Sukses


    Cerita Petugas Shuttle Bus Atlet Asian Para Games, Mulai Bangga hingga Terharu

    Bola.com, Jakarta - Perhelatan Asian Para Games 2018 tak semata soal pertandingan olahraga yang berujung pada menang kalah seorang atlet. Buat Hari Imam, sopir shuttle bus pengangkut atlet, ajang ini memberikan kesan tersendiri.

    Sejatinya, Asian Para Games 2018 menjadi ajang kedua yang melibatkan Hari Imam. Sebelumnya, dia juga membawa bus Transjakarta yang digunakan untuk mengangkut atlet Asian Games 2018.

    Khusus dengan Asian Para Games, Hari Imam harus lebih berhati-hati ketika membawa busnya. Sebab, para atlet yang dibawa merupakan manusia-manusia hebat meskipun berstatus penyandang disabilitas.

    "Tidak ada standar operasional khusus, sama seperti Asian Games. Namun, kalau ini kan faktor kehati-hatian lebih diperhatikan lagi. Misalnya, batas kecepatannya 50 km per jam," kata Hari Imam ketika dijumpai Bola.com di Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno, Selasa (9/10/2018).

    Hari Imam mengaku bangga bisa dilibatkan dalam penyelenggaraan Asian Para Games 2018. Selama membawa atlet disabilitas, dirinya banyak memetik pelajaran berharga.

    "Saya senang bisa dilibatkan dalam event Asian Para Games 2018 ini. Bisa mengenal tempat-tempat pertandingan. Saya juga bersyukur bisa mengantarkan para atlet dan juga bangga bisa menjadi tuan rumah," ucap Hari Imam.

     Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018

    2 dari 2 halaman

    Terharu Lihat Perjuangan Atlet

    Aksi Aris perenang Indonesia yang berhasil meraih medali perak di nomor 100 meter gaya dada klasifikasi SB7 pada Asian Para Games 2018, Gelora Bung Karno Jakarta, Senin (8/10/2018).  (Bola.com/Peksi Cahyo)

    Sementara itu, Rubi Anjasmoro yang bertugas sebagai kru bus pembantu atlet disabilitas memiliki cerita lain. Rubi mengaku terharu dengan semangat para atlet yang penuh dengan keterbatasan.

    Hal itulah yang membuat Rubi ingin membantu dengan setulus hati. Apapun dilakukannya agar mobilitas atlet dari bus ke venue pertandingan berjalan mulus.

    "Sebenarnya tidak ada pelatihan khusus untuk membantu para atlet berkebutuhan khusus. Sebab, membantu mereka menurut saya tidak perlu dilatih. Biasanya, kalau dia menoleh kebelakang, itu artinya dia butuh bantuan," ujar Rubi.

    "Buat saya event ini membuat saya terharu. Bukan soal ketika dia datang dan turun dari bus. Namun, ketika dia berlomba renang. Contohnya yang tidak punya kaki, yang tuna netra dengan hanya mengandalkan pegangan tali saja, tentu saja kita yang normal saja belum tentu bisa," ucap Rubi yang sampai berakhirnya Asian Para Games 2018 bertugas di Stadion Akuatik GBK itu.

    Video Populer

    Foto Populer