Sukses


Kutukan Medali Emas Palsu Membayangi Korea Selatan di Piala Asia 2019

Bola.com, Jakarta - Keikutsertaan Timnas Korea Selatan di Piala Asia 2019 ternyata dibayangi sebuah kutukan. Kutukan ini dianggap menjadi penyebab the Taeguk Warriors miskin prestasi dalam turnamen sepak bola paling elite di Benua Asia itu.

Korea Selatan menjadi satu di antara negara tangguh di pentas sepak bola Asia. The Taeguk Warriors tak pernah absen jadi kontestan Piala Dunia sejak 1986. Mereka juga jadi negara Asia pertama yang mampu mencapai semifinal Piala Dunia.

Namun, reputasi itu seolah tak mempan di Piala Asia. Timnas Korea Selatan memenangi dua edisi awal Piala Asia, 1956 dan 1960, tetapi sejak itu mereka selalu gagal mengangkat trofi.

Timnas Korea Selatan memang mampu melaju ke final Piala Asia sebanyak empat kali sejak 1960, edisi 1972, 1980, 1988, dan terakhir pada 2015. Namun, seluruhnya berujung dengan kegagalan jadi juara alias hanya finis sebagai runner-up

Nasib apes itu lantas dikaitkan dengan kutukan "medali emas palsu". Cerita berawal dari penyelenggaraan Piala Asia 1960. Ketika itu, Korsel menjadi tuan rumahnya dan keluar sebagai pemenang. 

Sebagai satu di antara bentuk penghargaan, Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) menyiapkan medali emas untuk seluruh pemain timnas yang mempersembahkan gelar juara, yang berjumlah 18 orang.

Namun, ternyata medali emas itu palsu. Tidak terbuat dari emas murni melainkan hanya dari timah yang berlapis emas. Hal itu dari keterangan salah seorang pemain, Park Hyung-hwa.

"Medali emas yang kami terima itu palsu," kata Park, pemain termuda di Timnas Korea Selatan yang memenangi Piala Asia 1960.

"Medali itu hanya dilapisi emas murahan, sehingga lapisannya mudah lepas," imbuh Park yang kini berusia 80 tahun.

2 dari 2 halaman

Mencari Ahli Waris Mendiang Pemain

Tak ada yang tahu mengapa dan bagaimana insiden itu terjadi, namun rumor beredar menyebut ofisial yang bertanggung jawab justru mengambil keuntungan pribadi dengan berupaya mendapatkan uang.

Butuh 54 tahun buat KFA hingga akhirnya mereka memberikan medali yang asli, namun itu baru pada enam orang. Pada 2014, KFA memberikan medali asli pada tiga pada pemain yang masih hidup dan tiga medali pada keluarga pemain yang telah berpulang.

KFA menjelaskan tak mudah mencari keluarga pemain yang sudah meninggal dunia, agar mereka bisa memberikan medali-medali tersebut.

Namun, upaya mengganti medali palsu dengan asli itu tampaknya belum cukup untuk "mematahkan" kutukan. Pasalnya, pada Piala Asia 2015, Timnas Korea Selatan kalah 1-2 di final saat melawan Australia.

Tak ingin kembali gagal, KFA lantas kembali berupaya mematahkan kutukan itu. Pada 4 Januari 2019 atau hanya sehari jelang pembukaan Piala Asia 2019, KFA menyerahkan medali asli untuk empat pemain Timnas 1960 yang telah berpulang, yang diterima keluarga mendiang pemain.

Medali itu sepenuhnya asli dengan desain baru yang diserahkan Sekjen KFA, Hong Myung-bo, di KFA House, Seoul.

KFA masih terus berupaya mencari keluarga atau ahli waris sisa pemain anggota Timnas 1960 sehingga mereka bisa menyerahkan medali-medali itu.

Di sisi lain, sejauh ini upaya mematahkan kutukan terbukti berjalan lancar. Timnas Korea Selatan sudah memastikan lolos ke 16 besar, kendati performa mereka dianggap belum meyakinkan.

Bisa jadi, saat KFA menemukan seluruh keluarga mendiang pemain Timnas 1960 dan menyerahkan medali emas asli, kutukan itu sepenuhnya terpatahkan dan Timnas Korea Selatan bisa menjuarai Piala Asia 2019.

Sumber: Yonhap

 

Video Populer

Foto Populer