Sukses


Cristian Gonzales, Fenomena Langka di Dunia Sepak Bola Indonesia

Bola.com, Jakarta - Tak banyak pesepak bola yang bisa mempertahankan konsistensi permainan di usia 40 tahun. Namun Cristian Gonzales mampu melakukannya. Bomber klub Arema FC tersebut merupakan fenomena langka di dunia sepak bola Indonesia, bahkan di dunia.

Striker asal Jepang, Kazuyoshi Miura, menjadi satu-satunya pemain berkarier panjang yang bisa melebihi pencapaian Cristian Gonzales. Bomber kelahiran 26 Februari 1967 itu membela klub Yokohama FC di usia 50 tahun. Tapi dengan catatan semenjak 2005 (ketika membela Sydney FC), Miura mulai terlihat kehilangan ketajaman.

Pemain yang kala jaya pernah membela Santos (Brasil) dan Genoa (Italia) itu pada musim 2016 hanya dapat kesempatan tampil di dua laga saja dengan status pengganti.

Lantas bagaimana dengan Gonzales? Belum ada tanda-tanda kalau striker naturalisasi asal Uruguay tersebut kehilangan keganasannya menjebol gawang lawan. Ia saat ini masih menjadi pilihan utama di Arema FC.

Predator berjulukan El Loco (Si Gila) itu tetap terlihat konsisten menjadi pemain paling tajam di tim Singo Edan. Lebih dahsyat dibanding Francesco Totti, superstar Italia yang usianya sama dengan Gonzales, yang kini masih aktif bermain di klub papan atas AS Roma.

Totti di Serie A 2016-2017 bermain dalam 11 laga AS Roma dengan torehan dua gol saja. Sementara di pentas Indonesia Soccer Championship 2016, Gonzales jadi top scorer Arema dengan lesakan 15 gol. Itu pun dengan catatan ia sempat absen cukup lama karena cedera punggung di awal musim.

Cristian Gonzales kemudian membikin heboh turnamen Piala Presiden 2017 ketika ia mencetak lima gol pada pertandingan leg kedua semifinal melawan Semen Padang. Ia membawa Arema menang 5-3. Gol-gol yang dicetak bomber kelahiran Morevideo 30 Agustus 1976 itu membuat Arema memastikan tiket ke final.

Selanjutnya sang predator mencetak hattrick di laga final menghadapi Pusamania Borneo FC. Arema jadi juara Piala Presiden 2017 dengan rekor kemenangan menyakinkan 5-1!

Pemain yang mengawali karier di Indonesia bersama PSM Makassar pada musim 2004 tersebut jadi pencetak gol terbanyak sementara Piala Presiden 2017 dengan torehan delapan gol. Lalu apa komentar El Loco?

"Mencetak gol merupakan hal yang biasa bagi saya. Saya seorang striker, tugas saya mencetak gol," ujar Cristian kepada Bola.com yang berkesempatan mengunjungi kediamannya di Malang jelang duel final Piala Presiden 2017. 

Ketika ditanya resep menjaga konsistensi penampilan Gonzales dengan santai menjawab:

"Di usia yang tidak lagi muda, saya tidak mungkin mengandalkan kecepatan. Saya pasti habis menghadapi pemain-pemain muda yang permainannya agresif dan kencang. Saya banyak menggunakan otak dan insting saat bermain. Penempatan posisi dan kemampuan membaca arah permainan membantu saya untuk tetap menjaga ketajaman. Sejak awal berkarier di Indonesia hal itu saya lakukan. Dengan bermain cerdik, saya menghemat tenaga dan bisa fokus pada tujuan utama sebagai penyerang, yakni mencetak gol."


Pelatih Arema FC, Aji Santoso, melontarkan pujian ke sang pemain. Aji menilai kemampuan Gonzales menjaga konsistensi penampilan di usia senja memberi inspirasi bagi pemain muda Tim Singo Edan.

"Jika Gonzales tidak disiplin dan profesional menjalani kariernya, tidak mungkin dirinya bisa berkarier panjang seperti ini. Apa yang ditunjukkan Cristian sudah semestinya menjadi penyemangat bagi pemain muda. Ia sosok panutan, contoh nyata pesepak bola hebat yang layak ditiru," ucap Aji.

Di usia yang tidak lagi muda, El Loco yang mencatatkan diri menjadi pencetak gol terbanyak ajang elite Tanah Air sebanyak lima kali mengaku belum berniat pensiun dalam waktu dekat.

"Kapan saya pensiun? Belum terpikirkan sama sekali. Mungkin nanti ketika saya tidak bisa cetak gol lagi. Sekarang saya masih merasa fit dan sebugar pemain berusia 25 tahun. Saya masih bisa mencetak banyak gol," kata striker yang memulai karier di klub Uruguay, Sud America.

