Sukses


Kisah Ramang, Legenda Indonesia yang Menginspirasi FIFA

Bola.com, Jakarta - Pada 24 April 1924 atau tepat 91 tahun yang lalu, lahirlah anak lelaki di baru dari daerah kecil di Makassar. Anak lelaki tersebut diberi nama Andi Ramang. Siapa sangka anak laki-laki tersebut menjadi legenda sepak bola Indonesia di kemudian harinya.

Ramang dikenal sebagai striker kelas atas Indonesia pada dekade tahun 1940-an akhir hingga 1960-an. Andi Ramang dikenal memiliki kemampuan tendangan yang keras dan akurat, kemampuan utuk melakukan tembakan salto, dan punya kecepatan di atas rata-rata.

Memulai karir profesionalnya di PSM Makassar, Ramang perlahan tapi pasti berkembang menjadi pesepak bola handal. Ramang bermain dalam dua periode di kompetisi liga Indonesia saat itu pada tahun 1947-1960 dan tahun 1962-1968. Hasilnya, Ramang mampu mempersembahkan dua gelar perserikatan kepada Juku Eja.

Sebelumnya Ramang pernah bermain di Piala Dunia 1934, kala itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Tetapi karier profesionalnya di timnas Indonesia dimulai tahun 1953. Berkat dirinya Indonesia disematkan dengan status Macan Asia, karena dalam sebuah tur ke Asia Timur pada tahun 1953, Indonesia mampu memenangkan lima dari enam laga yang dipertandingkan, hanya kalah sekali dari Korea Selatan! Menariknya, Ramang mencetak 19 gol dari total 25 gol Indonesia di keenam pertandingan tersebut.

Kisah sukses Ramang di timnas Indonesia tak berhenti di situ. Dirinya hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958 setelah dua golnya menyingkirkan Tiongkok dengan skor agregat 4-3 di babak kualifikasi. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan tergabung dengan Sudan, Israel, dan Mesir. Sayang, Indonesia mengundurkan diri lantaran enggan bertanding melawan Israel karena alasan politik. Jika menjadi juara grup, Ramang dkk. akan lolos ke Swedia untuk melakoni debut Piala Dunia dengan nama Indonesia.

Selain itu, pada tahun 1959, Ramang turut menginspirasi kesuksesan Indonesia menahan imbang Jerman Timur 2-2 dalam sebuah laga persahabatan di Jakarta pada 1959.

2 dari 3 halaman

Buat Lev Yashin Terpana

Puncak karier profesionalnya di timnas Indonesia terjadi pada tahun 1960. Kala itu Ramang menjadi bagian dari tim Merah Putih menghadapi Uni Soviet (sekarang Rusia) di babak perempatfinal ajang Olimpiade. Saat itu, Ramang harus berhadapan dengan kiper terbaik dunia saat itu, Lev Yashin. Kiper terbaik sepanjang masa sepak bola dunia itu kemudian terpana melihat aksi Ramang yang hampir menjebol gawangnya. Pada pertandingan tersebut Indonesia harus puas dengan skor imbang 0-0.

Setelah Uni Soviet tahu siapa sosok sesungguhnya di balik nomor punggung 11 timnas Indonesia, mereka lantas memberikan penjagaan di partai ulangan. Pada akhirnya, Indonesia, yang saat itu dilatih pelatih legendaris Antony Pogacnik, terpaksa takluk 0-4 sehingga gagal melaju ke semifinal olimpiade.

Namun sayang, kisah gemilang Ramang di dunia sepakbola tidak semanis nasibnya di kehidupan sehari-hari karena jerat kemiskinan harus dipikulnya. Apalagi kasus suap yang kesohor dengan sebutan skandal Senayan 1962 yang menyeret namanya membuat Ramang dilarang bermain untuk timnas Indonesia seumur hidup dan nasibnya terus terpuruk.

Setelah itu, Ramang sempat berkarier menjadi pelatih PSM dan Persipal Palu, namun tersingkir secara perlahan akibat tidak memiliki sertifikat kepelatihan. Akhirnya sang Legenda meninggal dunia pada tahun 1987 saat usianya 59 tahun akibat penyakit paru-paru, tanpa bisa berobat di rumah sakit akibat kekurangan biaya.

3 dari 3 halaman

Menginspirasi FIFA

Akan tetapi, kisah hidupnya tersebut justru menginspirasi FIFA. FIFA mengakui Ramang sebagai sosok dalam puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an. Bahkan FIFA pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang ini secara khusus dalam situs resmi mereka saat peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012 lalu.

Pada situs resmi FIFA, kisah Ramang diberi judul “Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an (Indonesian who inspired ’50s meridian), FIFA memusatkan kegemilangan Ramang ketika memperkuat Tim Merah Putih di Olimpiade Melbourne 1956 serta Piala Dunia 1938 dengan masih bernama Hindia-Belanda.

Baca Juga :

RD Tak Berani Garansi Persija Bawa Skuat Terbaik ke Papua
Timnas U-23 Ingin Uji Coba di Indonesia, PSSI Cari Lawan Tanding
Pelatih Persija Pasrah Hadapi Persipura

 

 

Video Populer

Foto Populer