Sukses


4 Contoh Konkret Penanganan Kasus Pengaturan Skor yang Bisa Ditiru PSSI

Bola.com, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) masih mendapat tekanan terkait kasus pengaturan skor (match fixing), yang melibatkan para pelaku dan unsur internal. Pihak berwajib sudah menepatkan tersangka, namun bukan berarti masalah selesai.

Menurut Rimba Supriatna, Peneliti Hukum Olah Raga Ganesport Institute, pengaturan skor terjadi di berbagai negara, tak hanya Indonesia. Hal pembeda hanya pada reaksi atau penanganan serta rancangan penanggulangan terhadap tindak pengaturan skor tersebut.

Rimba menegaskan, kasus pengaturan skor tidak bisa tuntas hanya dengan komite yang bersifat ad hoc. "Butuh penanganan yang tetap, bukan sekadar ad hoc. Ini yang harus dilakukan," sebutnya.

Pendiri Ganesport Institute, Amal Ganesha, mengungkapkan, PSSI dan pemerintah Indonesia tergolong lambat dalam melakukan pencegahan terhadap kemungkinan pengaturan skor. "Isu ini sedang menjadi topik hangat di dunia, dan beberapa negara lain sudah lebih dulu peka dalam penanggulangannya,” ujar Amal Ganesha.

Negara-negara maju pernah mengalami kehebohan terkait pengaturan skor. Namun, mereka sanggup berbenah dan sukses mencegah terjadinya kongkalikong negatif tersebut.

“Inggris mengalami kasus pengaturan skorsepak bola untuk kali pertama pada 1900-an, Jerman sekitar tahun 1970-an, jadi ini masalah yang harus ditertibkan secara tetap, bukan ad-hoc. Selain itu, 80 persen kasus match-fixing di dunia ternyata ada di sepakbola,” tegas Amal.

Walhasil, Amal berpendapat, pembentukan komite ad hoc integritas justru tumpang tindih dengan Komite Etik PSSI yang sudah ada. Hal itu senada dengan analisa Rimba Supriatna “Apa bedanya? Saya rasa, secara fungsi, komite etik itu sama saja dengan komite integritas,” katanya.

 

2 dari 2 halaman

Contoh Kasus Penanggulangan Pengaturan Skor

Ganesport Institute memiliki beberapa studi kasus di luar negeri tentang bagaimana isu pengaturan skor dikelola secara tetap, bukan sementara. Contoh di bawah ini bisa menjadi pelajaran bagi PSSI

1. Australia

Di negara bagian Victoria, Kepolisian Australia sudah memiliki unit tetap untuk menangani match fixing, bernama Sport Integrity Intelligence Unit. Unit ini telah menjadi model bagi penuntasan korupsi olah raga di dunia.

2. Korea Selatan

Di Korea Selatan, sebuah sentra pelaporan di bawah Kementerian Olah Raga Korea menjadi strategi yang bersifat tetap untuk melawan pengaturan skor. Sentra pelaporan ini bernama the Sports Corruption Reporting Center.

Unit ini terdiri dari beberapa personil kepolisian, penyidik, dan jaksa. Sentra pelaporan ini efektif mengurangi kasus match fixing di Korea, menurun dari 1.895 laporan publik di tahun 2014 ke hanya 776 laporan di 2015.

3. Austria

Pemerintah Austria melalui Kementerian Olah Raga, mendirikan the Play Fair Code, sebuah wadah kampanye tetap yang bersifat edukatif terhadap perilaku koruptif di olah raga. Kampanye ini mengedukasi atlet dari level amatir sampai profesional untuk menghindari match-fixing.

4. FIFA

FIFA membangun hubungan strategis dengan stakeholders alias pemangku kepentingan, yang ikut berperan menjaga integritas di olah raga. Satu di antaranya dengan Interpol, melalui sebuah kerjasama yang diberi nama Anti-Corruption Training Wing di kompleks Interpol di Singapura.

Sumber: Ganesha Institute

Video Populer

Foto Populer