Sukses


Sorotan: Performa 3 Tim Promosi Shopee Liga 1 2020, Siapa Terburuk?

Bola.com, Jakarta - Shopee Liga 1 2020 telah bergulir hingga pekan ketiga. Tiga tim promosi, yakni Persik Kediri, Persiraja Banda Aceh, dan Persita Tangerang melaluinya dengan hasil yang berbeda. Siapa tim yang paling melempem?

Secara garis besar, ketiga tim promosi tersebut menampilkan performa yang bisa dibilang tidak terlalu buruk. Hanya ada satu kesamaannya, yakni sulit meraih kemenangan.

Persiraja Banda Aceh paling memuaskan. Bersama Persib Bandung, Bali United, PSM Makassar, Persija Jakarta, dan Bhayangkara FC, Persiraja belum menelan kekalahan.

Catatan impresif lainnya, Adam Mitter dan kawan-kawan merupakan satu-satunya tim yang belum kebobolan. Ironisnya, mereka juga tercatat sebagai tim yang baru mencetak satu gol di antara 17 peserta Liga 1 lainnya, yakni melalui Defri Riski.

Sementara itu, tim asal Jawa Timur, Persik Kediri, yang juga merupakan jawara Liga 2 2019, mampu tampil membanggakan ketika berhasil menahan imbang kandidat juara Liga 1 2020, Persebaya Surabaya, pada partai pembuka di tempat yang terkenal angker buat lawan, Stadion Gelora Bung Tomo dengan skor 1-1.

Persik kemudian sanggup bermain imbang lagi ketika bersua Bhayangkara FC di Stadion Brawijaya. Namun akhirnya, Persiraja mampu mengandaskan tekad Persik meraih kemenangan perdana di kandang sendiri usai tumbang 0-1.

Tim tradisional lainnya, Persita Tangerang, tidak lebih baik. Meski sempat bermain apik dengan menahan tim kuat PSM Makassar dan Bali United, tim berjulukan Pendekar Cisadane itu akhirnya bertekuk lutut kala bertamu ke markas Persikabo dengan skor 1-3.

Bicara klasemen, Persiraja menjadi tim terbaik di antara tim promosi lainnya. Mereka untuk sementara menduduki peringkat ke-7 klasemen Shopee Liga 1 2020. Kendati demikian, bukan berarti tim lainnya memiliki rapor buruk. Berikut ulasan khas Bola.com.

Video

2 dari 4 halaman

Persiraja Masih Timpang dan Belum Menyempurnakan Bentuk Permainan

Manajemen Persiraja memutuskan untuk mempertahankan 80 persen skuatnya untuk mengarungi Liga 1 2020, termasuk pelatih kepala Hendri Susilo. Pada persiapan jelang dimulainya kompetisi, mereka lebih fokus membenahi hal lain, utamanya adalah renovasi Stadion Harapan Bangsa.

Merenovasi stadion memang hal yang sangat dibuutuhkan Persiraja karena ini menyangkut kualifikasi yang sudah ditetapkan oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB). Manajemen sama saja bertaruh karena di sisi lain, mereka menargetkan bertahan di Liga 1.

"Tentu saja, saya sebagai Presiden Persiraja yang juga orang Aceh ingin Persiraja bisa bersaing. Saya harap Persiraja ini bukan hanya numpang lewat di Liga 1," kata Dek Gam, Presiden Persiraja beberapa waktu lalu.

"Kami akan berbenah karena tampil di Liga 1 ini bukan sekadar persiapan tim. Namun, harus mempersiapkan infrastruktur dan lainnya," tegas pria yang juga anggota DPR RI itu.

Alhasil, Hendri Susilo tak punya manuver banyak dalam melakukan pembelian pemain. Pada Liga 2 2019, di babak grup, Persiraja yang keluar sebagai juara grup wilayah barat kebobolan sebanyak 23 kali dari 22 penampilan, jauh lebih buruk ketimbang Persita Tangerang (16) dan Sriwijaya FC (17) yang menempati posisi dua dan tiga.

