Sukses


4 Bintang Sepak Bola Dunia yang Gagal Bersinar di Indonesia

Bola.com, Jakarta - Bintang Persib Bandung, Carlton Cole, hingga saat ini belum berhasil memperlihatkan performa terbaik untuk Maung Bandung di Liga 1 2017. Namun, Carlton Cole bukanlah bintang dunia pertama yang merasakan kegagalan untuk bersinar di Liga Indonesia.

Sepak bola Indonesia tengah merasakan euforia kembalinya kompetisi resmi yang kini bertajuk Liga 1 2017. Kompetisi utama sepak bola di Indonesia itu semakin semarak dengan kehadiran sejumlah bintang dunia, baik yang berstatus marquee player, maupun yang hanya berstatus pemain asing biasa, seperti Carlton Cole dan Boubacar Sanogo.

Michael Essien adalah pemain berstatus bintang dunia pertama yang datang ke Indonesia pada musim ini. Nama Essien pun menjadi keran pembuka datangnya Peter Odemwingie, Didier Zokora, dan Carlton Cole ke Indonesia untuk tampil di Liga 1 2017.

Kedatangan Essien membuat PSSI pun menambah jatah kuota pemain asing, yang awalnya hanya tiga pemain dengan detil dua pemain asing non Asia dan satu pemain Asia, menjadi empat pemain dengan catatan satu pemain tambahan berstatus marquee player.

Dari semua pemain kelas dunia yang didatangkan 15 klub Indonesia, nama Carlton Cole cukup mendapatkan sorotan setelah dirinya tak memperlihatkan performa baik di Liga Indonesia, bahkan bisa dibilang berbanding terbalik dengan rekan setimnya, Michael Essien. Mantan pemain Chelsea, Aston Villa, dan West Ham United itu hingga pekan kelima Liga 1 2017 justru dinilai mengecewakan.

Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, bahkan sempat menyebut salah mengambil keputusan dengan menarik keluar Billy Keraf dan memasukkan Carlton Cole saat menghadapi PS TNI di Stadion Pakansari, Cibinong. Persib yang sudah unggul 2-0 akhirnya harus mengakhiri laga dengan hasil imbang 2-2.

Namun, Carlton Cole bukanlah satu-satunya pemain kelas dunia yang mengalami kesulitan ketika harus berkompetisi di Liga Indonesia. Dalam sejarah perkembangan sepak bola Indonesia, ada sejumlah pemain kelas dunia yang mencoba peruntungan di Indonesia, tapi gagal untuk memperlihatkan performa terbaik.

Bola.com mencoba memilih dan membantu Anda mengingat sepak terjang pemain sepak bola kelas dunia di yang kemudian bermain tidak sesuai harapan.

2 dari 5 halaman

Roger Milla

Roger Milla adalah salah satu pemain asal Kamerun yang cukup harum namanya di pentas sepak bola dunia. Dalam Piala Dunia 1990, Roger menjadi pemain tertua di Piala Dunia dengan usia 38 tahun, yang kemudian berlanjut ke Piala Dunia 1994 dengan rekor usia 42 tahun.

Roger Milla datang ke Indonesia untuk memperkuat Pelita Jaya pada Liga Indonesia musim 1994–1995. Kedatangannya pun disambut cukup meriah di Bandara Soekarno-Hatta selayaknya seorang bintang sepak bola dunia.

Roger Milla unjuk produktivitas di klub milik pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakria, namun gagal menyajikan prestasi. Ia mencetak 23 gol dalam 23 pertandingan bersama tim Galatama asal Jakarta itu, tapi tak cukup signifikan mengantar Pelita juara Liga Indonesia.

Padahal kala itu klub tersebut jadi unggulan juara dengan skuat bertabur bintang.

Pemain yang memiliki pengalaman level Piala Dunia (bermain tahun 1990 dan 1994) itu kemudian hijrah ke Putra Samarinda dan bertahan selama satu tahun di sana. 18 gol dicetaknya dalam 12 kali bermain. Di sana ia juga gagal mempersembahkan trofi.

 

3 dari 5 halaman

Mario Kempes

Tak berbeda dengan Roger Milla, Mario Kempes datang ke Indonesia dengan berlabuh di Pelita Jaya pada Liga Indonesia 1996. Ia datang sebagai seorang pemain yang memiliki predikat juara dunia setelah mengantarkan Argentina menjadi juara Piala Dunia 1978, di mana ia sukses mencetak gol ke gawang Belanda di pertandingan final.

Kempes juga bahkan berhasil menjadi pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak dalam Piala Dunia yang digelar di Argentina itu. Namun, kedatangannya ke Indonesia adalah ketika 17 tahun kemudian dari momen sukses Kempes menjadi juara dunia.

Saat datang ke Pelita Jaya, Kempes sudah berusia 39 tahun. Banyak pengamat sepak bola Tanah Air meragukan ia bisa kompetitif, mengingat postrunya terlihat tambun.

Dan benar saja, karier Mario Kempes di Indonesia tidak berlangsung lama. Hanya satu musim saja Kempes berada di Pelita Jaya dan hanya mencetak 12 gol dalam 18 pertandingan.

 

4 dari 5 halaman

Lee Hendrie

Gelandang asal Inggris ini terhitung baru beberapa tahun lalu datang ke Indonesia, tepatnya saat kompetisi sepak bola Indonesia tengah dalam masa-masa dualisme. Pemain yang mengawali karier bersama Aston Villa itu datang ke Indonesia pada 2011 dan bergabung bersama klub Liga Primer Indonesia, Bandung FC.

Kabar bergabungnya Hendrie ke Bandung FC pun sempat diberitakan oleh media Inggris, The Guardian, yang menyebut sang pemain bergabung dengan sebuah klub yang berpartisipasi dalam breakaway league.

Nasibnya di Indonesia pun memang sejalan dengan nasib klubnya. Liga Primer Indonesia tidak berhasil menyelesaikan satu musim dan membuat Hendrie harus kembali ke negara asalnya untuk bergabung bersama Daventry Town.

Selama berseragam Bandung FC, Lee Hendrie hanya bermain 18 kali dan berhasil mencetak tiga gol. Sang pemain dalam sebuah sesi wawancara dengan media asing mengaku kapok bermain di Indonesia. Fasilitas sepak bola di negara kita jauh dari ekspetasinya.

5 dari 5 halaman

Marcus Bent

Seperti halnya Lee Hendrie, ada satu pemain Inggris lain yang juga datang ke Indonesia pada 2011. Mantan pemain Crystal Palace dan Everton itu memilih bergabung dengan Mitra Kukar ketimbang klub-klub di utara Inggris yang memang menginginkannya.

Namun, hanya dalam kurun waktu lima bulan Marcus Bent langsung dipecat. Performanya yang tidak berkembang menjadi alasan klub berjulukan Naga Mekes itu. Dari 11 penampilannya bersama Mitra Kukar, Bent hanya mampu mencetak empat gol saja.

Lebih sedih ketika Bent tak lagi berseragam Mitra Kukar, ia tidak mendapatkan klub lagi untuk meneruskan kariernya. Padahal saat itu ia masih berusia 33 tahun.

 

 

Video Populer

Foto Populer