Sukses


Sejumlah Fakta Meleset Berkaitan dengan Kasus Pengaturan Skor

Bola.com, Jakarta - Publik sepak bola Tanah Air dibuat gempar usai menyaksikan talk show Mata Najwa di salah satu stasiun televisi pada Rabu (20/2/2019). Terutama berkaitan dengan pengakuan narasumber yang diundang untuk membuka tabir pengaturan skor di kompetisi Liga 1 garapan PSSI. 

Tiga narasumber yang memicu keriuhan antara lain sopir Joko Driyono, perangkat pertandingan, dan Dwi Irianto alias Mbah Putih tersangka kasus suap Liga 2, PSS Vs Madura FC.

Dalam diskusi bersama satu perangkat pertandingan yang disembunyikan identitasnya, Najwa menanyakan sederet kasus pengaturan skor yang terjadi di kompetisi sepak bola Indonesia.

Perangkat pertandingan itu menyebutkan bahwa banyak laga di Liga 1 telah diatur.

Klub-klub yang disebut sang narasumber protes keras, karena merasa fakta yang diungkapkan berbeda dengan kenyataan.

Pihak-pihak yang disebut merasa dihakimi, karena potongan-potongan rekaman wawancara marak beredar di media sosial (medsos) dan mendapat respon tinggi di kalangan netizen.

Sebut saja CEO Arema FC, Agoes Soerjanto. Ia merasa prihatin dengan tudingan pengaturan skor terhadap Iwan Budianto, mantan CEO Arema yang menyeret-nyeret Tim Singo Edan dalam pusaran kasus match fixing.

Kecurigaan terhadap Iwan menjadi otak pengaturan skor kini ramai di medsos terutama setelah tayangan Mata Nazwa edisi terakhir ditayangkan.

Namun sampai sekarang, tudingan itu belum terbukti. Berangkat dari fakta tersebut, Agoes meminta semua menerapkan azas praduga tidak bersalah.

"Tudingan itu bagi saya masih sebatas di televisi, masih disiarkan, mari terapkan dulu asas praduga tidak bersalah. Karena negara kita ini adalah negara hukum," ungkap Agoes dalam keterangan pers yang diterima Bola.com.

Iwan Budianto disebut narasumber rahasia Mata Nazwa terlibat pengaturan skor Arema FC Vs Borneo FC di Liga 1 2018

Sumber anonim itu menyebut bahwa Iwan telah memerintahkan wasit untuk memenangkan Arema FC saat melawan Borneo FC pada Liga 1 2018 dengan imbalan Rp 20-25 juta.

Namun, jika dilihat pada data pertandingan, ternyata Arema kalah 1-2 dari Borneo pada putaran pertama di Samarinda. Lalu, ada hasil imbang 2-2 saat kedua tim bersua pada putaran kedua di Malang.

Selain itu, pernyataan sang perangkat pertandingan tersebut terkait dengan laga Borneo FC melawan PSM Makassar juga kurang sesuai dengan kenyataan.

Fakta meleset terjadi atas tuduhan lain yang melibatkan klub berbeda, Borneo FC dan PSM Makassar. Iwan yang namanya disamarkan dengan insial IB, yang berstatus sebagai salah satu anggota Komite Eksekutif PSSI, dituduh terlibat pengaturan skor untuk memenangkan Borneo FC atas Juku Eja

2 dari 2 halaman

Menahan Diri

Realitanya pada hasil pertandingan, justru PSM dua kali memenangi laga dengan Borneo FC di Liga 1 2018. Tim asuhan Robert Alberts menang 1-0 di Stadion Andi Matalatta, dan unggul 2-1 di Stadion Segiri, Samarinda.

Di sisi lain, tuduhan serupa di ajang pramusim Piala Presiden 2018, realitanya tak sinkron. Iwan dituding meminta Arema menang dan tidak boleh kalah dari Bhayangkara FC karena menentukan peluang lolos dari grup. Faktanya, hasil pertandingan antara Arema Vs Bhayangkara FC berkesudahan 0-0. Menariknya klub Bhayangkara FC milik Polri.

Di sisi lain, Pieter Tanuri, pemilik Bali United buka suara soal tuduhan tak mendasar yang diarahkan ke dirinya.

Pieter yang disebut dengan inisial PT disebut meminta Bali United menang atas Persela Lamongan di Bali. Walau hasil pertandingan menunjukkan hal tersebut, di mana Bali United unggul tipis 2-1, Pieter merasa sama sekali tidak melakukan intervensi ke perangkat pertandingan.

“Saya tidak mengetahui hal itu (meminta bantuan perangkat pertandingan). Kalau tim mau menang siapa sih yang tak mau menang, kami mintanya ke pelatih dan pemain,” ucap Pieter dikutip dari Mata Najwa.

Agoes Soerjanto menekankan agar semua pihak menahan diri di tengah sedang getol-getolnya Satgas Antimafia Bola melakukan pengusutan kasus-kasus pengaturan skor. "Jangan sampai menuduh karena ada informasi seperti itu. Akhirnya, nanti tidak sadar, sportivitas menjadi korban,” papar Agoes.

Video Populer

Foto Populer