Sukses


Wawancara Aven Hinelo: Pensiunan PNS yang Siap Tidur di Kantor PSSI

Bola.com, Jakarta - Aven Hinelo menolak anggapan sebagai kuda hitam pada bursa pencalonan Ketua Umum (Ketum) PSSI. Mantan Manajer Persigo Goronato tersebut serius ingin membenahi sepak bola Indonesia.

Aven bersama sepuluh calon ketum lainnya lolos pada verifikasi Komite Pemilihan (KP) PSSI untuk Kongres Pemilihan PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada 2 November 2019.

Dibandingkan nama lain, figur Aven tidak setenar seperti calon-calon lainnya, misalnya, Mochamad Iriawan, La Nyalla Mattalitti, dan Rahim Soekasah. Namun, ia tidak gentar. Aven menggugah hati para pemilik suara atau voters untuk memilihnya.

Aven mengaku pernah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akan tetapi, ia memilih untuk berhenti dan banting setir untuk fokus di dunia sepak bola.

Aven terjun ke dalam sepak bola nasional pada era 2000-an. Ketika itu, ia didapuk sebagai penerjemah dari pelatih asing tim kebanggaan warga Gorontalo tersebut.

Mendekati Kongres Pemilihan PSSI, Bola.com membuat artikel khusus untuk membedah setiap calon ketum dan Aven adalah calon ketiga yang mendapat giliran.

Berikut wawancara eksklusif Bola.com dengan Aven Hinelo. Selama prosesi tanya jawab tersebut, Bola.com mengupas tuntas niatan Aven mulai dari pernyataan standar hingga tajam.

2 dari 3 halaman

Latar Belakang Aven

Bisa ceritakan rekam jejak Anda di sepak bola nasional?

Saya kebetulan berangkat sebagai Event Organizer (EO). Cuma, setelah itu, ketika Persigo Gorontalo mendatangkan pelatih asing, kebetulan saya jadi penerjemahnya. Karena saya hobi sepak bola. Dari dia, saya itu saya mengenal sepak bola. Saya punya klub dan klub saya pada 2006 itu promosi ke Divisi Utama yaitu Persigo.

Setelah itu Persigo merger dengan Semeru FC Lumajang. Dikelolah oleh Semeru FC Lumajang dan sekarang bermain di Lumajang, Jawa Timur. Saya bikin baru namanya Kreasindo XIIII Merdeka. Tahun lalu klub saya masuk Nasional Liga 3. Cuma di 16 besar terganjal. Cuma jujur, harusnya tim saya yang naik. Cuma begitulah.

Apa yang melatarbelakangi Anda maju sebagai Calon Ketum PSSI?

Karena forum di PSSI itu yang berhak bersuara hanya lewat kongres dan oleh voters. Ini terlalu sedikit. Karena bayangkan, dari 966 anggota PSSI, hanya diwakili oleh 86 orang. Kadang, mereka tak mampu menyuarakan keinginan masyarakat sepak bola Indonesia.

Saya maju sebagai Calon Ketum PSSI kenapa? Gagasan yang saya sampaikan, minimal didengar oleh voters. Tentu kami ingin ke depan, PSSI lebih baik dan Timnas Indonesia jangan kalah terus. Timnas bisa bagus. Itu motivasinnya. Dengan saya maju, jadi gagasan saya bisa didengar. Siapa tahu.

Apa program kerja yang Anda tawarkan dan visi serta misi Anda untuk meyakinkan voters?

Pertama, visi saya itu adalah ingin sepak bola Indonesia harus hebat sesuai nawacita. Jadi tagline yang saya buat itu adalah "Indonesia Hebat, Insan Sepak Bola Happy". Kenapa begitu? Saya ingin PSSI kuat secara organisasi. Kemudian anggota PSSI jangan seperti sekarang. Semua teriak kesulitan. Sementara kami tahu, ini organisasi besar.

Punya kompetisi. Kalau digarap benar, saya punya keyakinan pasti sponsor datang. Selanjutnya, selama ini PSSI terkesan alergi dengan pemerintah. Saya ingin merangkul pemerintah. Pasti segalanya akan mudah. Karena yang punya fasilitas sepak bola di Indonesia adalah pemerintah. Klub-klub kan tidak punya stadion. Stadion punya pemerintah. Perizinan punya polisi.

Bagaimana sinergi dengan pemerintah sehingga Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI disehatkan. Klub disehatkan. Sehingga hal-hal yang tidak baik tidak bisa merecoki. Kompetisi bisa baik. Artinya perlu tekad besar, kemauan bersama. Saya punya keyakinan bisa.

Bagaimana Anda melihat persaingan dengan kandidat lain?

Saya melihat masing-masing kandidat punya kelebihan. Ada Pak Mochamad Iriawan, Pak La Nyalla Mattalitti, dan Pak Rahim Soekasah. Saya justru melihat sisi kelemahan saya, bisa saja berbalik menjadi kelebihan. Saya dulu PNS, minta pensiun lalu urus bisnis dan membentuk klub sepak bola. Jadi dari sisi fokus, saya lebih fokus dari mereka.