Secara terus terang Cristian mengaku masih punya hasrat kembali membela Timnas Indonesia. "Saya berharap pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla, tidak melihat usia tapi kemampuan. Saya membuktikan masih bisa bersaing. Kalau memang diberi kesempatan, saya ingin mempersembahkan gelar Piala AFF edisi 2018. Saya yakin masih berada di level terbaik tahun depan," kata Gonzales yang di awal kariernya berposisi sebagai bek kiri.

Melihat performanya di lapangan, Cristian Gonzales memang masih pantas membela Tim Merah-Putih. Bicara soal produktivitas belum ada satupun penyerang lokal yang bisa menyamai atau mendekati kemampuannya mencetak gol.

2 dari 6 halaman

Sepatu Kesayangan

Sepatu Kesayangan

Sebagai seorang pesepak bola profesional, Cristian Gonzales membutuhkan senjata perang sepatu yang membantunya tampil trengginas di lapangan. Sepatu Specs jadi pilihan El Loco selama 11 tahun terakhir.

Pilihan yang terhitung unik, mengingat Cristian besar di Uruguay sebelum jadi WNI pada tahun 2010. Rata-rata pesepak bola internasional kerap memakai sepatu keluaran luar Indonesia.

"Saya sekarang sudah menjadi warga Indonesia, sudah sepantasnya bangga pada sepatu sepak bola keluaran Indonesia," tutur Gonzales saat melakukan unjuk skill di Aji Santoso International Football Academy (ASIFA), Malang.

Cristian mengungkapkan alasan utamanya suka pada sepatu Specs. “Saat pertama kali memakai rasanya amat nyaman. Saya tidak perlu melakukan adaptasi sama sekali. Sepatu ini sesuai dengan tekstur kaki saya. Kaki saya terasa benar-benar nyaman. Jarang saya menemukan sepatu yang langsung enak dipakai," ungkap bomber yang tercatat lima kali ganti klub di Indonesia.

Specs Thunderbolt (Bola.com/Peksi Cahyo)

Pemain bertinggi badan 175 cm tersebut menyebut kalau Specs amat berjasa bagi kariernya. "Tanpa Specs saya tidak mungkin berkali-kali jadi top scorer. Sepatu Specs membawa keberuntungan."

Di Piala Presiden 2017 ini Cristian Gonzales menggunakan sepatu Specs keluaran terbaru Thunderbolt

Sepatu yang satu ini menggunakan teknologi Swervo Thunderbolt Kinetik Frame. Teknologi grid bagian upper sepatu ini membantu pemain melepaskan tendangan akurat dan presisi.

Secara khusus di hadapan Bola.com, Cristian Gonzales mempertontonkan kelebihan skill individu, seperti shooting, dribel, crossing serta passing, menggunakan sepatu Thunderbolt.

"Sepatu menjadi salah satu faktor yang mempermudah saya menampilkan permainan terbaik di pertandingan. Sepatu unsur penting di sepak bola. Salah pilih sepatu akan langsung terasa efeknya," ujar pemain kelahiran 30 Agustus 1976.

"Saya yakin bisa mencetak banyak gol dengan Specs Thunderbolt," timpalnya.

Specs Thunderbolt

3 dari 6 halaman

Minuman Tradisional ala Lionel Messi

Minuman Tradisional ala Lionel Messi

Salah satu resep Cristian Gonzales tetap bugar di usia 40 tahun adalah menjaga pola makan. Gonzales paling takut kalau badannya gemuk. Ia amat hati-hati memilih menu makanan.

Selain itu, ada satu resep yang membuat staminanya tetap terjaga, yakni minuman khas Amerika Latin, Yerba Mate.   

Yerba Mate terbuat dari tanaman khas Amerika Latin yang ditumbuk dan diseduh untuk diminum. Warnanya hijau mirip teh hijau ala Jepang. Tradisi minum yerba mate juga dilakukan bintang sepak bola top dunia, seperti Luis Suarez dan Lionel Messi.

Memasuki usia 40 tahun, El Loco, tetap tangguh saat berduel dengan pemain lawan. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

“Selain diminum bersama keluarga saat sedang santai, saya juga membawa Yerba Mate ketika menjalani pertandingan tandang. Tapi yang utama menjaga pola makan supaya stamina tetap terjaga,” kata Gonzales.

Tradisi minum Yerba Mate bagi masyarakat Amerika Latin juga sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Itu sebabnya meminum yerba mate sering dilakukan bersama keluarga setelah berdoa bersama.

"Minuman ini membuat jiwa saya tenang dan tubuh saya fit. Jika tidak meminumnya sehari saja kepala saya bisa terasa pusing," ujar Cristian yang secara berkala meminta keluarganya mengirim paket Yerba Mate langsung dari Uruguay.

