Sukses


Gede Widiade dan Ajakan Menahan Diri demi Persija

Bola.com, Jakarta - Berulang kali Gede Widiade menegaskan untuk memercayakan pengusutan kasus Haringga Sirla dan penentuan keputusan sanksi kepada pihak yang berwenang. Direktur Utama Persija Jakarta itu berharap semua elemen pendukung Persija bisa menahan diri demi kebaikan Macan Kemayoran.

Gede Widiade cukup marah ketika mengetahui ada anggota The Jakmania yang tewas di Bandung. Ia menyayangkan hal tersebut, terutama karena ketika ada pendukung Persib Bandung tertangkap ketika Persija menjamu Persib di Stadion PTIK, Jakarta Selatan, panpel langsung mengamankan dan memintanya untuk segera pulang.

Namun, setelah itu Gede Widiade menurunkan tensinya. Dalam setiap kesempatan berbicara, Gede Widiade menyampaikan pesan agar semua pihak, terutama dari The Jakmania, bisa menahan diri dan memberikan kesempatan kepada pihak-pihak berwenang, seperti PSSI dan kepolisian, untuk mengusut dan mengambil tindakan dari kasus yang terjadi.

Meski marah dan sedih atas insiden yang terjadi, Gede tak ingin permasalahan menjadi berlarut-larut. Melihat anggota pendukung timnya kehilangan nyawa di tangan pendukung klub lain, Gede berpikir layaknya semua orang, ingin mengakhiri kebencian yang ada di antara kelompok suporter.

Ia ingin kepolisian dan PSSI memberikan hukuman yang sangat berat dan memberikan efek jera kepada pelaku dan membuat orang lain berpikir untuk melakukan hal yang sama.

Demi mengajak The Jakmania bisa menahan diri dan tidak membalas apa yang terjadi kepada rekannya, Gede melakukan silaturahmi bersama kelompok pendukung Persija tersebut dan mengundang petinggi kepolisian untuk bisa menjelaskan dan memberi gambaran bahwa petugas terus melakukan penyelidikan dan mengusut pelaku yang belum tertangkap.

 

"Kejadian ini dampaknya sangat besar. Tersangka pun kehilangan keluarga, panpel klub terkena sanksi, klub juga disanksi. Sudahi dendam ini, saya bicara ini dari hati yang paling dalam," ujar Gede.

 

Hal tersebut dilakukannya tidak lain demi Persija. Gede Widiade tak ingin The Jakmania menjadi suporter yang benar-benar mencintai Persija dan bukan justru merugikan Macan Kemayoran.

Berikut petikan wawancara Gede Widiade setelah manajemen Persija Jakarta melakukan silaturahmi bersama rekan-rekan The Jakmania.

2 dari 3 halaman

Tak Ingin Ada Kegiatan Kontra-Produktif

Anda mempertemukan manajemen, The Jakmania, dan petinggi kepolisian dalam satu tempat. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada pendukung Persija?

Kami mencoba melakukan rekonsiliasi internal. Kami juga memberikan informasi konkret kepada seluruh anggota kami, baik ofisial, manajemen, rekan-rekan pemimpin korwil maupun korlap The Jakmania untuk mendapatkan masukan dari kami, dari Ketua The Jakmania, dari Polda Metro Jaya, dan juga dari Mabes Polri.

Harapannya adalah informasi yang diberikan bisa objektif, konstruktif, dan dapat diterima teman-teman yang lain. Dengan pertemuan seperti itu, rekan-rekan kepolisian juga bisa memberi pencerahan kepada pemimpin korwil The Jakmania dan melanjutkan informasi kepada anggotanya agar sama-sama menerima informasi yang konstruktif, nyata, dan tidak ditambahkan bumbu informasi lain. Semua demi menghindari adanya kegiatan yang kontraproduktif.

Bagaimana Anda melihat perkembangan terbaru terkait insiden ini?

Bapak Suntana sudah menjelaskan tindakan atau aktivitas kepolisian saat ini adalah melakukan investigasi terhadap pelaku-pelaku atau terduga tindak pidana pembunuhan itu hingga sekarang.

Kami dari manajemen Persija dan The Jakmania selalu memantau, meminta dengan sangat agar pihak kepolisian bertindak secara proporsional, mengedepankan praduga tidak bersalah, dan melakukan tindakan konkret terhadap pelaku-pelaku yang sebenarnya melakukan tindakan pidana.

Saya hanya berharap kepada mereka yang melakukan pemukulan agar segera menyerahkan diri. Sementara kepada rekan-rekan yang tidak melakukan pemukulan agar memberikan informasi yang berguna bagi penyelidikan dan terhindar dari dugaan pembunuhan.

 Apakah Anda berkomunikasi dengan Persib untuk penyelesaian masalah ini?

Kalau dengan manajemen Persib, ya saya berkomunikasi. Mereka menyayangkan kejadian ini dan mereka pun akan melakukan rekonsiliasi internal.

 Bagaimana Anda melihat penghentian sementara Liga 1?

Menurut saya ini merupakan tindakan yang wajar. Sebuah tindakan sangat produktif dari pemerintah yang langsung mengambil tindakan cepat, tidak berandai-andai, dan sekarang tinggal bagaimana instansi yang mempunyai kewenangan terhadap persepakbolaan Indonesia bisa mengambil tindakan.