Karena tak ada jabatan. Tidur di Kantor PSSI pun mungkin saya bisa. Jadi saya melihat modalnya itu, walaupun mereka terlihat elite, saya tidak. Saya maju saja siapa tahu, kali ini voters memilih berdasarkan hati nurani.

Anda setuju mengenai tanggapan Kongres Pemilihan PSSI itu sarat dengan politik uang?

Kalau namanya pemilihan seperti ini, sama saja seperti pemilihan kepada daerah dan sebagainya. Tidak dapat dinafikan pasti ada uang. Cuma kami berharap voters lebih realistis. Lihatlah figur yang punya program baik. Jangan lihat berapa uang yang dipunyai figur itu. Karena ini memimpin organisasi. Kami berusaha saja.

3 dari 3 halaman

Solusi untuk Timnas Indonesia

Bagaimana Anda membenahi Timnas Indonesia yang belakangan begitu terpuruk? Apakah mengganti pelatih menjadi solusi?

Kalau saya, dua laga Timnas Indonesia gagal, saya ganti pelatihnya. Untuk apa menunggu empat laga. Tak ada pula komentar pengurus PSSI. Kalau saya ganti, kami punya beberapa pelatih bagus yang lisensinya memenuhi syarat. Cuma terkadang like dan dislike saja.

Anda telah menyiapkan pengganti Simon McMenemy di kursi pelatih Timnas Indonesia?

Saya belum tahu. Tapi di sini kan ada nama-nama Rahmad Darmawan sebagai pelatih lokal yang bagus. Kalau pelatih asing banyak. Contohnya Luis Milla. Dulu saya ada kolega di Belanda. Dulu dia pernah menawarkan Clarence Seedorf. Kalau saya terpilih, bisa saja saya panggil kolega itu.

Di luar negeri kan banyak pelatih bagus. Intinya siapa yang cocok, yang bisa memanfaatkan kondisi dan karakter permainan timnas. Itu saja. Sekarang belum sinkron. Punya pelatih, punya ini, sampai di Indonesia beda karakter. Ke depan, kami bisa memilih bagaimana pelatih yang menjiwai karakter ketimuran.

Kalau saya lihat, McMenemy di Bhayangkara FC bagus sekali. Di timnas, ada pemain atau mantan pemain Bhayangkara FC tapi hasilnya sangat disayangkan. Itu sangat memilukan.

Bagaimana cara Anda memberantas match fixing yang belakangan menghantui sepak bola Indonesia? Apakah Anda akan menggandeng Satgas Antimafia Bola?

Kalau saya lihat, ini tekad kami. Kalau kami benar ingin membenahi sepak bola dan organisasi, kompetisi harus dperbaiki. Kalau klub sehat, siapapun yang datang, tak akan tergoda. Masalahnya sekarang klub kita belum sehat. Masih teriak soal uang. Terkadang subsidi dijanjikan. Ini kan memengaruhi.

Tentu harus kami manfaatkan lembaga pemerintah yang terkait. Bisa saja kami begitu terpilih, bikin Memorandum of Understanding (MOU) dengan polisi. Polisi dukung dari sisi perizinan. Kan selama ini urus perizinan susah. MOU dengan Menteri Dalam Negeri, dengan pemerintah, supaya klub-klub difasilitasi.

Tadinya harus menyewa harusnya bisa gratis. Seperti Persija Jakarta, susah menyewa stadion. Kami MOU dengan kepala daerah kan tidak. Banyak trik untuk mengatasi itu. Kalau seluk-beluk ini, saya mengerti. Cuma apakah wajah kita ini tampang ini wajar untuk menjadi ketum. Itu tergantung voters.

Periode PSSI saat ini sudah tiga kali pergantian Ketua Umum, bagaimana Anda melihatnya?

Kepengurusan kali ini yang paling banyak saya protes. Pertama, baru kepengurusan kali ini, yang mendegradasikan 64 tim Liga 2 pada 2018. Itu kan kami dibohongi.

Itu yang saya protes masih saat Manajer Meeting Liga 2 2018. Saya tak setuju itu. Cuma saya kalah. Kami dijanjikan kompetisi musim ini begini modelnya. Tahun depan Liga 2 jadi Wilayah Barat dan Timur. Begitu 2018, tak ada begitu. Namun voters-nya diam saja. Jadi kalau bukan voters, susah untuk berbicara. Siapa tahu dengan jadi Ketum PSSI kan enak berbicara.

Apa Anda merasa coba-coba menjadi Ketum PSSI?

Serius. Jangan sebut coba-coba. Ingin terlibat membenahi sepak bola Indonesia. Selama ini kan kita selalu bicara dari luar. Kalau kita calon, kita ingin ikut terlibat.

Video Populer

Foto Populer