Menanti Renovasi Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, Saksi Bisu Perjalanan PSM di Pentas Sepak Bola Indonesia

oleh Abdi Satria diperbarui 04 Apr 2020, 12:15 WIB
Tampak bagian di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin yang sudah lusuh. (Bola.com/Abdi Satria)

Bola.com, Makassar - Sejak diresmikan pada 6 Juli 1957, Stadion Andi Mattalatta Mattoangin (AMM) tak pernah tersentuh renovasi besar-besaran. Hanya perbaikan kecil untuk memenuhi standar minimal kelayakan sebuah turnamen atau kompetisi yang akan mereka ikuti. Misalnya, saat PSM menjadi tuan rumah babak 8 Besar Liga Champions Asia 2001.

Saat itu, PSM yang dikendalikan oleh Nurdin Halid menambah kapasitas penerangan lampu stadion plus memperbaiki sejumlah fasilitas seperti ruang ganti pemain, ruang wasit dan toilet tanpa mengubah struktur stadion. PSM direstui menggunakan Stadion AMM untuk menjamu tiga kontestan Grup Timur lainnya yakni Jubilo Iwata (Jepang), Shandong Luneng (Tiongkok) dan Suwon (Korea Selatan).

Advertisement

Perbaikan kecil juga dilakukan oleh Bosowa Grup yang mengambil alih kepemilikan saham PSM. Aturan ketat PT Liga Indonesia Baru selaku operator Liga 1 memaksa manajemen PSM mengeluarkan dana untuk mendandani fasilitas Stadion AMM. Khususnya kapasitas penerangan lampu stadion yang tak lagi sebaik dibandingkan era Nurdin Halid.

Meski berstatus penyewa, manajemen PSM terpaksa melakukannya, karena tidak punya pilihan lain. Apalagi, Bosowa Grup dan PSM pernah mendapatkan pengalaman buruk pada Liga Super Indonesia 2014.

Karena Stadion AMM dinilai tidak layak, PSM terpaksa berstatus tim musafir dengan menjamu lawan di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Saat itu bukan hanya anggaran yang terkuras habis karena minim pemasukan, PSM pun nyaris terdegradasi karena sulit tampil optimal tanpa dukungan total dari suporter fanatiknya.

Ironisnya, Yayayan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) yang diberi mandat oleh KONI Sulsel pada 3 Januari 1985 untuk merawat dan mengelola Stadion AMM tak punya dana untuk merenovasi meski setiap musim mewajibkan PSM membayar uang sewa untuk pemakaian.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 4 halaman

Sudah Renta

Tampak bangunan Stadion Andi Mattalatta Mattoangin memang masih tradisional. (Bola.com/Abdi Satria)

Renovasi dilakukan manajemen PSM pun hanya menyentuh fasilitas yang berkaitan langsung dengan pertandingan. Praktis membuat Stadion AMM terlihat renta. Atap stadion dan bangunan sudah kusam serta tak layak lagi. Terbukti, di level internasional, Stadion AMM dianggap tidak memenuhi persyaratan kelayakan.

Di Piala AFC, PSM terpaksa menjadikan Stadion Pakansari Bogor dan kemudian Stadion Madya Senayan sebagai markas. Desakan untuk merenovasi Stadion AMM secara besar-besaran pun semakin gencar disuarakan, terutama dari kalangan suporter.

Apalagi pembangunan Stadion Barombong yang berada di kawasan pantai juga terhenti sementara. Nurdin Abdullah yang menggantikan Syahrul Yasin Limpo sebagai Gubernur Sulsel pada 2018 meminta dilakukan audit terlebih dulu sebelum melanjutkan proyek itu.

Belakangan Pemprov Sulsel lebih fokus untuk melakukan renovasi total Stadion AMM. Anggaran senilai Rp 200 miliar untuk pembangunan tahap awal pun disiapkan dan disetujui oleh DPRD Sulsel.

Rencana ini sempat mendapat perlawanan dari YOSS. Baik lewat pengadilan maupun perlawanan fisik yang berujung bentrokan antara Satpol PP dan pendukung YOSS. Setelah negosiasi yang alot serta melibatkan DPRD Sulsel dan KPK, YOSS akhirnya mengembalikan mandatnya kepada Pemprov Sulsel di Rumah Jabatan Gubernur, Senin (2/3/2020).

