Sukses


3 Perbedaan Permainan Timnas Indonesia di Tangan Simon McMenemy dan Luis Milla

Bola.com, Mandalay - Era baru Timnas Indonesia di tangan Simon McMenemy diawali dengan menjanjikan. Arsitek tim asal Skotlandia itu berhasil menorehkan kemenangan pada partai debutnya melawan tuan rumah Myanmar, Senin (25/3/2019), di Stadion Mandalar Thiri, Mandalay.

Timnas Indonesia menjinakkan Myanmar dengan skor 2-0. Catatan menariknya, kemenangan itu terjadi di markas lawan.

Secercah harapan pun muncul. Simon McMenemy memikul ekspektasi untuk mengantar Timnas Indonesia lebih menggigit dibanding ketika ditangani Luis Milla Aspas dalam dua tahun belakangan.

Selama ditangani Milla, Timnas Indonesia tampil pada tujuh pertandingan, tanpa ada satu pun berkiprah dalam turnamen bergengsi. Skuat Garuda hanya mampu mengoleksi dua kemenangan, tiga kekalahan, dan dua partai lainnya berakhir imbang.

Memulai tahun pertamanya, Timnas Indonesia di tangan McMenemy juga terbilang mimin turnamen. Hanya Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang akan diikuti mulai Juni 2019.

Simon McMenemy banyak membawa perubahan terhadap Timnas Indonesia. Berikut tiga perbedaan permainan Timnas Indonesia antara McMenemy dengan Luis Milla versi Bola.com.

2 dari 4 halaman

Formasi Baru

Menantang Myanmar, Simon McMenemy menerapkan pakem yang terbilang baru. Mantan arsitek Bhayangkara FC memasang formasi 3-4-3, seperti ini gambarannya.

Andritany Ardhiyasa ada di posisi kiper. Di sektor belakang ada Yanto Basna, Manahati Lestusen, Hansamu Yama. Kemudian di lini tengah diisi Yustinus Pae, Rizky Pellu, Evan Dimas, Ruben Sanadi. Trio lini depan jadi milik Riko Simanjuntak, Ilija Spasojevic, Stefano Lilipaly.

Satu di antara kunci pada formasi ini adalah kerja sama antara Riko, Greg, dan Lilipaly di lini depan. Terbukti, operan dari Riko yang disambut back heel Lilipaly berhasil dieksekusi Greg sebagai gol pembuka ke gawang Myanmar.

Hampir selama dua pekan melakukan pemusatan latihan, McMenemy berhasil mematangkan formasi ini untuk melawan Myanmar. Pakem ini banyak memusatkan permainan di sisi sayap. Untungnya, Timnas Indonesia punya stok melimpah di pos itu.

Ketika masih ditangani Milla, Timnas Indonesia hampir selalu memakai formasi 4-2-3-1 dengan menekankan penguasaan bola. Pakem itu jarang sekali berubah. Hingga Bima Sakti, yang berstatus asisten Milla naik pangkat menjadi pelatih kepala di Piala AFF 2018 pun, formasi tersebut tetap dipertahankan.

3 dari 4 halaman

Pressing Ketat

Rizky Pellu dan Evan Dimas berperan sebagai double pivot di lini tengah Timnas Indonesia. Keduanya, terkhusus Evan, berkonsentrasi memutus aliran bola dan men-delay permainan.

Evan yang biasanya lihai menusuk pertahanan lawan, kali ini terlihat lebih menjaga kedalaman. Justru Riko dan Lilipaly yang sering masuk ke tengah untuk membangun permainan.

Riko membuat tiga peluang, disusul dan Lilipaly dua peluang. Keduanya menjadi pemain terajin yang membuat peluang di Timnas Indonesia.

Berdasarkan statistik Labbola, Pellu bahkan tercatat sebagai pemain tersering yang melancarkan operan di Timnas Indonesia pada pertandingan tersebut.

Pellu mengumpulkan 62 passing, disusul Evan (55), dan Manahati Lestusen (43).

"Rizky Pellu dan Evan Dimas merupakan gelandang luar biasa yang membantu kami menjadi bagus. Kami tahu kualitas mereka dan kami coba memaksimalkan apa yang mereka miliki," ujar McMenemy.

Di rezim Milla hampir sama. Bedanya, pressing diterapkan ketika pemain lawan telah memasuki daerah pertahanan Timnas Indonesia. Sementara ketika dipegang McMenemy, bek lawan tidak tenang berlama-lama dengan bola karena telah dibayang-bayangi sejak awal.

4 dari 4 halaman

Permainan Cepat

Labbola menghitung, perbedaan penguasaan bola kedua negara berbeda tipis. Timnas Indonesia menguasai 51 persen, berbanding 49 persen milik tuan rumah Myanmar.

McMenemy dikenal sebagai pelatih yang memprioritaskan permainan efektif dibanding ball possesion. Ketika menghadapi Myanmar, tidak jarang trio bek tengah Timnas Indonesia langsung memberikan umpan jauh ke jantung pertahanan tuan rumah.

Aspek ini yang terlihat perbedaannya secara signifikan dengan filosofi Milla. Eks pelatih Timnas Spanyol U-21 itu kerap memerintahkan pemainnya untuk berlama-lama dengan bola. Permainan selalu dibangun dari lini belakang, kemudian masuk ke sektor gelandang sebelum mampir ke barisan depan.

Video Populer

Foto Populer