Sukses


Pemain Arema Tak Peduli dengan Hiruk Pikuk Pilpres

Bola.com, Malang - Beberapa pemain Arema FC terkesan cuek dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Mereka memilih sekedar menjalankan haknya untuk melakukan pencoblosan pada 17 April lalu.

Hasil perhitungan resmi Pilpres 2019 baru akan diumumkan KPU pada 22 April mendatang. Artinya, siapa presiden terpilih baru akan diketahui pada waktu itu.

Sebelum pengumumkan dilakukan, hiruk pikuk hasil Pilpres 2019 ramai diberitakan di media massa. Mulai dari hasil hitung cepat (quick count) hingga berbagai kecurangan.

Namun, tidak semua pemain Arema FC mengikuti perkembangan Pilpres. Setelah melakukan pencoblosan, tidak ada komentar tentang kemana mereka memberikan dukungan.

Bahkan, untuk sekedar menyuarakan seperti apa harapan untuk presiden periode mendatang saja mereka enggan memberi jawaban. “Saya tidak berkomentar tentang ini (Pilpres). Lihat beritanya saja sudah ribet,” kata gelandang Arema, Hendro Siswanto.

Pemain Arema FC lainnya, Jayus Hariono juga pasrah andaikan Joko Widodo atau Prabowo Subianto yang menjadi presiden nantinya. “Saya tidak peduli siapa yang jadi nanti. Terpenting beliau amanah dan jujur,” kata pemain asal Kabupaten Malang ini.

2 dari 2 halaman

Pembenahan Sepak Bola Indonesia

Sebenarnya pada era Presiden Jokowi, sepak bola Indonesia banyak disoroti. Dia ingin membuat sepak bola Indonesia lebih bersih dan bisa berprestasi.

Akan tetapi, hal itu lewat proses yang tidak mudah. Imbasnya mulai pembekuan PSSI oleh FIFA pada 2015 lalu, karena pemerintah dianggap melakukan intervensi saat kompetisi berjalan.

Tak hanya sampai di situ, belakangan sejumlah pengurus PSSI ditangkap satgas anti mafia bola Polri. Sehingga PSSI dan anggotanya diharapkan lebih bersih dan bebas dari kasus match fixing.

Para pemain Arema pun tidak banyak berkomentar terkait terobosan yang sudah dilakukan pemerintah saat ini. Yang terpenting, mereka fokus bermain dan kompetisi bisa berjalan lancar.

Sebab, kompetisi membuat perekonomian pesepak bola di Tanah Air bisa tetap berjalan dengan semestinya. Berbeda dengan era dibekukannya kompetisi pada 2015.

Waktu itu gaji pemain harus dipotong besar-besaran. Selain itu, mereka harus bermain dalam beberapa turnamen kecil dan uji coba untuk mendapatkan pemasukan tambahan.

Video Populer

Foto Populer