Cerita Zulkilfi Syukur, Momen Berkesan di Arema dan PSM Serta Tim Impian

oleh Abdi Satria diperbarui 03 Agu 2020, 14:45 WIB
Kolase - Zulkifli Syukur PSM Makassar (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Makassar - Pada masa pengujung karier sebagai pemain, Zulkifli Syukur membawa PSM Makassar meraih trofi juara Piala Indonesia 2018-2019. Pencapaian ini melengkapi sukses sebelumnya.

Bersama Arema Indonesia, bek kelahiran 3 Mei 1984 ini mengecap gelar juara Liga Indonesia 2009-2010. Itulah mengapa, ia mengaku menyimpan banyak momen berkesan bersama dua klub elite Tanah Air ini.

Advertisement

Pada channel YouTube PSM Makassar, Zulkifli Syukur lebih dulu mengungkapkan momen berkesannya bersama Arema pada 2009-2010. Menurutnya, kebersamaan, semengat dan motivasi tim membuatnya nyaman bermain di lapangan hijau.

"Dukungan Aremania saat itu sangat luar biasa. Arema yang tanpa pemain bintang bisa meraih trofi juara," kenang Zulkifli.

Sosok Robert Alberts, pelatih Arema saat itu, di mata Zulkifli sangat penting dalam membangun kebersamaan tim.

"Coach Robert bisa jadi bapak, teman dan sahabat. Dia sering mengajak pemain berdiskusi. Pada momen tertentu, kami berbicara diluar konteks sepakbola," ujar Zulkifli.

Bersama Robert pula Zulkifli mendapatkan momen berkesan kedua bersama PSM. Zulkifli yang bergabung di PSM jelang Liga 1 2017 menunjuk musim 2018 jadi momen terbaiknya berkostum Juku Eja. Ia pun menjabarkan alasannya mengapa memilih musim 2018 bukan 2019 saat PSM meraih trofi juara Piala Indonesia.

"Secara euforia musim 2018 memang kalah dari 2017 dan 2019. Tapi, bagi saya, Liga 1 2018 adalah kesempatan terbaik PSM meraih trofi juara kali kedua Liga Indonesia," tegas Zulkifli.

Video

2 dari 3 halaman

Kedekatan Emosional

PSM Makassar - Zulkifli Syukur (Bola.com/Adreanus Titus)

Menurutnya, pada musim itu, PSM tampil baik. Juku Eja akhirnya gagal juara setelah hanya kalah satu poin dari sang juara, Persija Jakarta yang mengoleksi 62 angka.

"Bagi saya, PSM bukan gagal tapi digagalkan jadi juara. Ada sejumlah momen yang merugikan PSM," tutur Zulkifli.

Bisa jadi, bagi Zulkifli, Liga 1 2018 adalah kesempatan terbaiknya meraih trofi juara kali kedua mengingat usianya yang kini menginjak 36 tahun.Kedekatan emosional dan momen indah itu membuat Zulklifi menyimpan asa menjadi pelatih Arema atau PSM.

"Selain berbisnis, saya juga ingin meneruskan karier sebagai pelatih. Saya ingin suatu saat bisa menangani PSM atau Arema," papar Zulkifli yang kini mengantongi sertifikat kepelatihan lisensi B-AFC/PSSI ini.

Selain momen secara tim, Zullkifli juga mengungkap gol berkesannya selama berkarier di sepak bola. Sebagai pemain belakang, tentu tak banyak gol yang ia ciptakan.

Tapi, golnya ke gawang ke Persib Bandung pada Liga 1 2017 di Stadion Andi Mattalatta Mattongin, 15 Oktober 2017 disebutnya jadi kenangan tersendiri. Kala itu, Zulklifli mencetak gol lewat tendangan jarak jauh pada menit ke-7. PSM akhirnya mengalahkan Persib dengan skor 2-1.

3 dari 3 halaman

Tim Impian

Bek PSM, Zulkifli Syukur (kiri), dan Robert Alberts (pelatih PSM). (Bola.com/Abdi Satria)

Sebagai pemain yang sudah 14 tahun berkarier sebagai pemain profesional, Zulkifli sudah mendapatkan banyak pengalaman menghadapi berbagai karakter pemain dan tim. Itulah mengapa, dia fasih menjawab pertanyaan seputar tim impian atau best XI. Untuk posisi kiper, ia memilih Kurnia Meiga sebagai pilihan utama.

"Sebagai bek kanan, saya memilih diri sendiri," tutur eks bek sayap yang lekat dengan nomor punggung 3 ini.

Di posisi stoper, ia menunjuk duet Hamka Hamzah dan Marcio Novo, bek asin yang pernah berkostum PSM pada musim 1995-1996. Di kiri, ia memilih eks bek sayap PSM, Ortizan SOlossa.

Sebagai penyerang sayap kanan, Zulkifli menjatuhkan pilihannya pada M. Ridwan, rekan setimnya di Piala AFF 2010. Sementara di kanan, ia menunjuk juniornya, M. Rahmat yang kini berkostum Bali United.

Sementara di lini depan dengan formasi 4-4-2, Zulklifi menyebut dua nama yakni Cristian Gonzales dan Bambang Pamungkas. Secara khusus, Zulkilfi melontaran pujiannya kepada dua striker ini. Cristian di mata Zulkifli adalah striker komplet dan ganas di kotak 16.

"Kalau Bambang adalah pemain panutan saya. Meski beda posisi, saya menjadikan Bambang sebagai inspirasi dalam karier saya sebagai pemain," pungkas Zulkifli.

Berita Terkait