Sukses


Pro dan Kontra Format Baru Perhelatan Piala Eropa 2016

Bola.com, Jakarta - Kompetisi Piala Eropa 2016 untuk pertama kalinya diikutin oleh 24 tim. Portugal akhirnya tampil sebagai juaranya. Lantas, secara keseluruhan format ini menuai kesuksesan?

Kompetisi Piala Eropa biasanya diikuti oleh 16 tim. Format tersebut pertama kali dicanangkan oleh Federasi Sepak bola Eropa (UEFA) pada tahun 1996. Untuk Piala Eropa 2016 atau edisi ke-15, jumlah peserta ditambah menjadi 24 tim.

16 tim lolos ke fase knock-out, terdiri dari 12 juara dan runner-up dari enam grup, plus empat peringkat ketiga terbaik. Setelahnya, para kontestan mengikuti dua pertandingan fase gugur lainnya sebelum menginjak babak final.

Total, Piala Eropa 2016 memainkan 51 partai dengan jumlah gol sebanyak 108 gol. Rata-rata, satu partai Piala Eropa 2016 menghasilan 2,12 gol per pertandingan, atau tercipta satu gol dalam setiap 44 menit.

Portugal akhirnya tampil sebagai juara Piala Eropa 2016 setelah mengalahkan tuan rumah Prancis dengan skor 1-0 pada partai yang digelar di Stade de France, Saint-Denis, Minggu (10/7/2016). Gol tunggal kemenangan Selecao Eropa dicetak oleh Eder pada menit ke-109.

Berbagai kejutan pun mewarnai jalannya putaran final Piala Eropa 2016. Dua tim debutan, Wales dan Islandia, mampu menunjukkan performa apik. Islandia berhasil melangkah hingga ke babak perempatfinal.

Sepanjang perjalanannya, Islandia sukses menahan imbang Portugal di fase grup dan menyingkirkan Inggris 2-1 pada babak 16 besar. Sayang, Islandia harus mengakui keunggulan Prancis dan kalah 2-5 pada babak perempatfinal.

Sementara itu, Wales berhasil menjejaki babak semifinal. Padahal, Piala Eropa 2016 merupakan kompetisi kompetitif pertama yang diikuti oleh The Dragons sejak Piala Dunia 1958. Wales tumbang dengan skor 0-2 melawan Jerman pada babak semifinal.

Meski putaran final Piala Eropa 2016 telah selesai, pro dan kontra tetap saja ada. Sejumlah insan sepak bola menilai banyaknya tim yang berpartisipasi mengurangi kualitas kompetisi, di antaranya adalah pelatih Jerman, Joachim Low.

"Saya merasa jumlah 24 tim terlalu banyak. Terkadang, Anda merasa berdampak buruk kepada sepak bola dan membuat kejuaraan tidak lagi berkualitas,” ujar Low.

Pendapat Low mungkin ada benarnya. Banyaknya tim kecil yang cenderung bermain bertahan dan tim unggulan yang tidak ingin dipermalukan oleh yang lebih kecil membuat pertandingan seringkali berlangsung membosankan.

Oleh karenanya, banyak pertandingan yang berakhir dengan hasil mengecewakan, contohnya Albania 0-1 Swiss, Slovakia 0-0 England, Polandia 1-0 Irlandia Utara, dan Italia 1-0 Swedia.

Namun, ada pula yang merasa format ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan sebelumnya. Pasalnya, jumlah tim yang lolos ke fase knock-out bertambah. Alhasil, banyak tim yang merasa bisa mendapatkan 'kesempatan kedua'.

"Kami berhasil lolos ke babak 16 besar. Itu adalah hal yang terpenting. Meskipun, kami hanya lolos sebagai salah satu peringkat ketiga terbaik. Kami akan berusaha tampil lebih baik lagi," ujar gelandang timnas Portugal, Renato Sanches.

Faktanya, jumlah rata-rata gol pada Piala Eropa 2016, yakni 2,16 gol, merupakan salah satu yang paling sedikit sepanjang sejarah. Jumlah gol paling sedikit terjadi di Piala Eropa 1996 dengan 2,06 gol per pertandingan.

Besar kemungkinan sedikitnya gol yang tercipta merupakan dampak dari permainan tim-tim kecil yang cenderung bertahan. Lantas, bagaimana menurut Anda mengenai perhelatan Piala Eropa 2016 dengan format baru ini?

Sumber: sport360

 

Video Populer

Foto Populer