Sukses


Tim Grup F Piala Eropa 2016: Portugal

Bola.com — Portugal menjadi tim pertama yang gagal menjuarai final Piala Eropa di rumah sendiri. Catatan itu ditorehkan pada 2004. Tim generasi emas Portugal yang sudah diperkuat Cristiano Ronaldo kalah 0-1 dari Yunani, pada babak final di Estadio da Luz, Lisbon, 4 Juli 2004. Gol Tim Dewa dicetak oleh Angelos Charisteas pada menit ke-57.

Hingga sekarang, pencapaian pada 2004 itu adalah prestasi terbaik Portugal di ajang Piala Eropa. Dalam dua gelaran selanjutnya, yaitu pada 2008 dan 2012, Portugal melaju hingga perempat final dan semifinal.

Pada perempat final 2008, Portugal kalah 2-3 dari Jerman. Empat tahun setelahnya, Portugal kalah adu penalti 2-4 dari Spanyol. Adu penalti pada semifinal 2012 terjadi setelah Portugal dan Spanyol bermain tanpa gol hingga akhir babak tambahan.

Kekalahan tipis dari Jerman dan kekalahan adu penalti menunjukkan, Portugal punya potensi untuk memperbaiki nasib di Piala Eropa. Apalagi, mengacu reputasi, Jerman dan Spanyol adalah tim pilih tanding di ajang Eropa dan dunia. Jerman merupakan runner-up Piala Eropa 2008 dan juara Piala Dunia 2014, sementara Spanyol menjuarai Piala Eropa 2008, 2012, dan Piala Dunia 2010.

Selama babak kualifikasi Piala Eropa 2016, Portugal juga menunjukkan bahwa mereka punya kemampuan bersaing dengan siapa saja. Berada di Grup I bersama dengan Denmark, Albania, Serbia, dan Armenia, Portugal menjadi juara grup dengan nilai 21 dan rekor memasukkan-kemasukan 11-5 gol.

Satu-satunya kekalahan pada fase grup babak kualifikasi dialami Portugal ketika melawan Albania, di Estádio Municipal, Aveiro, 7 September 2014. Saat itu, Portugal kalah 0-1 akibat gol Bekim Balaj pada menit ke-52.

Sebagai catatan, Albania mengakhiri fase grup kualifikasi sebagai runner-up dengan nilai 14 dan dengan begitu masuk putaran final.

Pada putaran final, Portugal berada di Grup F bersama dengan Austria, Hungaria, dan Islandia. Di atas kertas, Portugal punya peluang besar lolos dari fase grup sebagai juara grup dan dengan begitu memperbaiki peluang untuk setidaknya melewati babak 16 besar.

Jika menjadi juara Grup F, Portugal akan menghadapi runner-up Grup E, yang diisi Belgia, Italia, Republik Irlandia, dan Swedia.

Mengacu final Piala Eropa 2004 dan babak kualifikasi Piala Eropa 2016, Portugal hanya perlu memperbaiki mental bertanding. Mereka perlu bersikap lebih baik ketika menghadapi tim-tim tak ternama. Kiranya, Yunani dan Albania sudah memberikan pelajaran yang cukup bagi Portugal.

Dengan kata lain, sebelum bicara soal final atau gelar juara, Portugal harus menunjukkan rasa hormat setidaknya kepada tim-tim kecil yang berhasil meraih tiket tampil di Piala Eropa 2016.

Bintang: 

Cristiano Ronaldo

Bintang tim nasional Portugal, Cristiano Ronaldo. (AFP/Franck Fife).

Cristiano Ronaldo mulai menjadi sorotan dunia setelah direkrut Manchester United (MU) dari Sporting Lisbon pada Agustus 2003. Awalnya, ia diperhatikan karena mendapatkan kostum MU bernomor punggung tujuh, yang legendaris. Belakangan, ia diperhatikan karena mendongkrak performa MU.

