Sukses


Zah Rahan Krangar, Kesabaran Menjalani Terapi demi Madura United

Bola.com, Surabaya - Zah Rahan Krangar menyambut dengan ramah kehadiran Bola.com saat tiba di kediamannya di Surabaya belum lama ini. Senyumnya mengembang dan langsung mengajak berbincang seputar sepak bola, terutama Madura United.

Dia mengajak Bola.com duduk di sebuah taman di samping kolam renang. Sekilas, Zah Rahan tidak terlihat seperti seorang pesepak bola yang sedang mengalami cedera. Langkah kakinya normal dan tidak menemui kendala.

Kabar kembalinya Zah Rahan sudah lama tersiar. Dia kembali ke Surabaya, di tempat kediamannya, sejak 24 September, setelah menjalani terapi di Jakarta. Dia juga menyempatkan hadir dalam pertandingan Madura United kontra Persela Lamongan dan tak lupa mengampiri rekan-rekannya pada 24 September lalu.

Gelandang asal Liberia itu juga beberapa kali datang ke latihan Madura United di Stadion Gelora Bangkalan, Bangkalan. Tapi, dia masih menjalani latihan secara terpisah di bawah pengawasan tim medis Laskar Sape Kerap.

Pemain milik Madura United itu seharusnya kini berjuang bersama rekan-rekannya bersaing di perebutan juara Liga 1 2019. Sayang, dia mengalami cedera otot paha yang membuatnya harus absen hingga akhir musim.

Semua itu diawali saat Madura United bakal melakoni laga pekan pertama Shopee Liga 1 2019. Laskar Sape Kerap dijadwalkan melawat ke markas Persela Lamongan di Stadion Surajaya, Lamongan (17/5/2019).

Sehari menjelang pertandingan, sebagaimana lazimnya pemain yang akan bertanding, Zah Rahan bersama para pemain Madura United menjalani latihan resmi. Petaka itu terjadi dalam sesi tersebut di Stadion Surajaya (16/5/2019).

Zah Rahan yang mengambil ancang-ancang melepas tembakan mendadak mengeluh kesakitan pada bagian paha kanan. Tim medis Madura United langsung bergerak untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya mengejutkan banyak pihak.

Dia mengalami ruptured rectus femoris atau putusnya otot pangkal paha. Dari situlah dokter tim Madura United mengambil vonis dia harus absen sampai akhir musim. Hanya beberapa hari kemudian, pemain berusia 30 tahun itu menjalani operasi di Jakarta.

 

2 dari 4 halaman

Pemain Berprestasi

Saat akan memulai berbicara, sorot mata Zah Rahan langsung berubah, dari ceria menjadi agak sayu. Dia menarik napas panjang sebelum mencurahkan isi hatinya terkait cedera terparah yang pernah dialaminya itu.

Dia memulai karier di Indonesia bersama Persekabpas Pasuruan di Divisi Utama 2006, yang pada saat itu masih merupakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Bergabung klub kecil yang minim tradisi, Zah Rahan membawa Persekabpas finis di peringkat empat pada akhir musim, di bawah Persik Kediri, PSIS Semarang, dan Persmin Minahasa.

Berikutnya, dia berseragam Sriwijaya FC pada 2007-2010 yang dibantunya meraih tiga trofi Piala Indonesia dan satu gelar Divisi Utama 2007. Hijrah ke Persipura Jayapura, dia memepersembahkan dua titel Indonesia Super League musim 2010-2011 dan 2013.

Catatan itu sudah cukup membuktikan bahwa pemain berpostur 167 cm itu memang selalu memegang peran penting di timnya. Tak terkecuali saat membela Madura United sejak musim lalu hingga pramusim ini.

Dia kemudian berbincang dengan Bola.com mengenai pengalaman pahitnya itu. Simak sebuah wawancara eksklusif berikut:

 

3 dari 4 halaman

Cerita tentang Cedera Terparah

Hai, Zah. Apa kabar?

Puji Tuhan, saya semakin baik sekarang.

Bisa Anda ceritakan bagaimana kronologi cedera waktu itu?

Iya, waktu itu Madura United mau bermain melawan Persela. Saya ambil ancang-ancang shooting bola. Tiba-tiba terasa sakit di paha kanan. Dokter langsung memeriksa dan katanya saya harus absen lama.

Mereka bilang saya tidak bisa main sampai akhir musim. Ini pertama kali saya mengalami cedera parah. Saya sempat syok karena harus operasi.

Mental saya sangat jatuh sekali mendengarnya. Ini cedera terparah yang pernah saya alami. Selama ini saya juga selalu tampil penuh selama semusim. Semua orang tahu, saya adalah pemain andalan di setiap tim yang saya bela.

Setelah itu, Anda langsung menjalani operasi?

Saya sempat menjalani beberapa kali pemeriksaan. Saya baru menjalani operasi pada 17 Juni di sebuah rumah sakit di Jakarta. Puji Tuhan, semuanya berjalan lancar. Saya sempat juga check-up di Singapura sebelum ke Royal Progress, Jakarta.

Apa penyebab cedera Anda?

Dokter bilang karena saya tidak istirahat cukup sejak awal musim. Semua tahu, jadwal pramusim kemarin memang sangat padat. Saya juga selalu main penuh dan memang jarang istirahat. Itu membuat kaki saya bermasalah di paha.

Setelah operasi, apa kegiatan Anda di Jakarta?