Jadi, awalnya saya melihat keputusan ini merupakan tindakan yang tergesa-gesa. Namun, setelah mengamatinya lagi, mendengar, dan berkoordinasi dengan BOPI, Menpora, dan yang lain, ternyata landasannya jelas. Latar belakang keputusan itu diambil dengan ketentuan yang sangat jelas.

Mereka ingin institusi yang membawahi sepak bola melakukan tindakan konkret. Bisa menyikapi, mengidentifikasi, dan mengambil keputusan. Hanya itu yang diinginkan BOPI dan Menpora.

Saya pikir sangat wajar dan tidak adil apabila kita semua tidak memberikan kesempatan kepada PSSI yang merupakan wadah tunggal sepak bola Indonesia untuk melakukan investigasi.

Saya sudah katakan berikan kesempatan kepada PSSI untuk melakukan investigasi dan kemudian nanti akan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang ada. Kemudian kita semua yang akan menilai apakah mereka bisa objektif, adil, dan tegas, atau tidak.

 Menurut Anda apakah insiden di Bandung ini akan berdampak kepada perizinan pertandingan Persija saat kompetisi bergulir lagi?

Kejadian ini tentu akan membuat kepolisian melakukan evaluasi lagi terkait perizinan.

Inilah yang membuat saya tidak terlalu reaktif terhadap permasalahan ini. Saya tidak ingin terlalu responsif untuk melakukan kegiatan di Jakarta karena menurut saya ini momen kita untuk berkabung.

Pada satu sisi kami menangis karena sedih, pada satu sisi ada rekan kami yang masih merasakan sakit karena insiden ini. Jika melampiaskan rasa sakit itu tentu bahaya, maka saya menunggu hingga kurun waktu tertentu.

Dengan diam, itu juga positif bagi kita. Itu memberikan kesempatan kepada mereka yang sedih untuk bisa kembali ke titik normal. Mereka yang marah juga bisa kembali ke titik normal juga.

3 dari 3 halaman

Harapan dan Solusi agar Insiden Tidak Terulang

Bicara sebagai Dirut Persija, Anda berharap sampai kapan kompetisi berhenti seperti ini?

BOPI mengatakan satu pekan dengan catatan apabila PSSI reaktif, cepat, responsif, tidak perlu diperpanjang lagi karena yang mereka harapkan adalah respons dari PSSI.

Saya pun mendengar PSSI sudah membentuk tim investigasi dan segera melakukan penyelidikan dan mengambil keputusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya berharap PSSI bertindak cepat agar penghentian sementara terhadap kompetisi ini bisa segera dicabut.

 Apa yang Anda harapkan dari keputusan PSSI?

Saya berharap keputusan dan sanksinya tidak klise lagi. Tindakannya harus konkret agar semua suporter di Indonesia takut untuk melakukan tindakan seperti kemarin.

Jika itu tidak membuat mereka takut atau membuat mereka jera, akan seperti itu terus. Tidak hanya di Bandung, bisa saja di Jakarta atau di Surabaya.

Jadi saya pun memohon jangan terlalu menyudutkan rekan-rekan di Bandung, baik bobotoh atau Viking. Ini sesuatu kejadian yang tidak terduga, tapi memang sudah terjadi.

Jadi biarkan kepolisian dan PSSI melakukan tugasnya. Lebih baik adalah kita mengawasi mereka, apabila mereka sudah melakukan tugas sesuai ketentuan yang berlaku, kita pun harus mengapresiasi mereka.

Secara pribadi, Anda punya solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini?

Kepolisian sudah bergerak cepat karena mereka memiliki landasan hukum yang jelas. Lalu ketika polisi bisa bergerak cepat, kenapa PSSI tidak bisa? Mereka memiliki regulasi, mereka memiliki Komisi Disiplin.

PSSI dan Komisi Disiplin sekarang dipertaruhkan. Nyawa manusia ini tidak boleh dibuat main-main. Apakah selama ini keputusan mereka memuaskan? Kalau memuaskan tentu tidak akan terjadi lagi. Lalu kenapa kejadian ini terjadi dan terus terjadi? Tentu saja karena keputusannya tidak memuaskan.

Jadi hukuman lima tahun tidak boleh ditonton suporter dan harus bermain di luar kota tentu akan membuat klub rugi. Klubnya bisa mati, suporternya pun seperti itu. Jadi, ada efek ketakutan akan hal tersebut bisa terjadi.

Kalau hukumannya hanya membayar denda Rp1 miliar, tiga kali tidak boleh bermain, sebuah klub besar pasti bisa melakukannya. Bus mewah pun mereka beli, bikin toko bisa, tentu saja membayar miliaran bisa.

Satu hal yang paling esensial, apa kira-kira efek jera yang paling membuat klub dan suporter takut. Jadi pikirkan efek jeranya, jangan yang lain. Apa sih yang paling membuat suporter dan klub takut? Klub itu paling takut kalau diusir dari kotanya dan tidak boleh ditonton. Suporter pasti takut kalau tidak boleh menonton klubnya selama 10 tahun.

Kalau itu disadari, kenapa tidak dicoba? Lebih baik dicoba kalau memang tujuannya bagus dan tidak membuat orang bisa membunuh lagi. Kalau ada pembunuhan dihukum selama 10 tahun, jika ada yang menolak berarti ada potensi ingin membunuh lagi. Buat saya jangankan 10 tahun, hukuman 1.000 tahun pun tidak apa-apa, karena memang tidak ada keinginan kita untuk membunuh.

Video Populer

Foto Populer