Sukses


    5 Cerita Wasit yang Salah Ambil Keputusan, Sudah Minta Maaf Tetap Dapat Ancaman Pembunuhan

    Bola.com, Jakarta - Sebelum penggunaan Video Assistant Referee (VAR), kerja wasit sebagai pengadil pertandingan sepak bola terbilang berat. Tak jarang, mereka salah mengambil keputusan yang merugikan pihak tertentu.

    Dalam pertandingan sepak bola, wasit dituntut untuk cepat mengambil keputusan mengenai situasi di lapangan. Keputusan itu bisa berupa tindakan pelanggaran, keputusan offside, hingga pengesahan gol.

    Saking tak memiliki banyak waktu untuk berpikir untuk mengambil keputusan, wasit kerap melakukan kesalahan. Ada keputusan yang tepat, ada juga yang berujung kontroversi karena dianggap merugikan.

    Hal itulah yang membuat wasit kerap menjadi kambing hitam atas ketidakpuasan pemain, pelatih, hingga suporter. Wasit baru tersadar melakukan kesalahan setelah melihat tayangan ulang pertandingan.

    Meskipun sudah melayangkan permintaan maaf kepada pihak yang dirugikan, tapi hal itu ternyata tidak cukup. Kegagalan mengambil keputusan dalam pertandingan bisa membuat hidup seorang wasit terancam.

    Ada wasit yang mendapatkan teror dari suporter meski sudah beberapa waktu berlalu. Ada juga suporter yang beringas dan melayangkan teror pembunuhan untuk wasit.

    Bola.com merangkum sejumlah kisah permintaan maaf yang dilakukan wasit. Pemintaan maaf itu secara jantan diakui wasit yang salah mengambil keputusan dalam pertandingan sepak bola.

    Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

    2 dari 6 halaman

    Chelsea Vs Barcelona (Semifinal Liga Champions 2008-2009)

    Kepemimpinan wasit asal Norwegia, Tom Henning Ovrebo, menjadi sorotan dalam pertandingan sepak bola di semifinal Liga Champions 2008-2009. Ketika itu, Tom Henning Ovrebo memimpin laga leg kedua antara Chelsea melawan Barcelona.

    Chelsea berhasil unggul cepat melalui Michael Essien pada menit kesembilan. Setelah gol itu, kontroversi mulai terjadi yakni pelanggaran terhadap Florent Malouda hingga Didier Drogba yang dilanggar di kotak penalti.

    Namun, Tom Henning Ovrebo tak mengambil keputusan untuk memberikan Chelsea tendangan penalti. Puncaknya adalah ketika Gerard Pique tak sengaja menyentuh bola dengan tangan di kotak penalti.

    Seluruh penjuru Stamford Bridge bergemuruh atas kejadian tersebut. Namun, wasit Tom Henning Ovrebo tak bergeming dan enggan memberikan tendangan penalti.

    Michael Ballack ketika itu sempat melayangkan protes keras. Namun, wasit Tom Henning Ovrebo tak menghiraukannya.

    Akhirnya, Barcelona mampu mencetak gol penyeimbang pada menit ke-90+3. Gol tersebut sudah cukup menyingkirkan Chelsea.

    "Itu bukan hari terbaik saya. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan bisa dilakukan oleh wasit dan terkadang juga pemain atau pelatih," kata Tom Henning Ovrebo.

    "Saya bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat dan kita bisa berdebat soal itu. Jika saya mengambil keputusan lain, mungkin Chelsea bisa lolos ke final. Namun, kita tidak pernah tahu," ujar Tom Henning Ovrebo.

    Sampai saat ini, suporter Chelsea belum bisa menerima kecerobohan dari wasit Tom Henning Ovrebo. Meskipun sudah lama terjadi, Tom Henning Ovrebo masih sering mendapatkan teror dari suporter Chelsea hingga ancaman pembunuhan.

    3 dari 6 halaman

    Chelsea Vs Arsenal (Premier League 2013-2014)

    Wasit Andre Marriner harus mengakui kesalahannya karena gagal mengambil keputusan yang tepat dalam laga Premier League 2013-2014. Ketika itu, Chelsea menjamu Arsenal di Stamford Bridge pada 22 Maret 2014.

    Tak sampai 10 menit, Chelsea mampu unggul dua gol lebih dulu melalui Samuel Eto'o (5) dan Andre Schurrle (7'). Namun, tekanan makin bertambah buat Arsenal pada menit ke-15.

    Andre Marriner memberikan kartu merah langsung kepada Alex Oxlade-Chamberlain karena melanggar Eden Hazard di kotak terlarang. Chelsea akhirnya mampu memenangi pertandingan dengan skor 6-0 atas Arsenal.

    Belakangan, Andre Marriner mengakui kesalahannya dalam mengambil keputusan karena memberikan kartu merah langsung pada Alex Oxlade-Chamberlain. Badan Wasit Pertandingan Profesional ketika itu membenarkan tindakan Andre Marriner keliru.

    "Walaupun ini adalah keputusan yang sulit, Andre kecewa karena gagal mengambil keputusan kepada pemain yang tepat. Dia telah menyatakan kekecewaannya kepada Arsenal setelah mengetahui masalah ini," tegas pernyataan Badan Wasit Pertandingan Profesional.

