Sukses


Ini Perubahan Strategi Diego Simeone yang Membuat Barcelona Kalah

Bola.com, Madrid - Tak ada yang berubah pada zona permainan Barcelona saat bersua Atletico Madrid, pada Leg 2 Babak Perempat Final Liga Champions 2015-2016, di Stadion Vicente Calderon, Rabu (13/4/2016) atau Kamis (14/4/2016) dini hari WIB. Tim tamu tampil dominan. Situs UEFA mencatat, penguasaan bola El Barca berada di angka 72 persen.

Kondisi tersebut hampir sama dengan pertemuan pertama, tengah pekan lalu. Namun, yang membedakan adalah hasil akhir. Dominasi Barcelona tak sejalan dengan raihan kemenangan. Sebaliknya, mereka justru terkapar di markas lawan dengan skor 0-2.

Imbasnya langkah mereka untuk mempertahankan gelar juara Liga Champions, berstatus putus di tengah jalan. Skor aggregat 3-2 untuk Atletico Madrid, menghentikan harapan Barcelonistas untuk melihat timnya bisa meraih treble lagi.

Satu di antara kunci kesuksesan Atletico Madrid bisa menuai kemenangan meski terkurung sepanjang pertandingan, tak lain efektivitas tinggi. Pola permainan nyaris sama seperti di Estadio Camp Nou, yakni mengandalkan serangan balik.

Tapi ada yang berbeda jika melihat bagaimana Atletico Madrid bisa menghalau setiap serangan Barcelona. Terutama mematikan pergerakan Lionel Messi, dan tak memberi ruang kreasi bagi Neymar dan Luis Suarez.

Di sisi ini terlihat kejeniusan Diego Simeone. Pelatih Atletico Madrid tersebut mampu membaca titik lemah anak asuhnya pada pertemuan pertama. Kala itu, mereka berani frontal dengan menggunakan pola 4-3-3. Hasilnya, kekalahan yang harus dibawa pulang meski sanggup memberi tekanan.

Belajar dari kesalahan tersebut, Simeone enggan membuka ruang tengah, yang langsung berjibaku versus Andres Iniesta, Ivan Rakitic dan Sergio Busquets. Pada laga dini hari tadi, secara cerdik ia mengubah strategi dengan mengaplikasikan sistem 4-4-2.

Taktik mengandalkan keseimbangan terlihat dengan menempatkan Augusto Fernandez, untuk menopang pertahanan pertama dari area tengah. Ia tampil brilian saat menemani Koke, Gabi dan Saul NIguez.

Sosok Fernandez jarang mengolah bola. Tapi tugasnya memang spesial, karena Simeone berharap sang gelandang berusia 30 tahun itu bisa tampil sebagai algojo. Tanggung jawab berat tersebut bisa dilakukan dengan sempurna.

Alhasil, Fernandez mampu mengisolasi peran Iniesta dan Rakitic, yang membuat sosok Lionel Messi harus turun ke area tengah guna menjemput bola. Tekel dan tekanan fisik ala pemain berkebangsaan Argentina tersebut membuat area sentral Barcelona tak bisa mengirim bola-bola sempurna ke trio Messi, Neymar dan Luis Suarez.

Sebaliknya, model kuartet di area sentral membuat aliran bola Atletico Madrid saat melakukan serangan balik, terbukti efektif. Hal itu bisa tercermin dari gol pertama Antoine Griezmann ke gawang tim tamu. Sepanjang pertandingan, Griezmann dan Yannick Carrasco, bisa sesekali menyulitkan Gerrard Pique dkk.

Hal itu berbeda ketika Atletico Madrid takluk di markas Barcelonaa. Saat itu, aplikasi trio di area tengah gagal total. Koke, Gabi dan Saul Niguez justru gagal bersaing dengan Andres Iniesta dkk, sehingga membuat tridente Antoine Griezmann, Yannick Carrasco dan Fernando Torres, tak maksimal. Suasana semakin memburuk setelah Torres mendapat kartu merah.

Apa yang diputuskan Diego Simeone terbukti menjadi kunci utama menggagalkan langkah Barcelona. Kapten Atletico Madrid, Gabi menegaku perubahan sistem memberi mereka kepercayaan diri tinggi.

"Apa yang kami lakukan simpel, yakni menahan sekeras mungkin agar Messi, Neymar, Suarez dan Iniesta tak banyak memegang bola. Empat pemain di area tengah juga membuat sempit area pergerakan lawan, dibanding pekan lalu yang hanya menempatkan tiga orang," kata Gabi.

Sumber: UEFA

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer