Sukses


Piala Presiden 2019, Secuil Hiburan Rakyat dalam Badai Pengaturan Skor dan Panasnya Pilpres

Bola.com, Malang - Piala Presiden 2019 resmi berakhir pada Jumat (12/4/2019) dengan Arema FC keluar sebagai pemenang. Turnamen yang berlangsung selama 41 hari itu terbukti menjadi obat penghibur rakyat Indonesia.

Arema menjadi juara Piala Presiden 2019 setelah menang dengan agregat 4-2 dari Persebaya Surabaya pada partai final yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jumat malam (12/4/2019). Gelar tersebut memberikan kebahagiaan tersendiri buat Aremania, suporter Arema. Klub kesayangan mereka tercatat dua sudah kali menjadi kampiun.

Bicara dalam skala yang lebih besar, Piala Presiden tak bisa dipandang sebelah mata sekadar bertajuk turnamen pramusim saja. Hal itu tercermin dari meningkatnya jumlah penonton setiap tahunnya. Pada 2019 (edisi keempat), mencatatkan jumlah penonton sebanyak 487.727 orang. 

Jumlah tersebut mencetak sejarah sebagai edisi Piala Presiden dengan penonton kolektif paling banyak. Piala Presiden 2019 berhasil mengalahkan rekor penonton sebelumnya yang dicetak edisi 2018, yakni 423.114 orang.

Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2019, Maruarar Sirait, dalam sambutannya jelang seremoni pembagian penghargaan mengaku terharu dengan tingginya animo masyarakat. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyebut hal ini jadi bukti kebangkitan sepak bola nasional.

"Saya sangat terharu. Empat kali kami mengelola Piala Presiden. Saya sudah melaporkan kepada Presiden dan Presiden juga sangat me-monitoring perkembangan ini, memang ini waktunya sepak bola Indonesia bangkit," kata pria yang akrab disapa Bang Ara itu.

Tak hanya dalam segi jumlah penonton, hadiah yang terima Arema sebagai juara Piala Presiden 2019 mengalami peningkatan. Singo Edan mendapatkan hadiah sebesar Rp3,5 miliar, jumlah terbesar dalam sejarah Piala Presiden sejak dimulai pada 2015.

Ketua Steering Committee Maruarar Sirait, menunjukan hasil drawing perempat final Piala Presiden 2019 di Ruang Media SUGBK, Jakarta, Selasa (19/3). Pertandingan akan berlangsung pada 29-31 Maret mendatang. (Bola.com/Yoppy Renato)

Menariknya, semua hadiah yang dikeluarkan di Piala Presiden 2019 tak ada yang berasal dari dana pemerintah. Sumber hadiah tersebut semuanya berasal dari sponsor.

Piala Presiden 2019 berjalan sukses dengan dukungan sponsor mencapai Rp 52 miliar. Jumlah terbesar datang dari Emtek sebesar Rp 46 miliar.

"Sponsor luar biasa dan sampai hari ini ada Rp 46 miliar kami dapat dari Emtek. Dari sponsor (lainnya) Rp 6 miliar. Sudah bagus sekali, sampai saat terakhir juga masih ada yang memberikan sponsor," ujar Bang Ara pada Jumat (12/4/2019).

"Saya pikir ini kemajuan yang baik. Presiden juga mengirimkan salam hormat kepada semuanya, PSSI, klub dan suporter. Beliau sangat mengapresiasi turnamen ini karena dari OC (Organizing Committee) sudah pasti untung," tegas Bang Ara.

2 dari 3 halaman

Pelipur Kekecewaan Skandal Pengaturan Skor

Lautan manusia memenuhi area lapangan Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Jumat (12/4/2019) malam. Para pemain Arema FC dikerubuti Aremania yang bersuka cita tim kesangannya juara Piala Presiden 2019. (Bola.com/Yoppie Renato)

Pada pengujung 2018 publik Indonesia khususnya pencinta sepak bola mendapatkan mimpi buruk. Hal itu terjadi karena terungkapnya skandal-skandal hina dalam sepak bola terutama pengaturan skor.

Publik berang karena tindakan yang mencederai sportivitas itu melibatkan oknum-oknum yang punya akses langsung dalam sepak bola Indonesia. Desakan publik akan upaya bersih-bersih dalam sepak bola mendapatkan perhatian.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Tito Karnavian, sampai harus membentuk Satuan Tugas bersama Antimafia Bola. Sejak dibentuk 12 Desember 2018, Satgas pimpinan Brigjen Pol Hendro Pandowo itu langsung bergerak melakukan penyelidikan dan penangkapan terhadap beberapa tersangka.

Sejak saat itu, media massa baik cetak, online, dan elektronik, memberikan perhatian khusus pada skandal tersebut. Setiap hari, pemberitaan perihal skandal pengaturan skor dan mafia dalam sepak bola Indonesia, seolah menjadi pemberitaan wajib.

Publik pun dijejali berita-berita yang membuat jengah dan bak putus asa dengan sepak bola Indonesia. Beruntung, ada Piala Presiden 2019 sebagai penyelamat akan kejenuhan informasi negatif dalam sepak bola Tanah Air.