Saya menjalani terapi di Royal Progress. Setiap hari saya dalam proses penyembuhan di bawah arahan mereka. Terakhir, mereka menggunakan bola sebelum saya kembali ke Surabaya lagi.

Sekarang masih terapi di Surabaya?

Saya berusaha mengikuti arahan dari dokter. Sebelum ke Surabaya, dokter di sana bilang kaki saya sudah sekitar 80-90 persen. Katanya boleh saja saya kembali ke lapangan, tapi saya ini belum sembuh total seperti semula.

Mereka bilang, saya masih harus terapi di Surabaya. Desember nanti, saya harus menjalani tes back to sport. Kalau lolos, saya akan dapat sertifikat yang menunjukkan bahwa saya bisa kembali ke lapangan.

Sejauh ini, aktivitas Anda memang hanya terapi?

Sesekali saya punya program latihan mandiri di gym. Ada beberapa catatan yang sudah saya tulis di ponsel soal kegiatan saya. Itu saran dari dokter di Jakarta.

Sisanya, saya menjalani terapi dengan Rudiyus Suseno (fisioterapis Madura United). Saya ikut dia, makanya saya datang latihan di Bangkalan, meski harus tetap terpisah di pinggir lapangan.

Kalau dia tidak ada waktu, saya bisa ke Asep Aziz (pemilik physiopreneur, sebuah klinik fisioterapi di Surabaya). Rudy sama Asep sudah dikasih tahu dokter soal perkembangan saya. Jadi, mereka tahu apa yang harus saya lakukan.

4 dari 4 halaman

Dukungan Penuh Semua Elemen Madura United

Selama cedera, Anda tetap mendapat fasilitas dari Madura United?

Tentu saja. Saya tinggal di sini juga karena Madura United. Semua biaya penyembuhan saya juga ditanggung Madura United, mulai dari operasi, rumah sakit, dan terapi. Ini sangat luar biasa.

Di kontrak saya, sebenarnya tidak menyebutkan asuransi saat saya cedera. Tapi, mereka rupanya punya asuransi buat saya. Itu penting karena mereka merawat saya. Kadang, ada klub yang langsung membuang pemain saat cedera. Madura United tidak seperti itu.

Gaji saya juga tetap lancar, tidak ada masalah. Mereka tetap bayar penuh. Yang jelas, saya punya kontrak bersama Madura United sampai akhir musim ini.

Kenapa Anda tidak memilih pulang ke Liberia untuk penyembuhan?

Biasanya, pemain Afrika memilih ke Eropa kalau penyembuhan cedera. Di Liberia juga ada sebenarnya, semacam terapi tradisional. Tapi, Madura United meminta saya terapi di sini saja. Lagipula, mereka bisa tetap memantau saya.

Bagaimana dukungan manajemen Madura United untuk Anda?

Mereka memberi dukungan penuh buat saya. Sejak di Persekabpas, Sriwijaya, Persipura, sampai Felda, saya selalu punya orang yang baik dan membantu saya. Di sini, saya punya Pak Haruna (manajer Madura United) yang terus membantu, termasuk Presiden Klub (Achsanul Qosasi).

Pak Haruna peduli sama saya. Saat awal saya cedera, dia terus menjenguk saya. Saya bilang, “Bapak istirahat saja, jangan banyak pikirkan saya. Saya akan segera kembali.”

Dia selalu chat dan telepon, tanya agen saya bagaimana perkembangan saya. Biasanya, setiap Madura United selesai main, dia ke Jakarta untuk ketemu saya di rumah sakit. Dia ngobrol dengan saya sekitar 2-3 jam. Sewaktu operasi, Pak Haruna juga menangis.

Saya sempat membaca di media bahwa Madura United akan menunggu saya sampai sembuh. Itu artinya mereka masih percaya sama saya. Saya semakin semangat untuk segera sembuh dan kembali ke lapangan.

Saya harus berterima kasih banyak pada Pak Haruna dan Pak Achsanul untuk semua ini.

Bagaimana dengan teman-teman pemain?

Greg Nwokolo (kapten Madura United) menjadi teman yang paling mengkhawatirkan saya. Saat pertama tahu saya cedera, dia langsung mencari informasi di Google dan YouTube soal penanganan cedera.

Biasanya, dia juga datang sama istirnya (Kimmy Jayanti) menjenguk saya di rumah sakit. Saya tidak akan lupa kebaikan dia dan dukungannya selama ini. Pemain lain juga beberapa kali datang dan memberi semangat.

Bagaimana respons keluarga melihat cedera Anda?

Semua pasti sedih melihat saya tidak bisa bermain selama satu musim. Tapi, ada dua orang yang selalu membuat saya semangat, yaitu Rahan Ace Krangar, anak saya, dan istri saya. Mereka adalah motivasi kuat saya untuk sembuh.

Anda masih berkomunikasi dengan suporter Madura United?

Iya. Mungkin itu anugerah lain saya berada di klub ini. Sejak saya cedera, suporter selalu kirim direct message (pesan di Instragram). Mereka mendoakan saya cepat sembuh. Setiap hari, puluhan pesan masuk ke akun saya. Bahkan, sempat juga ratusan sampai ribuan.

Doa mereka sangat berarti buat saya. Semua pihak yang sudah saya sebutkan punya peran masing-masing membuat saya cepat sembuh. Saya ucapkan banyak terima kasih atas dukungannya dan membuat saya lebih kuat.

Video Populer

Foto Populer