Luasnya Indonesia dan Tantangan Kontestan Mengarungi Duel Tandang di Shopee Liga 1 2020

oleh Aning Jati diperbarui 28 Feb 2020, 07:00 WIB
Pemain di Shopee Liga 1 2020 tidak hanya harus menghadapi tantangan berbau teknis, melainkan juga yang disebabkan kondisi geografis Indonesia.(Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Shopee Liga 1 2020 segera bergulir. Tinggal satu hari lagi kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia ini bisa kembali dinikmati setelah jeda sekira dua bulan lamanya.

Musim baru, Liga 1 2020 masih diikuti 18 kontestan, tiga di antaranya merupakan pendatang baru berstatus tim promosi dari Liga 2 2019.

Advertisement

Tiga tim promosi tersebut adalah Persiraja Banda Aceh, Persita Tangerang, dan Persik Kediri. 

Keberadaan Persija dalam daftar tim peserta Shopee Liga 1 2020 sangat menarik. Ini menjadi kali pertama setelah 2014, tim berjulukan Laskar Rencong ini kembali beredar di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Sebagai tim promosi, Persiraja tentu menghadapi tantangan untuk membuktikan diri memang layak tampil di Liga 1 alias tak sekadar numpang lewat. 

Namun, tidak hanya tantangan teknis yang harus mereka "kalahkan", melainkan juga tantangan geografis berupa luas wilayah negeri ini.

Persiraja, yang bermarkas di kota paling barat Indonesia atau paling ujung dari Pulau Sumatra, harus melakukan upaya ekstra setiap kali melakukan perjalanan tandang.

Mungkin hanya saat bertandang ke markas Persija Jakarta, Persita Tangerang, atau beberapa klub di Pulau Jawa saja, yang terbilang "ringan".

Itu pun dengan catatan, hingga tempat tujuan masih harus dilanjutkan dengan menggunakan moda transportasi lain untuk sampai di markas beberapa klub, di samping pesawat terbang yang dipastikan jadi moda transportasi utama untuk bepergian.

Persiraja juga kemungkinan harus menggunakan penerbangan yang membutuhkan transit, sekalipun untuk rute ke Pulau Jawa, untuk menekan pengeluaran.

Alasan lain, tidak adanya rute penerbangan langsung dari Banda Aceh menuju bandara terdekat di markas lawan, dan sebaliknya.

Belum lagi, jika tim besutan pelatih Hendri Susilo ini harus terbang memenuhi jadwal partai tandang ke Pulau Kalimantan, Bali, hingga Pulau Sulawesi.

Sungguh "beruntung" Persiraja bisa terhindar dari perjalanan panjang dari Banda Aceh menuju Jayapura, markas Persipura.

Hingga setidaknya putaran pertama Liga 1 2020, Persipura masih akan jadi tim musafir lantaran kandang asli Mutiara Hitam, Stadion Mandala, sedang direnovasi untuk persiapan venue PON 2020 Papua.

Sebagai opsi, Persipura memilih bermarkas di Stadion Klabat, Manado. Tidak seperti musim lalu, di mana Boaz Solossa dkk. menggunakan Stadion Aji Imbut (Tenggarong) dan Gelora Delta (Sidoarjo) sebagai markas sementara.

Alhasil, pengeluaran Persiraja untuk bertandang ke markas Persipura bisa lebih ditekan karena mereka tak harus terbang hingga ke Jayapura. Alih-alih, hanya sampai Manado saja. 

Video

2 dari 3 halaman

Subsidi dan Siasat

Skuat Persiraja Banda Aceh. (dok. Persiraja Banda Aceh)

Sesuai jadwal yang dirilis PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, pada putaran pertama ini, Persiraja akan melakoni partai tandang menghadapi Persipura pada 27 April 2020.

Pertandingan itu dimainkan tepat setelah Persiraja menjamu PSM Makassar di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh (20/4/2020).

Andai masih bermarkas di Stadion Mandala, Persiraja tentu harus terbang hingga lebih dari 10 jam lamanya, termasuk waktu transit.

Bola.com mencoba menyimulasikan perjalanan Persiraja menuju Jayapura dari Banda Aceh. Pada Kamis malam WIB (27/2/2020), kami membuka situs penyedia tiket secara online.

Harga penerbangan termurah untuk rute Bandara Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh) menuju Bandara Sentani (Jayapura) untuk keberangkatan 22 April dan kepulangan pada 28 April 2020 adalah Rp4,2 juta untuk penerbangan pulang pergi dengan waktu tempuh 11 jam 35 menit (dua transit).

Untuk waktu tempuh paling singkat yang ditawarkan, berdurasi 10 jam 40 menit, manajemen Persiraja harus merogoh kocek Rp4,61 juta per pax (satu pemain) untuk penerbangan pulang pergi.

Jika tim pelatih memutuskan membawa 18 pemain, jumlah yang dikeluarkan manajemen adalah Rp75,6 juta-Rp82,8 juta. Jumlah itu masih belum termasuk tim pelatih serta ofisial.