Kapten Arema FC, Hamkah Hamzah, merayakan gelar juara Piala Presiden 2019 usai menaklukkan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Jumat (13/4). Arema FC menang 2-0 atas Persebaya. (Bola.com/Yoppy Renato)

Menggelar turnamen pramusim saat adanya badai skandal pengaturan skor tentu tak mudah. Namun, Maruarar Sirait sedari awal sudah menegaskan turnamen tersebut akan menjadi pendorong dan pembawa sepak bola Indonesia ke arah perubahan.

"Piala Presiden harus menjadi contoh yang baik mendorong arah perubahan positif sepak bola nasional. Sejak pertama kali digelar, kami memberlakukan sistem audit keuangan yang terbuka. Tujuan dilakukan audit untuk membuktikan transparansi keuangan yang terjadi selama Piala Presiden bergulir," tutur Maruarar Sirait jelang bergulirnya Piala Presiden 2019.

Komitmen itu terpenuhi sejak awal hingga akhir Piala Presiden 2019. Hampir tidak ada yang janggal dalam setiap pertandingan dan publik pun diyakini cukup puas dengan seluruh elemen yang terlibat pada turnamen tersebut.

3 dari 3 halaman

Miniatur Sportivitas untuk Panasnya Pilpres

Suporter Arema FC, Aremania, memberikan dukungan saat menonton laga Liga 1 melawan Persija Jakarta di SUGBK, Jakarta, Sabtu (31/3/2018). Persija menangn 3-1 atas Arema FC. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Tak hanya soal skandal pengaturan skor, publik Indonesia juga tengah diuji dengan hadirnya Pemilihan Umum Presiden dan Legislatif 2019. Pesta demokrasi itu secara tidak langsung membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak.

Sama seperti sepak bola, setiap orang sudah memiliki jagoannya masing-masing dan akan melakukan segalanya untuk idolanya. Wajar bila atmosfer tidak sehat terjadi, setidaknya dalam kurun tujuh bulan terakhir.

Media televisi, cetak, hingga online tak henti-hentinya memberitakan kedua kandidat. Isi berita yang tak sekadar good news lantas memicu saling ejek, sindir, hingga fitnah di lapisan masyarakat dan menjadi konsumsi sehari-hari jelang Pilpres 2019.

Tensi tinggi Piplres tak hanya ada di pusaran kandidat, tim sukses, dan pendukungnya saja. Bahkan, hal itu merembet langsung ke ranah keluarga hingga pertemanan.

Namun, tidak untuk sepak bola. Suporter klub-klub di Piala Presiden 2019 sudah membuktikan akan sebuah sportivitas. Hal itu terjadi di final yang mempertemukan Arema FC versus Persebaya Surabaya.

Bukan rahasia lagi, dua tim tetangga yang sama-sama berasal dari Jawa Timur itu punya catatan rivalitas panjang. Bahkan, kelompok kedua tim, yakni Aremania dan Bonek, kerap bergesekan saat tim mereka bertemu.

Pelatih Arema FC, Milomir Seslija, bersama pemain merayakan gelar juara Piala Presiden 2019 usai menaklukkan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Jumat (13/4). Arema FC menang 2-0 atas Persebaya. (Bola.com/Yoppy Renato)

Namun, sejarah akan perubahan sepak bola yang baru mulai tercipta. Final Piala Presiden 2019 yang digelar dalam dua pertandingan sama sekali tidak berakibat gesekan. Kalangan suporter tampaknya sudah dewasa dan memberikan contoh nyata jika permusuhan abadi pun, pada akhirnya bisa berakhir dalam sepak bola.

Itu menjadi bukti kalau dua pesan yang digaungkan Presiden Joko Widodo jelang laga final langsung diaplikasikan. Sebuah bukti nyata akan harapan sepak bola Indonesia yang baru itu sesungguhnya ada.

"Saya ingatkan, kita harus menjunjung tinggi fair play dan sportivitas. Bukan hanya pemain, namun juga wasit, penonton dan suporter," kata Jokowi.

"Jadi, siapapun yang menang, kita kasih selamat dan yang penting sepak bola Indonesia semakin maju," imbuh Jokowi.

Dengan demikian, perhelatan Piala Presiden 2019 sesungguhnya bisa menjadi miniatur sportivitas yang bisa diaplikasikan langsung dalam Pilpres 2019.

Artinya, siapapun yang terpilih (menjadi juara) nantinya, sebagai warga negara yang baik kita harus legawa, menerima dengan lapang dada, dan memberikan selamat.

Seperti sepak bola, pertandingan bukan sekadar urusan menang dan kalah. Namun, di dalamnya ada aspek yang lebih penting bernama sportivitas, menghargai lawan, dan bertanding secara fair play.

Adapun untuk Pilpres 2019, sesungguhnya yang terpenting adalah persatuan Indonesia tetap terjaga, masyarakatnya berpegang pada budaya, sehingga sepak bolanya bisa juara.

Video Populer

Foto Populer