Sejak bergabung dengan MU hingga akhir musim 2008-2009, Ronaldo mencetak 118 gol dalam 292 penampilan. Performa Ronaldo itu mewarnai keberhasilan MU menjuarai antara lain Premier League (2007, 2008, 2009), Piala FA 2004, Liga Champions 2008, dan Piala Dunia Antarklub 2008.

Pada Juli 2009, Ronaldo pindah ke Real Madrid. Ronaldo masih terikat kontrak dengan Madrid hingga Juni 2018.

Selama di MU, Ronaldo hanya mengenal satu manajer, yaitu Sir Alex Ferguson. Namun, di Madrid, Ronaldo mengalami sejumlah pergantian pelatih. Sejak Ronaldo bergabung hingga saat ini, ada lima pelatih bergantian menangani Real Madrid, yaitu Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Rafael Benitez, dan Zinedine Zidane. Selama periode itu juga, Madrid juga mengalami perubahan skuat.

Meski begitu, Ronaldo mampu berkembang dan konsisten berkontribusi. Sejak bergabung dengan Madrid hingga 31 Januari 2016, Ronaldo mencetak 244 gol dalam 223 pertandingan Primera Division La Liga dan mencetak 59 gol dalam 61 penampilan di Liga Champions.

Selama diperkuat Ronaldo, Madrid menjuarai antara lain Primera Division La Liga 2012, Copa del Rey 2011, 2014, Liga Champions 2014, Piala Super Eropa 2014, dan Piala Dunia Antarklub 2014.

Ronaldo konsisten tidak hanya di level klub, tetapi juga di level internasional. Ronaldo merupakan andalan Portugal selama kualifikasi Piala Eropa 2016. Dari sebelas gol yang dicetak Portugal dalam delapan pertandingan, lima di antaranya diciptakan penyerang Real Madrid berusia 31 tahun ini.

Ronaldo mencetak lima gol itu dalam tiga penampilan, yaitu pada laga tandang melawan Denmark (menang 1-0), laga di kandang melawan Armenia (menang 1-0), dan laga tandang melawan Armenia (menang 3-2). Total, selama babak kualifikasi, Ronaldo bermain enam kali dengan total menit bermain 540 menit.

Untuk level internasional, terutama Piala Eropa 2016, Ronaldo punya motivasi dan komitmen lebih besar, mengingat ia telah meraih segalanya di level klub. Untuk Piala Eropa 2016, motivasi dan komitmen itu bakal menjadi lebih besar lagi karena dengan usia 31 tahun, Piala Eropa 2016 mungkin akan menjadi Piala Eropa terakhir bagi Ronaldo.

Pelatih:

Fernando Santos

Pelatih tim nasional Portugal, Fernando Santos. (AFP/John Thys).

Tim nasional Yunani tersingkir dari Piala Dunia 2014 setelah kalah adu penalti (3-5) pada babak 16 besar. Adu penalti dilakukan setelah kedua kubu bermain 1-1 hingga akhir babak tambahan.

Kekalahan Yunani diwarnai insiden kartu merah untuk pelatih Yunani saat itu, Fernando Santos. Santos diganjar kartu merah oleh wasit Benjamin Williams karena dinilai melecehkan ofisial pertandingan.

Mengingat kontraknya sebagai pelatih Yunani habis setelah Piala Dunia, sejumlah kalangan menilai karier kepelatihan Santos sudah tamat.

Namun, ramalan itu tak terjadi. Federasi Sepak Bola Portugal (FPF) mengangkat Santos menjadi pelatih tim nasional pada 23 September 2014. Santos menggantikan Paulo Bento yang meninggalkan jabatan itu pada 11 September 2014.

Sementara begitu, Santos mengajukan banding kepada FIFA. Pada 24 September 2014, FIFA menyatakan menolak banding Santos. Santos lantas mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Pada 13 Oktober 2014, CAS mencabut untuk sementara sanksi yang dijatuhkan FIFA kepada Santos.

