Sukses


3 Penyebab Utama Persib Belum Bisa Mapan di Persaingan Juara Shopee Liga 1 2019

Bola.com, Jakarta - Pengelolaan Persib Bandung jadi role models bagi klub-klub Indonesia lainnya. Tim Maung Bandung sedikit klub di Tanah Air yang banjir sponsor. Bermodal kantung tebal Persib dengan mudah belanja pemain bintang tiap musimnya.

Bukan sesuatu yang aneh melihat Persib memiliki tim super yang dibela banyak pemain top. Kontrak mereka lebih tinggi dibanding rata-rata pesepak bola Indonesia.

Ambil contoh saat Persib mendaratkan eks bintang Chelsea, Michael Essien, pada musim 2017 dengan mahar tak kurang dari Rp 4 miliar.

Sayangnya, keberhasilan dari sisi bisnis tak berbanding lurus dari sisi prestasi. Selepas memenangi kompetisi kasta elite, Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015, Persib tak lagi jadi tim nomor satu.

Musim lalu, Persib yang mendaratkan pelatih bertangan dingin dan bertabur gelar di Liga Malaysia bersama Johor Darul Ta’zim, Mario Gomez, sempat perkasa di sepanjang putaran pertama Liga 1 2018.

Namun, peruntungan berubah usai Persib mendapat sanksi menggelar pertandingan di luar Bandung tanpa menghadirkan penonton gara-gara kasus meninggalnya suporter Persija, Haringga Sirila. Persib terpental dari persaingan jajaran empat besar.

Menatap persaingan Shopee Liga 1 2019, Persib amat serius membangun kekuatan tim. Mereka sempat mendatangkan nahkoda asal Montenegro, Miljan Radovic, sebelum akhirnya menepi jelang kompetisi bergulir karena persoalan pribadi.

Robert Alberts, pelatih asal Belanda yang sukses bersama PSM Makassar beberapa musim terakhir bdidatangkan ke kota kembang. Bagaimana hasilnya?

Kerja sang mentor belum nampak hingga pekan ke-5 Liga 1 2019. Persib masih tercecer di posisi sembilan klasemen.

Start Tim Pangeran Biru cukup bagus. Di laga perdana Supardi cs. sempat menang 3-0 melawan tim kuat Persipura Jayapura. Namun selepas itu, Persib meraih tiga hasil imbang. Yang pertama kontra Semen Padang (0-0), PS Tira Persikabo (1-1), serta Madura United (1-1). Pencapaian minimalis karena Persib bermain di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang.

Terakhir, secara mengejutkan Persib digebuk Bhayangkara FC 1-2 di kandangnya pada Minggu (30/6/2019). Teriakan "Persib Butut!" membahana digelorakan bobotoh pasca laga

"Saya tidak membenci orang-orang yang mengatakan hal buruk soal tim, mereka juga tentu melihat hasil dari pertandingan hanya dapat dua poin," ungkap Robert.

"Semua orang di dunia tentu tidak senang dengan hal itu, jika melihat tiga pertandingan, kami tidak kalah unggul dengan tim tamu, kami hanya imbang dua kali dan kalah satu kali. Jika ada yang bilang buruk soal Persib, maka kami harus lebih kuat," lanjutnya.

Bola.com mencoba membedah pangkal persoalan kenapa Persib Bandung belum mapan di persaingan juara Shopee Liga 1 2019. Simak ulasannya:

 

 

 

 

 

2 dari 4 halaman

Pemain Muda yang Belum Benar-benar Matang

Dua musim terakhir manajemen Persib mengambil kebijakan mengurangi belanja pemain bintang. Mereka lebih senang pelatih Persib membedayakan pemain-pemain belia didikan akademi.

Persib terlihat lebih segar dengan kehadiran pemain-pemain belia bertalenta macam, Febri Haryadi, Henhen Herdiana, Puja Abdillah, serta Indra Mustafa.

Pemain-pemain muda punya semangat tinggi memberikan yang terbaik, namun mereka juga memiliki kekurangan. Problem utama adalah stabilitas performa.

Hal ini terjadi karena mereka sejatinya minim pengalaman pertandingan sarat tekanan. Butuh waktu buat mereka menata mental, membiasakan diri menghadapi laga-laga berat kompetisi.

Peran pemain senior jadi krusial saat hal itu terjadi. Masalahnya di Persib saat ini tak banyak pemain veteran yang bisa jadi sosok panutan di tim. Generasi lawas tim juara Persib tinggal menyisakan Supardi, I Made Wirawan, serta Achmad Jufriyanto.

 

3 dari 4 halaman

Pelatih Masih Butuh Waktu Beradaptasi

Robert Aberts punya waktu sedikit untuk beradaptasi dengan Persib pasca Miljan Radovic memutuskan mundur jelang perempat final Piala Indonesia 2018.

Waktu sebulan untuk mengenali karakter para pemainnya jelas tidak cukup. Apalagi, personel skuat Persib saat ini bukanlah pilihannya.

Namun, Robert bukan pelatih yang mudah menyerah pada keadaan. Ia intens membangun relasi secara personal dengan pemain-pemainnya. Di waktu pendek ia terlihat bisa merubah patron bermain Maung Bandung.

Walau meraih rentetan hasil tak bagus di awal kompetisi, secara permainan Persib dinilai tak mengecewakan. Tim Pangeran Biru memainkan sepak bola indah operan-operan kombinasi pendek yang enak dilihat.

Hasil kerja Robert agaknya baru bisa dilihat saat nanti kompetisi memasuki paruh jalan. Saat proses adaptasi sudah berjalan 100 persen. Ia pun amat mungkin melakukan perubahan komposisi pemain untuk mendukung straregi permainannya.

 

4 dari 4 halaman

Krisis Kiper

Sektor penjaga gawang di Persib jadi sorotan belakangan ini. Kiper utama Maung Bandung, I Made Wirawan, dinilai kemampuannya sudah habis dimakan umur.

Di era Mario Gomez, kiper kelahiran 1 Desember 1981 itu tak lagi dipercaya jadi kiper inti. Ia digantikan oleh Muhammad Natshir, yang secara kualitas biasa-biasa saja.

Harus diakui Persib rugi besar saat melepas kiper masa depan mereka, Shahar Ginanjar. Regerasi mereka jadi stagnan.

Saat Made mulai dimakan usia mereka tak punya stok penjaga gawang pengganti yang siap tempur dengan kualitas di atas rata-rata.

Video Populer

Foto Populer