    Andre Marriner sampai saat ini masih menjadi musuh bersama dari suporter Arsenal. Bahkan, dirinya kerap mendapatkan teror dan cemoohan dari suporter Arsenal saat memimpin laga.

    4 dari 6 halaman

    Barcelona Vs Atletico Madrid (La Liga 2013-2014)

    Wasit Antonio Mateu Lahoz mendapatkan sorotan setelah memimpin laga La Liga 2013-2014 yang mempertemukan Barcelona kontra Atletico Madrid. Laga tersebut sangat krusial karena menjadi penentuan gelar.

    Ketika itu, Atletico Madrid menyambangi Camp Nou dengan keunggulan tiga poin dari Barcelona. Atletico mengemban misi wajib menang untuk bisa memastikan gelar La Liga.

    Pada laga itu, Barcelona berhasil mencetak gol lebih dulu melalui Alexis Sanchez. Namun, Atletico sukses menyamakan kedudukan sebelum babak pertama berakhir melalui Diego Godin.

    Kontroversi terjadi pada babak kedua ketika Lionel Messi mencetak gol pada menit ke-63. Namun, gol tersebut dianulir Antonio Mateu Lahoz karena menganggap Lionel Messi berada dalam posisi offiside.

    Barcelona akhirnya harus puas bermain imbang 1-1. Hasil tersebut menjadi keuntungan buat Atletico yang pada akhir musim berhasil meraih gelar La Liga.

    Setelah melihat cuplikan pertandingan, seharusnya gol tersebut disahkan karena posisi Lionel Messi terhindar dari offiside. Asisten pelatih Barcelona kala iu, Elvio Paolorosso, menyebut wasit Antonio Mateu Lahoz sudah datang meminta maaf untuk keputusan kontroversialnya.

    "Messi mencetak gol yang seharusnya memberi gelar untuk kami, tapi wasit menganulirnya. Kami menangis di ruang ganti dan wasit datang untuk meminta maaf," tegas pria yang jadi asisten pelatih Tata Martino itu.

    5 dari 6 halaman

    Manchester United Vs Arsenal (Premier League 2009-2010)

    Kejadian bermula ketika Arsenal melawat ke kandang Manchester United dalam laga Premier League 2009-2010. Ketika itu, pertandingan berlangsung ketat hingga akhir.

    Arsenal menyerah 1-2 dari Manchester United. Padahal, ketika itu klub berjulukan Meriam London berhasil mencetak gol penyeimbang melalui Robin van Persie.

    Namun, gol tersebut dianulir wasit Mike Dean yang menganggap Van Persie sudah lebih dulu berada dalam posisi offiside. Keputusan itu membuat manajer Arsene Wenger murka dan melampiaskan kekesalannya dengan menendang botol minuman plastik.

    Tindakan itu terlihat oleh ofisial keempat, Lee Probert, yang langsung melaporkannya pada Mike Dean. Wenger akhirnya diusir ke luar bangku cadangan menuju tribune penonton.

    Namun, Wenger menolak sehingga sempat terjadi insiden dorongan yang melibatkan Lee Probert. Pada akhirnya, Lee Probert meminta maaf karena melakukan tindakan tidak sopan pada Wenger.

    "Saya sudah berbicara dengan Lee Probert dan dia sepenuhnya mengakui telah melakukan kesalahan. Dia juga akan meminta maaf kepada Arsene Wenger," kata Ketua Eksekutif Asosiasi Manajer Liga, Richard Bevan.

    6 dari 6 halaman

    Belanda Vs Spanyol (Final Piala Dunia 2010)

    Kepemimpinan wasit Howard Webb pada final Piala Dunia 2010 mendapatkan kritikan. Hal itu terjadi setelah wasit asal Inggris itu dianggap kurang tegas kepada pemain yang melakukan pelanggaran.

    Howard Webb menjadi pengadil saat Belanda bertemu Spanyol di partai final Piala Dunia 2010. Sejak awal, laga sudah berlangsung panas dan ditandai dengan banyaknya kartu kuning yang keluar dari saku Howard Webb.

    Kontroversi terjadi pada menit ke-28 ketika Nigel de Jong melayangkan tendangan kung fu terhadap Xabi Alonso. Anehnya, Howard Webb tak menganggap tindakan itu sebagai pelanggaran berbahaya sehingga Nigel de Jong hanya mendapatkan kartu kuning.

    Spanyol akhirnya meraih kemenangan 1-0 melalui gol Andres Iniesta pada menit ke-116. Sepanjang laga, Howard Webb mengeluarkan delapan kartu kuning dan satu kartu merah tidak langsung untuk Belanda serta lima kartu kuning untuk Spanyol.

    "Tidak perlu sampai paruh babak pertama buat saya untuk menyadari tendangan De Jong layak mendapatkan kartu merah. Saya patah hati karena tak bisa dipercaya," kata Howard Webb dalam bukunya.

    "Saya telah melewatkan kesempatan memberikan kartu merah pada final Piala Dunia dan itu mimpi buruk yang luar biasa. Setelah itu, saat saya kembali ke lapangan, kepala saya berdenyut dan jantung saya berdebar," ujar Howard Webb yang menyadari kesalahannya.

    Sumber: Squawka

    Video Populer

    Foto Populer