Pada 23 Maret 2015, CAS menetapkan keputusan final, yaitu mengurangi sanksi larangan tampil dalam delapan laga menjadi empat laga, dengan dua di antaranya ditangguhkan untuk jangka waktu enam bulan dan akan diberlakukan jika Santos melakukan pelanggaran.

Santos memimpin timnas Portugal, untuk pertama kalinya, pada laga persahabatan melawan Perancis, yang berakhir 2-1 untuk Perancis, pada 11 Oktober 2014. Ia perlahan menjawab keraguan dengan hasil di lapangan sampai akhirnya Portugal meraih tiket masuk putaran final Piala Eropa 2016 setelah mengalahkan Denmark 1-0, di Estadio Municipal de Braga, pada 8 Oktober 2015.

Portugal mengakhiri fase grup kualifikasi dengan nilai 21 dan rekor memasukkan-kemasukan 11-5 gol. Portugal hanya satu kali mengalami kekalahan, yaitu 0-1 dari Albania, pada laga pertama, yang berlangsung di Municipal Aveiro, pada 7 September 2014.

Santos pun menatap putaran final Piala Eropa 2016 dengan sikap realistis. Ia menyatakan bahwa Portugal bukan favorit, tetapi punya kemampuan menjadi juara.

"Ketika saya melatih Portugal, keadaan serba sulit. Sekarang, segalanya luas biasa. Tim ini punya kemampuan, tetapi ada hal-hal yang harus ditingkatkan. Jika kami mempertahankan apa yang selama ini kami telah lakukan dan meningkatkan diri pada aspek tertentu, kami tak berada di antara tim favorit, tetapi kami merupakan salah satu tim kandidat juara," ujar Santos pada Oktober 2015.

Legenda:

Eusebio

Legenda tim nasional Portugal, Eusebio. (AFP/Staff).

Eusebio direkrut Benfica dari klub Mozambik, Sporting Lourenco-Marques pada Juli 1960. Setelah mencetak hat-trick pada debutnya pada 1961, ia tampil pada laga persahabatan melawan Santos, yang diperkuat oleh Pele. Eusebio pun dikenal dunia, ketika informasi olahraga begitu terbatas.

Sebagai pemain, Eusebio yang meninggal dunia dalam usia 71 tahun pada 5 Jauari 2014, punya segalanya. Ia punya kemampuan mengolah bola di atas rata-rata, tembakan akurat, dan kecepatan. Eusebio juga punya fisik dan mental kuat. Ia kebal intimidasi lawan.

Prestasi demi prestasi ditorehkan Eusebio. Pada 1966, Eusebio menjadi pencetak gol terbanyak dengan torehan sembilan gol di ajang Piala Dunia. Pada 1965, ia meraih penghargaan European Footballer of the Year. Ketika gantung sepatu pada 1978, Eusebio mengantongi rekor mencetak 733 gol dalam 745 pertandingan, dengan 41 di antaranya dicetak dalam 64 laga internasional.

Salah satu kenangan terbaik tentang Eusebio adalah penampilan pada final Liga Champions 1968, yang mempertemukan Benfica dan Manchester United. Laga itu berakhir 4-1 untuk MU. Gol Benfica dicetak Jaime Graca pada menit ke-79, sementara gol MU ditorehkan Bobby Charlton (53, 99), George Best (92), dan Brian Kidd (94).

Menjelang akhir babak normal, Eusebio melepaskan tembakan yang bisa memenangkan Benfica. Tembakan itu dihentikan oleh kiper Alex Stepney. Ketika salah satu laga terpenting dalam kariernya dilanjutkan, Eusebio berhenti dan bertepuk tangan mengapresiasi Stepney.

"Saat itu, saya tidak menyadarinya karena situasinya panas. Namun, ia memang seperti itu. Kami bertemu beberapa kali dan bicara soal pertandingan itu dan rasa hormat dari pria itu luar biasa. Bermain melawannya adalah kehormatan bagi saya," ujar Stepney.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer