2010. Dua tahun berselang, giliran Persibangga mengikuti langkah Cilacap. Sementara Persibas promosi ke Divisi Utama dari Liga Nusantara pada tahun lalu.

"Derby Panginyongan adalah bentuk kemajuan sepak bola Jateng di sisi selatan. Banyumas Raya juga satu-satunya eks karesidenan yang mengirimkan tiga wakil di kompetisi Liga 2. Antusiasme masyarakat sangat luar biasa," ujar Ketua Umum Persibas, Supangkat.

4 dari 4 halaman

Derby Surakarta

3. Derby Surakarta
Klub: Persis Solo, Sragen United

Sama seperti Derby Megono, duel Sragen United melawan Persis Solo bertajuk Derby Surakarta di Grup 4 Liga 2 2017 kali pertama terjadi. Maklum, selama ini Persis masih jadi kiblat sepak bola di eks Karesidenan Surakarta.

Beberapa klub lain di wilayah Solo Raya hanya berkutat di kompetisi level bawah seperti PSISra Sragen, Persiharjo Sukoharjo, maupun Persebi Boyolali. Hal itulah yang membuat klub berjulukan Laskar Sambernyawa itu memiliki basis suporter Pasoepati, yang juga tersebar di wilayah sekitar Kota Solo.

Namun, persaingan berjalan berbeda saat pengusaha muda bernama Indika Wijaya Kusuma membeli klub Laga FC dan berubah nama menjadi Sragen United.

Derbi Surakarta jilid pertama antara Sragen United melawan Persis Solo di Stadion Taruna, Sragen, Minggu (30/4/2017) berlangsung panas. (Bola.com/Ronald Seger)

Laga Derby Persis kontra Sragen United cukup menyedot perhatian penggemar olahraga bal-balan di Solo, Sragen, dan kota-kota sekitarnya. Terbukti, saat Derby Surakarta ini digelar pada Minggu (30/4/2017), Stadion Taruna, Sragen, yang berkapasitas 7.000 orang, tidak mampu menampung jumlah penonton yang membeludak.

Meski baru bentrok di Liga 2 2017, rivalitas sudah tersaji pada duel Sragen United versus Persis. Pertandingan berjalan panas dan sempat terhenti dua kali lantaran penonton yang meluber hingga ke lintasan lari hingga terjadinya keributan antarpemain.

Beberapa kali pemain kedua tim terlibat duel keras. Puncaknya, saat kiper Sragen United, Andi Setiawan, menendang pemain Persis, Dedi Cahyono Putro, menggunakan lutut. Alhasil, Dedi terkapar dan dilarikan ke rumah sakit.

Komdis PSSI pada Kamis (4/5/2017) sudah menjatuhkan sanksi pada Andi Setiawan akibat aksi tak terpuji itu dengan denda Rp 20 juta dan larangan beraktivitas sepak bola di lingkungan PSSI selama dua bulan.

Persis memenangi Derby Surakarta jilid pertama ini dengan skor 1-0, yang membuat derby jilid kedua nanti di Solo, diprediksi tidak akan kalah panas dan seru.

 

Berita Terkait