Sukses


6 Skandal Pengaturan Skor yang Menghebohkan Sepak Bola, Ada Juga di Indonesia

Bola.com, Jakarta- Mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, sedang diterpa kabar tak sedap karena dituduh ikut melakukan pengaturan skor dalam laga Manchester United versus Juventus di ajang Liga Champions. Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum diketahui secara pasti laga mana yang dituding diatur Sir Alex.

Tudingan tersebut dilontarkan satu di antara agen sepak bola yang bernama Giuseppe 'Pino' Pagliara. Menurut jaksa, kasus pengaturan skor tersebut melibatkan sebuah jam tangan mewah bermerek Rolex seharga 300 ribu pounds (Rp546 juta) yang diberikan kepada Ferguson.

"Menjelang akhir persidangan, Pagliara menuduh Sir Alex Ferguson telah berkonspirasi untuk match fixing pertandingan kontra Juventus, klub yang dikaitkan dengan Pagliara, dan Manchester United di Liga Champions," kata Jaksa Brian O’Neiil seperti dilansir dari Mirrror, Kamis (18/10/2019).

“Pagliara mengucapkan terima kasih kepada Ferguson dengan memberi jam tangan Rolex emas senilai 30.000 pound,” tambahnya

Saat ini, Pugliara sedang diadili atas dugaan tersebut di Pengadilan Southwark Crown. Selain menyebut nama Ferguson, Pugliara juga mengaku berhubungan Steve McLaren, Harry Redknapp, dan manajer Cardiff City, Neil Warnock.

Pengaturan skor di dunia sepak bola memang bukan hal asing. Sudah banyak kasus-kasus serupa yang terjadi di dunia sepak bola. Beriku Bola.com merangkum dari Four Four Two 6 skandal pengaturan skor di sepak bola.

 

 

 

2 dari 7 halaman

1. Lazio dan AC Milan 1980

Skandal pengaturan skor terjadi dua tahun sebelum Italia menjadi juara Piala Dunia 1982 di Spanyol. Pengaturan skor tersebut merupakan inisiatif dari dua pengusaha bernama Massimo Cruciano dan Alvaro Trinca.

Satu di antara orang tersebut, Trinca, ternyata mempunyai restoran yang menjadi langganan para pemain Lazio. Hingga akhirnya kasus tersebut terungkap pemain Lazio, Maurizio Montesi, yang tidak mau ikut-ikutan.

Setelah kejadian itu, kepolisian Italia meringkus 33 pemain dan bos AC Milan saat itu, Felice Colombo, yang menjadi dalang di balik skandal tersbeut. Tak hanya itu, AC Milan dan Lazio juga harus terdegradasi.

Sementara klub-klub lain yang terlibat ialah Avellino, Bologna, Perugia, Palermo dan Taranto yang harus mengalami pengurangan lima poin.

3 dari 7 halaman

2. Marseille (1993)

Kasus pengaturan skor pernah menghebohkan Prancis pada era 1990-an. Kala itu, tim Ligue 1 Marseille diketahui terlibat dalam pengaturan skor.

Hal tersebut diketahui setelah Marseille meraih gelar Ligue 1 dan Liga Champions secara janggal. Sebelum laga penentuan gelar Ligue 1, pemain Marseille, Jean-Jacques Eydelie diberitakan mendekati tiga pemain lawan.

Tak hanya itu, Eydelie juga menawarkan sejumlah uang agar mereka mau mengalah, supaya pemain-pemain Marseille tidak mengalami cedera saat final Liga Champions.

Alhasil, bos Marseille, Bernard Tapie, harus menjalani hukuman dua tahun. Sementara pemainnya, Jean-Jacques Eydelie, dilarang aktif dalam kegiatan sepak bola.

4 dari 7 halaman

3. Indonesia vs Thailand Piala Tiger 1998

Pengatura skor juga pernah terjadi saat Piala Tiger 1998. Kala itu, Indonesia dan Thailand sama-sama tak mau bertemu Vietnam di babak selanjutnya.

Vietnam selaku tuan rumah memang tampil garang di babak grup dan terlihat amat menakutkan. Demi menghindari Vietnam, Indonesia dan Thailand dituntut tak meraih hasil sempurna.

Ketika pertandingan akan berakhir dengan skor 2-2, tiba-tiba pemain Indonesia Mursyid Efendi dengan sengaja menendang bola ke gawang sendiri yang dijaga Kurnia Sandy.

Akibat perbuatannya itu, Mursyid harus mendapatkan sanksi berupa larangan bermain seumur hidup. Sementara Indonesia dan Thailand didenda 40 dolar Amerika.

5 dari 7 halaman

4. Calciopoli (2006)

Skandal pengaturan skor yang kemudian menghebohkan dan diberi tajuk Calciopoli juga pernah melibatkan lima klub Seria A, yakni Juventus, AC Milan, Lazio, Regina dan Fiorentina. Kelima klub tersebut diketahui sengaja memilih wasit yang sekiranya bisa menguntungkan mereka.

Alhasil, kelima klub tersebut harus mendapatkan sanksi dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Juventus menjadi klub yang paling berat mendapatkan sanksi.

Alessandro Del Piero dkk harus turun kasta ke Serie B. Tak hanya itu, gelar Seria A yang diraih Bianconeri pada musim 2004-2005 dan 2005-2006 dicabut.

6 dari 7 halaman

5. Liga Jerman (2005)

Pada 2005, Bundesliga menjadi target pengaturan skor. Skandal tersebut melibatkan wasit divisi dua, Robert Hoyzer, yang berjudi saat laga-laga divisi dua Liga Jerman, DFB Pokal, dan Divisi Tiga.

Akibat dari perbuatannya itu Hoyzer mendapatkan sanksi berupa larangan terlibat di sepak bola seumur hidup dan menerima hukuman dua tahun penjara. Ia diketahui menerima sejumlah uang untuk memanipulasi empat laga sepak bola.

Tak hanya wasit, skandal itu juga menyerer tiga pemain Hertha berlin yang terlibat skandal pengaturan skor saat kalah 2-3 dari tim divisi tiga di DFB Pokal.

7 dari 7 halaman

6. PSS Sleman vs PSIS Semarang 2014

Dugaan pengaturan skor juga pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu. Kasus tersebut melibatkan PSS SLeman dan PSIS Semarang pada 26 Oktober 2014.

Saat itu, PSS menjadi pemenang dengan skor 3-2. Namun, kelima gol yang tercipta berasal dari gol bunuh diri.

Kedua tim sama-sama tak ingin meraih kemenangan karena beredar kabar baik PSS Sleman atau PSIS tak ingin bertemu dengan Pusamania Borneo FC yang sudah menunggu di laga semifinal kasta kedua.

Bahkan kejadian tersebut ikut disorot beberapa media luar negeri. Tentunya banyak yang merasakan kejanggalan dengan kelima gol yang terjadi dalam laga tersebut.

Video Populer

Foto Populer