Selain rutin menikmati Yerba Mate, Gonzales juga dikenal sebagai sosok yang rajin menjaga kebugaran. Ia rutin menjalani fitnes dengan didampingi instruktur. 

Saat menjalani sesi latihan, pemain yang sukses mempersembahkan gelar Liga Indonesia 2006 buat Persik Kediri itu, kerap menambah porsi latihan sendiri. "Sepak bola hidup saya. Untuk bisa tetap prima saya harus rajin latihan. Hal itu sudah menjadi konsekuensi dan tak bisa ditawar," ujar Cristian Gonzales. 

 

4 dari 6 halaman

Catatan Gol Fantastis El Loco

Catatan Gol Fantastis El Loco

Striker Arema FC, Cristian Gonzales, menghebohkan jagat sepak bola nasional setelah mencetak lima gol alias quintrick ke gawang Semen Padang pada laga leg kedua semifinal Piala Presiden 2017 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (5/3/2017).

Lima gol yang bersarang ke gawang Kabau Sirah, menambah panjang rekor mencetak gol peraih lima gelar top scorer pentas sepak bola elite di Tanah Air. El Loco meraih gelar sepatu emas di Liga Indonesia 2005-2006  (30 gol), Liga Indonesia 2006-2007 (32 gol), Liga Indonesia 2007-2008 (26 gol), Indonesia Super League 2008-2009 dengan (28 gol), serta Piala Indonesia 2009-2010 (10 gol).

Raihan lima gol ke gawang Semen Padang menyamai catatan yang ia buat, 11 tahun lalu. Kala itu, Gonzales yang masih berkostum Persik Kediri mencetak lima gol saat mengalahkan Persegi Gianyar 7-1 dalam lanjutan Divisi Utama pada 10 Mei 2016. Musim itu Tim Macan Putih sukses jadi jawara kompetisi.

Striker gaek Arema FC, Cristian Gonzales merayakan gol bersama Esteban Vizcarra setelah mencetak gol ke gawang Semen Padang pada leg kedua semifinal Piala Presiden 2017 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (5/3/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Di final, striker yang kini berusia 40 tahun, mencetak gol tunggal kemenangan Persik atas PSIS Semarang di Stadion Manahan, Solo, 30 Juli 2006.

Selain quintrick ke gawang Tim Kabau Sirah, Gonzales juga cukup sering mencetak hattrick maupun quattrick sepanjang kariernya. Dari data yang dirangkum Bola.com, pemain dengan nama lengkap Cristian Gerard Alfaro Gonzales sudah enam kali mencetak hattrick di pentas kompetisi kasta tertinggi.

Tiga gol perdana ia catatkan saat membela tim pertamanya di Indonesia, PSM Makassar. Pemain yang sering gonta-ganti gaya rambut ini mencetak hattrick pertama saat Juku Eja mengalahkan PSS Sleman 5-1 di Liga Indonesia 2003.

Setelah itu, hampir di setiap klub yang ia singgahi, Gonzales berhasil mencetak tiga gol dalam satu pertandingan. Mulai dari Persik (tahun 2005, 2007), Persib Bandung (2009), Putra Samarinda (ISL 2011-2012), dan Arema (2013 dan 2015).

Sementara itu, Gonzales pernah dua kali mencetak empat gol dalam satu pertandingan. Hal itu terjadi saat Persik menang 5-0 atas Persema Malang tahun 2005 dan 5-1 atas Persmin Minahasa pada 2006.

Terakhir ia menyumbang hattrick di laga puncak Piala Presiden 2017. Arema menang 5-1 atas Pusamania Borneo FC.

Keberhasilan Gonzales mencetak minimal tiga gol dalam satu pertandingan itu menempatkan Cristian Gonzales sebagai salah satu bomber subur di Tanah Air. Hanya Boaz Solossa, pemain yang bisa mendekati prestasi El Loco, dengan raihan tiga gelar top scorer kompetisi level tertinggi.

5 dari 6 halaman

Awalnya Seorang Playmaker

 Awalnya Seorang Playmaker

Tak banyak yang mengetahui kalau saat memulai kiprah sebagai pesepak bola profesional, Cristian Gonzales tidak bermain sebagai seorang striker. Di Uruguay negara kelahirannya, El Loco bermain sebagai gelandang serang alias playmaker.

"Saat bermain di sejumlah klub di Uruguay saya bermain sebagai playmaker. Saya biasa beroperasi di belakang penyerang, sebagai pembagi bola," ungkap Gonzales.

Pada periode 1995–1999 Cristian Gonzales tercatat sebagai pemain klub Sud America. Selanjutnya pada interval 1997–1999 ia berkostum, Huracan Corrientes. Terakhir pada tahun 2000–2002, Gonzales tercatat sebagai pemain Deportivo Maldonado.