Untuk mengatasi bocornya lini belakang, coach Hendri kemudian mendatangkan bek asing asal Inggris, Adam Mitter dan eks kiper Semen Padang, Fakhrurrazi Quba. Hasilnya luar biasa, sebab Persiraja belum kebobolan dan menelan kekalahan.

Sayangnya, kekuatan lini belakang tidak diimbangi dengan lini serang. Persiraja Banda Aceh yang menaruh harapan pada sosok Vanderlei Francisco belum menuai hasil nyata.

Tak cuma itu saja, Persiraja juga cenderung bermain terlalu berhati-hati dan mengindahkan permainan cantik. Hendri menilai permainan Ferry Komul dkk. tak nikmat ditonton karena cara main mereka monoton dan cenderung memperlambat tempo. Namun demikian, hal itu dinilainya bukan sesuatu yang salah.

"Permainan kami tadi memang tak enak ditonton. Saya sengaja melakukan strategi itu. Buat saya, itu sah-sah saja di sepakbola," kata Hendri usai laga kontra Persik.

"Jadi yadi saya beritahu pemain, mereka tak perlu main cantik melawan Persik," ujarnya lagi.

Hendri beralasan, timnya membutuhkan kemenangan pada awal kompetisi, sehingga permainan enak ditonton bukan prioritas utama. Namun demikian, jika terus-terusan begini, ini bisa menjadi boomerang buat Persiraja mengingat musim masih panjang dan penyesuaian tiap laga juga sangat diperlukan.

"Tapi anak-anak harus memenangkan pertandingan hari ini. Karena kami butuh tiga poin agar start di awal kompetisi ini bagus. Sepak bola yang diperlukan menang, bukan menghibur. Karena ini kompetisi bukan hiburan," kata Hendri Susilo lagi.

"Saya sengaja menerapkan strategi itu agar Persik juga mengikutinya. Ternyata strategi saya jitu. Cara ini membuat pemain Persik frustrasi ketika bola kami kuasai. Saya bersyukur pecah telur gol dan kemenangan perdana kami raih di Kediri," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Persik Kediri Lamban Sejak Pramusim dan Terlalu Pede dengan Darah Muda

Setelah melewati dua laga pembuka Shopee Liga 1 2020 dengan hasil imbang, yakni melawan Persebaya Surabaya dan Bhayangkara FC, Persik Kediri yang mengincar kemenangan perdana saat menjamu sesama tim promosi Persiraja Banda Aceh, justru menelan kekalahan tipis 0-1.

Kekalahan ini membuat tim besutan Joko Susilo itu didemo oleh Persik Mania. Mereka melakukan demo di pintu masuk pemain Stadion Brawijaya, Sabtu (14/3/2020).

"Saya yang bertanggung jawab di tim ini. Saya siap dipecat bila manajemen menilai saya gagal. Kalian lihat sendiri pemain Persik telah berjuang untuk memenangkan pertandingan. Kita punya banyak peluang," kata Joko Susilo.

Saat sesi jumpa media, mantan asisten Timnas Indonesia ini juga menjelaskan Liga 1 itu keras dan kompetitif. Status tuan rumah bukan jaminan selalu memenangkan pertandingan.

"Persikabo, Barito Putera, Persela, terakhir Persebaya pernah kalah di kandang. Saya bukan bermaksud cari alibi atas kekalahan tadi. Ini fakta betapa kerasnya Liga 1," tuturnya.

Jawaban yang keluar dari mulut Joko Susilo jelas tak bisa diterima. Kekecewaan Persik Mania sangat beralasan karena ini adalah kali pertama tim berjulukan Macan Putih itu kembali ke pentas tertinggi sepak bola Indonesia usai menunggu sekian tahun lamanya.

Hal ini sebenarnya sudah bisa diprediksi dari bagaimana Persik Kediri menyiapkan tim pada pramusim dan bursa transfer. Kesungguhan manajemen tim dalam memoles skuat untuk bersaing pada kerasnya Liga 1 patut dipertanyakan.

