Sukses


5 Gelandang Terbaik Sepanjang Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - Bicara Liga Indonesia ingatan membawa kita ke kompetisi yang digelar sejak 1994 atau setelah dua kompetisi sepak bola sebelumnya, Galatama dan Perserikatan, bersatu. Selama 23 tahun hingga saat ini, tentu banyak pemain hebat lahir dari pentas Liga Indonesia, termasuk gelandang yang memiliki peran penting di lini tengah tim.

Gelandang kerap kali menjadi titik permainan tim. Seorang gelandang memiliki kemampuan untuk membantu timnya saat bertahan dan menjadi awal ketika membangun serangan.

Namun, seorang gelandang yang luar biasa, tak hanya bisa membantu timnya saat bertahan maupun menyerang. Gelandang yang lengkap juga mampu memecah kebuntuan timnya dengan menciptakan peluang dan mencetak gol atas namanya sendiri.

Sepanjang 23 tahun Liga Indonesia bergulir sebagai kompetisi profesional, banyak gelandang hebat yang lahir. Sebut saja Bima Sakti, yang kini menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 dan juga pelatih kepala Timnas Indonesia U-19.

Tidak mudah memilih deretan gelandang ciamik itu, tetapi Bola.com mencoba lima di antaranya, mulai yang terkini hingga yang tampil di awal-awal bergulirnya Liga Indonesia.

2 dari 6 halaman

Stefano Lilipaly

Stefano Lilipaly

Pemain kelahiran Belanda ini kali pertama datang ke Indonesia untuk menjadi pemain naturalisasi yang memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2013. Ia kemudian meninggalkan Belanda dan bermain di Jepang bersama Consadole Sapporo sebelum akhirnya datang ke Indonesia dan bergabung bersama Persija.

Sanksi dari FIFA yang dijatuhkan pada PSSI membuat Stefano Lilipaly melanjutkan kariernya di Belanda sebelum akhirnya kembali ke Indonesia pada 2017 dan bergabung bersama Bali United. Pemain berusia 28 tahun itu kini menjadi satu di antara andalan Serdadu Tridatu di lini tengah.

Tak berbeda ketika membela Timnas Indonesia, Stefano Lilipaly mampu memperlihatkan performa luar biasa sebagai kreator serangan bagi Bali United. Pergerakannya yang luwes sebagai gelandang serang membuatnya memiliki senjata mematikan yang mampu mengecoh pertahanan lawan.

Mendapatkan dukungan dari pemain-pemain sayap muda berkaki cepat, Stefano Lilipaly punya dua jalur aliran bola untuk membangun serangan melalui sayap. Namun, tak hanya itu, umpan-umpan terobosannya mampu membuat striker Bali United pada 2017, Sylvano Comvalius, serta Ilija Spasojevic pada musim ini kerap dimanjakan.

Tak sebatas itu saja. Stefano Lilipaly bukan pemain yang hanya mengandalkan umpan-umpan matang kepada pemain sayap dan striker timnya. Pemain kelahiran Arnhem itu juga mampu mencari ruang kosong untuk menembak bola langsung ke gawang demi menciptakan gol. Empat gol di Liga 1 2017 menjadi bukti Stefano Lilipaly seorang gelandang yang lengkap.

3 dari 6 halaman

Ponaryo Astaman

Ponaryo Astaman

Pemain kelahiran Balikpapan 38 tahun silam itu merupakan satu di antara gelandang yang terkenal memiliki stamina dan berenergi dalam setiap penampilannya. Mengawali karier bersama Bontang PKT pada 2000, gelandang yang juga pernah menjadi kapten Timnas Indonesia itu, hingga 2017 masih tercatat bermain di Borneo FC.

Berbeda dengan Stefano Lilipaly, Ponaryo Astaman merupakan gelandang yang beroperasi cukup luas di lini tengah. Tak hanya menjadi penggerak dan pengatur irama permainan timnya, Ponaryo Astaman tak ragu melakukan tekel keras kepada lawan sebelum masuk ke area pertahanan timnya.

Meski tak pernah memberikan prestasi kepada Timnas Indonesia, Ponaryo Astaman pernah membawa Sriwijaya FC menjadi juara Inter Island Cup 2010 dan 2012, serta Indonesia Super League 2011-2012.