Posisi bermainnya berubah ketika memulai karier di Indonesia. "Saya diminta agen yang membawa saya bermain sebagai striker. Menurut dia, jika memaksakan diri bermain sebagai playmaker saya tidak akan laku di Indonesia. Klub-klub di sini senang gelandang serang asing yang meliuk-liuk membawa bola. Sementara saya tipikal gelandang serang yang bermain taktis, tak berlama-lama menahan bola," cerita Gonzales.

Cristian Gonzales, berganti posisi bermain ketika memulai karier di Indonesia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Di Uruguay jarang ada playmaker stylist. Kami dituntut bermain cepat. Dapat bola langsung mencari kawan untuk dioper. Kami tidak terbiasa bermain sepak bola indah yang terkadang tidak efektif," tambahnya.

Pemain yang tercatat mencetak 11 gol buat Timnas Indonesia tersebut menuruti keinginan agen untuk berubah posisi main. Siapa sangka ia justru kecanduan jadi striker.

Membela PSM Makassar di Liga Indonesia 2003-2004 Gonzales langsung unjuk gigi. Ia mencetak 27 gol. Gonzales hanya kalah produktif dibanding rekan duetnya, Oscar Aravena, yang menyumbang 31 gol sekaligus jadi top scorer kompetisi.

"Duet kami paling menakutkan bagi lini pertahanan lawan. Kami sama-sama tajam dan bermain amat kompak. Sayang, walau sama-sama produktif kami gagal membawa PSM juara," ucap Gonzales.

Tidak ingin kembali memainkan peran sebagai playmaker? "Tidak. Jadi playmaker sudah masa lalu bagi saya. Saya senang mencetak gol. Ada perasaan puas luar biasa ketika melakukan selebrasi. Hal yang tidak mungkin saya rasakan kalau saya tidak bermain sebagai seorang penyerang," tutur Cristian Gonzales. 

6 dari 6 halaman

Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan hal utama dalam kehidupan Cristian Gonzales. Tanpa dukungan istri dan anaknya, penyerang naturalisasi berdarah Uruguay tersebut mengaku tidak akan bisa menjaga eksistensi di persaingan sepak bola level elite. 

Gonzales mempersunting wanita asal Indonesia, Eva Nurida Siregar. Mereka dianugerahi empat orang anak, Amanda, Michael, Fernando, dan Vanessa.

El Loco menjadi mualaf memeluk agama Islam pada tahun 2003 karena dorongan dari istri. Mustafa Habibi menjadi nama muslim sang striker.

Eva menjadi sosok yang setia mendampingi Cristian, dalam kondisi susah maupun senang. "Karier suami saya tidak selalu mulus di Indonesia. Ada pasang surutnya. Rasa cinta yang begitu besar membuat kami bertahan melaluinya," cerita Eva kepada Bola.com.

Eva dan putra-putrinya hampir tak pernah melewatkan momen-momen penting Gonzales di dunia sepak bola. "Saya dan anak-anak selalu menyempatkan menyaksikan Cristian bertanding. Dukungan dari tribun penonton amat berarti bagi suami saya. Semangatnya menampilkan permainan terbaik menjadi berlipat-lipat, karena mendapat dukungan dari keluarga," papar Eva.

Cristian Gonzales dan putrinya Florencia. (Bola.com/Ario Yosia)

"Saat final Piala Presiden 2017 ini saya dan anak-anak datang ke Bogor dari Malang. Saya berharap Cristian bisa mempersembahkan gelar juara buat Arema FC untuk memuaskan kelompok suporter Aremania yang begitu setia mendukung klub dan juga suami saya," tambah wanita yang berprofesi sebagai instruktur tari Salsa itu.

Cristian Gonzales sosok yang rajin menjalani sholat. Ia secara rutin berbagi berkah ke anak-anak yatim atau piatu. "Yang membuat saya bisa berkarier selama ini adalah berkat doa banyak orang," kata Gonzales.

Menariknya dari keempat anak, dua di antaranya mewarisi bakat mengolah si kulit bundar. Michael, anak kedua Gonzales sempat membela Arema U-21. Posisinya sama sebagai seorang striker.

Di sisi lain putri, Vanessa juga hobi bermain sepak bola. Bola.com secara langsung menyaksikan bocah berusia 9 tahun melakukan latihan ringan dengan sang ayah. 

"Papito (papa) rajin mengajari saya main bola. Suatu saat saya ingin seperti dia, jadi pemain bola," ungkap Vanessa yang tembakan-tembakan jarak jauhnya keras layaknya Cristian Gonzales.

 

 

 

Video Populer

Foto Populer