"Hari ini kita bersama-sama menyaksikan penyerahan secara formal pada bapak Gubernur. Ke depan akan dilaksanakan renovasi dan mudah-mudahan sebagaimana harapan, terutama dari bapak Gubernur dan tentu kita semua untuk melihat sebuah kawasan olahraga yang akan menjadi kebanggaan bagimasyarakat Sulsel," jelas Andi Ilhamsyah Mattalatta, pembina YOSS kala itu.

Namun, sejalan dengan kian meluasnya wabah Covid-19 membuat tahapan renovasi berjalan lamban. Fokus Pemprov Sulsel saat ini lebih tertuju untuk mencegah penyebaran Covid-19.

3 dari 4 halaman

Saksi Bisu Kiprah PSM

PSM Makassar Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Ketika diresmikan pada 6 Juli 1957, Stadion AMM yang awalnya bernama Stadion Makassar dan Stadion Mattoangin hanya diperuntukkan untuk pertandingan atau even penting saja. Diawali dengan penyelenggaraan PON IV yang digelar pada 29 September hingga 6 Oktober 1957.

Selanjutnya, stadion ini dipakai secara reguler oleh PSM untuk menjamu lawan di era Perserikatan sampai Liga 1 saat ini. Sedang untuk latihan, PSM menggunakan Lapangan Karebosi yang terletak di pusat kota Makassar.

Di Lapangan Karebosi pula PSM era Perserikatan menggelar kompetisi internal untuk melahirkan pemain. Sederet bintang PSM yang berkiprah tim nasional Indonesia lahir dari ketatnya kompetisi internal PSM di Lapangan Karebosi.

Seperti Maulwi Saelan, Ramang, Suwardi Arlan, Rasyid Dahlan, M. Basri, Harry Tjong, Saleh Ramadaud, Ronny Pattinasarany, Suaeb Rizal, sampai Simson Rumah Pasal harus 'berdarah-darah' dulu di Lapangan Karebosi sebelum tampil di Stadion AMM dengan status pemain PSM.

Stadion AMM jadi tempat yang sakral buat pemain Makassar. Tampil dihadapan belasan ribu suporter yang memadati stadion jadi kebanggaan. Stadion AMM pun jadi saksi bisu lahirnya pemain andal yang membawa PSM meraih juara di pentas sepakbola Indonesia yakni 5 kali juara Perserikatan dan 1 kali juara Liga Indonesia.

Belakangan, sejalan dengan berkurangnya jumlah lapangan di Makassar, khususnya di Karebosi karena pembangunan mal, PSM memakai Stadion AMM sebagai tempat latihan sekaligus bertanding.

4 dari 4 halaman

Laga Internasional

Penyerang PSM, Osas Saha, dikepung pemain Shan United dalam laga Grup H Piala AFC 2020 di Stadion Madya, Jakarta (26/2/2020). (Bola.com/Yoppy Renato)

Tak hanya pemain lokal, Stadion AMM juga jadi wadah unjuk kemampuan pemain asing yang membela PSM. Seperti Luciano Leandro, Jacksen Tiago, Carlos de Mello (Brasil), Cristian Gonzales (Uruguay/naturalisasi), Oscar Aravena, Julio Lopes (Chile), Aldo Baretto (Paraguay), Oudja Lantame, Ali Khaddafi (Togo) sampai era Wiljan Pluim (Belanda) sampai saat ini.

Sejumlah pelatih juga pernah adu taktik dengan pelatih lawan di Stadion AMM. Deretan pelatih asing dia ntaranya Wim Rijsbergen, Robert Albert (Belanda), Miroslav Janu (Republik Ceko), Alfred Riedl (Austria), Raja Isa (Malaysia) dan Darije Kalezic (Bosnia) pernah menukangi PSM.

Begitu pun dengan pelatih lokal, seperti Ruddy Ketljes, Tumpak Sihite, Hanafing dan tentu saja Syamsuddin Umar. Nama terakhir adalah pelatih asal Makassar yang paling sukses di PSM dengan gelar juara Piala Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999/2000.

Stadion AMM pun pernah jadi lokasi pertandingan internasional seperti Liga Champions Asia, Joesoef Cup sampai Makassar Super Cup Asia. Fakta ironi bila melihat kondisi kusam Stadion AMM dan berada di Makassar yang bersatus kota besar di Indonesia.

Berita Terkait