Satu di antara momen terbaik Ponaryo Astaman adalah ketika menjadi pemain terbaik Liga Indonesia 2004. Saat itu Ponaryo berseragam PSM Makassar. Berpartner dengan Syamsul Bahri, PSM menjadi tim yang solid di lini tengah. Syamsul bertugas menghadang serangan lawan, sementara Ponaryo mengalirkan bola dan menyusun serangan.

Namun, momen keberhasilannya menjadi pemain terbaik di Liga Indonesia 2004 tak dibarengi keberhasilan PSM menjadi juara. Saat itu PSM gagal menjadi juara karena kalah selisih gol dari Persebaya Surabaya yang keluar sebagai pemenang.

4 dari 6 halaman

Luciano Leandro

Luciano Leandro

Pemain asal Brasil ini begitu lekat dengan dua klub besar Indonesia dari era perserikatan, PSM Makassar dan Persija Jakarta. Luciano enggan memilih mana di antara dua klub itu yang lebih disukainya.

Keengganan itu bisa dimaklumi mengingat masa keemasan Luciano Leandro terjadi bersama dua klub papan atas Indonesia itu.

Akrab disapa Lucy, pemain asal Brasil ini kali pertama tampil di Liga Indonesia bersama PSM Makassar pada 1996. Luciano berkiprah bersama Juku Eja selama empat musim. Di musim terakhirnya, Luciano berhasil mengantarkan PSM Makassar menjadi juara Liga Indonesia 1999-2000.

Selanjutnya, Luciano memutuskan hengkang ke Persija pada musim 2000-2001. Bersama tim Macan Kemayoran, Luciano berhasil meraih gelar juara Liga Indonesia di musim pertamanya.

5 dari 6 halaman

Fakhri Husaini

Fakhri Husaini

Salah satu playmaker terbaik yang dimiliki oleh Timnas Indonesia, Fakhri Husaini, merupakan pemain yang akrab dengan Pupuk Kaltim semasa masih bermain. Kemampuan keeping bola yang dimilikinya sangat bagus dan kerap membuat lawan kesulitan untuk bisa menebak kapan bola akan dilepaskan kepada striker yang menunggu di depan.

Kepiawaiannya sebagai seorang playmaker membuatnya sempat dijuluki maestro lapangan tengah. Namun, kemampuannya itu tak berhasil membawa Pupuk Kaltim meraih prestasi.

Nama Fakhri Husaini lebih mentereng karena loyalitasnya bersama Pupuk Kaltim hingga gantung sepatu dan menjadi asisten pelatih di klub yang akhirnya berganti nama menjadi Bontang FC. Loyalitas dan kemampuan luar biasa yang diperlihatkannya bersama Pupuk Kaltim menjadi satu di antara alasan Fakhri terus menjadi langganan Timnas Indonesia.

6 dari 6 halaman

Carlos de Mello

Carlos de Mello

Pemain asal Brasil ini datang ke Indonesia bersama sejumlah pemain Brasil lain, seperti Antonio Claudio dan Jacksen F. Tiago. Kedatangan ke Indonesia bisa dibilang sebagai kebetulan karena ia ditipu orang yang akan membawanya ke Malaysia.

Namun, kehadirannya bersama Jacksen F. Tiago langsung membawa keberuntungan bagi Petrokimia Putra. Pada musim pertamanya di Indonesia, Carlos de Mello membantu timnya mencapai final Liga Indonesia 1994. Petrokimia kalah dari Persib Bandung di laga puncak tersebut.

Pemain asal Brasil ini merasakan empat kali final Liga Indonesia sepanjang kariernya di Indonesia. Selain bersama Petrokimia Putra, ia juga mencapai final Liga Indonesia bersama PSM Makassar, Persebaya Surabaya, dan Persita Tangerang.

Namun, prestasi terbaiknya tentu menjadi juara Liga Indonesia bersama PSM dan Persebaya. Bersama Jacksen F. Tiago, ia membawa Persebaya menjadi juara Liga Kansas 1996-1997. Kemudian ia juga mengantar PSM menjadi juara Liga Bank Mandiri 1999-2000.

Video Populer

Foto Populer