Pengeluaran itu masih bertambah lagi mengingat masih ada akomodasi selama beberapa hari.

Hal itu juga berlaku buat Persipura, andai menjalani partai tandang menuju Banda Aceh dari Jayapura. 

Namun, dengan Persipura memutuskan bermarkas di Stadion Klabat untuk sementara waktu, Persiraja bisa menekan pengeluaran laga tandang menghadapi juara empat kali ISL itu hingga separuhnya.

Tingginya harga tiket pesawat bahkan sempat membuat Persiraja harus transit ke Kuala Lumpur, Malaysia, ketika melakukan perjalanan tandang pada Liga 2 2019. Namun, Persiraja tak ingin mengulangi cara semacam itu di Liga 1 2020.

Menyadari Persiraja dan Persipura harus mengeluarkan bujet lebih dari kontestan lain di Shopee Liga 1 2020, PT LIB menganggarkan subsidi lebih buat dua klub yang bermarkas di ujung barat dan timur Indonesia itu.

Jika klub-klub peserta lain mendapat Rp5,2 miliar, Persiraja dan Persipura mengantongi Rp5,7 juta, lebih banyak Rp500 juta.

Meski tetap mensyukuri tambahan tersebut, Persiraja menganggap tambahan subdisi itu tidak berarti banyak dalam pos pengeluaran untuk partai tandang.

"Kami bersyukur mendapatkan dana subsidi lebih Rp500 juta. Tapi, kenaikannya kan tidak signifikan. Jumlah segitu kalau kami hitung cuma sekali away ke Makassar atau Banjarmasin," kata Rahmat Djailani, Sekretaris Umum Persiraja, beberapa waktu lalu.

Untuk menyiasat perihal bujet tinggi untuk perjalanan tandang, manajemen Persiraja berencana menggandeng satu di antara maskapai nasional demi menekan biaya transportasi.

3 dari 3 halaman

Cerita Horor dan Seru

Pemain Arema Cronus mengalami perjalanan tandang mengerikan menuju markas Perseru Serui. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Indonesia memang sungguh luas. Ada banyak gambaran untuk mempertegas luasnya Indonesia. Good News From Indonesia (GNFI) menuliskan, Indonesia lebih luas dari wilayah Eropa Barat yang dihuni 11 negara.

Pulau Kalimatan (yang masuk wilayah Indonesia), luasnya melebihi Thailand dan Spanyol, bahkan dua kali dari luas Inggris Raya. Lalu, Pulau Sumatra luasnya juga melebihi Jepang, enam kali luas Irlandia, dan 14 kali luas negara Chinese Taipei.

Kemudian, luas Provinsi Papua melebihi negara Italia, dua kali luas negara Yunani, dan 30 kali luas negara Jamaika.

Sungguh besar bukan?

Fakta lain, masih dilansir dari GNFI, Indonesia memiliki 17.504 pulau dan memiliki total luas wilayah darat hingga 1.919.000 km2.

Fakta ini menjadi tantangan luar biasa untuk sepak bola negara ini. Meski banyak pelaku sepak bola yang sudah terbiasa dengan rutinitas bepergian jauh dari satu pulau ke pulau lain untuk menjalani laga kandang, tidak sedikit pula yang merasa luar biasa bisa "meraba" secara langsung betapa luasnya Indonesia.

Satu contoh, pemain level dunia, Michael Essien. Mantan bintang Chelsea itu pernah merasakan "serunya" perjalanan menuju Serui yang berada di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, saat masih berkostum Persib Bandung.

Pada musim 2017, dari Bandung, Essien dan rombongan Maung Bandung merasakan perjalanan selama 24 jam hingga markas Perseru, yang kini sudah menjelma sebagai Badak Lampung FC.

Cerita lain, pada musim 2016, tim Arema merasakan pengalaman mengerikan. Dua speedboat yang mereka sewa untuk menuju ke Serui dari Biak, dihantam badai yang tiba-tiba muncul dalam perjalanan. Mereka sempat terombang-ambing di lautan lepas karena mesin satu di antara speedboat sewaan itu mengalami kerusakan dan mati.

Dan, masih ada lagi cerita-cerita "horor" lain yang pernah dirasakan rombongan klub Indonesia saat melakukan perjalanan tandang. Tentu, itu bagian dari profesi sebagai pesepak bola profesional yang memerlukan banyak aktivitas bepergian.

Ini juga sebuah tantangan, yang mungkin hanya terjadi di kompetisi sepak bola Indonesia, khususnya Liga 1, karena luas Indonesia yang sungguh luar biasa...

"Ada satu tempat yang membuat saya cukup pusing, yaitu Serui, Perjalanannya hampir 24 jam dari Bandung ke Serui. Tapi, itu sangat berkesan buat saya karena punya pengalaman baru di sana." Michael Essien, 2017.

Berita Terkait