Manajemen terlihat lamban melakukan gebrakan. Baik itu soal rekrutmen pelatih, pemain, sponsor, hingga persiapan infrastruktur Stadion Brawijaya sebagai kandang Persik menjamu peserta Liga 1 2020.

Tak pelak, kesan lamban ini memunculkan tanda tanya bagi publik Kota Kediri dan Persikmania, pendukung setia Persik. Kegamangan pun mulai menyeruak tatkala manajemen Persik dianggap tak memiliki cukup dana untuk mengarungi kerasnya persaingan di elite kompetisi Nasional tersebut.

Untuk sektor pelatih, Persik sempat tidak membuka jatidiri calon arsitek mereka. Meskipun, saat itu, sebanyak enam pelatih telah memasukkan lamarannya. Akhirnya keraguan publik itu dijawab dengan penunjukkan Joko 'Getuk' Susilo sebagai nakhoda bagi Faris Aditama dkk.

Tak berhenti di sini. Persik juga tidak agresif di bursa transfer pemain. Pada awal pergerakan, mereka memang berhasrat merekrut beberapa nama cukup tenar. Namun, realisasinya hanya pemain muda yang belum memiliki jam terbang di kompetisi tertinggi.

Publik mulai bergairah setelah manajemen sukses memboyong beberapa pemain punya nama, meski mereka bukan kategori pemain kelas A. Mereka antara lain Antony Putro Nugroho (PSS), Munhar (PSM), Dany Saputra (Persija), Vava Mario Zagallo (Tira Persikabo), kiper Dimas Galih (Kalteng Putra), dan duo eks Barito Putera Andri Ibo dan Paulo Sitanggang.

Persik juga bisa mendatangkan eks Laskar Antasari lainnya, Sackie Teah Doe. Sosok naturalisasi ini pernah menyabet gelar top scorer Divisi Utama, namun itu telah berlalu delapan tahun lalu.

Sementara untuk deretan pemain asing, Persik pilih mendatangkan pendatang baru, seperti Gaspar Vega (Argentina) dan Patrick Bordon (Slovenia). Hanya Ante Bakmaz (Australia) yang pernah main bersama Madura United. Itu pun dia hanya main di paruh musim kedua 2019.

Tampaknya manajemen Persik masih terbawa euforia kesuksesan dua musim jadi penguasa dua kasta berbeda dengan mengandalkan para pemain muda di skuatnya.

"Kebijakan kami memang lebih memilih pemain muda. Kami sudah pernah sukses dengan terobosan itu, makanya itu kami lanjutkan di Liga 1 2020 ini. Coach Joko Susilo juga suka dengan talenta muda," kata Beny Kurniawan, Manajer Tim.

Beny Kurniawan bergeming dengan pilihan ini. "Banyak kritikan dan keraguan dari publik, ketika kami pakai pemain muda di Liga 3 dan Liga 2 lalu. Tapi, semua kami jawab dengan prestasi. Jadi tak ada yang perlu diragukan dari kebijakan ini," tuturnya.

Teka teki dan kekhawatiran muncul lagi, saat Persik Kediri babak belur di dua laga penyisihan grup pada Piala Gubernur Jatim 2020. Namun, semua itu pupus, setelah pasukan Joko Susilo membombardir tim bertabur bintang, Bhayangkara FC, dengan skor 3-0.

"Sebenarnya kami sudah berusaha melakukan persiapan matang. Semua harus melalui proses, tapi Allah SWT juga selalu menguji kami. Berkat kasih sayang Allah SWT pula, kami bisa melalui semua ujian itu. Cobaan itu yang membuat kami kuat. Jadi di Liga 1 ini, kami tetap bersandar pada kekuasaan dan rahmat Tuhan YME," ujar Beny Kurniawan, manajer Persik.

4 dari 4 halaman

Kurang Sigap Hadapi Counter Attack dan Kurangnya Peran Pemain Asing Milik Persita

Setelah ditahan imbang pada dua laga pembuka Shopee Liga 1 2020, Persita akhirnya keok juga. Pada kekalahan atas Persikabo 1-3, terlihat apa yang jadi sorotan minus buat tim berjulukan Pendekar Cisadane tersebut.

Melihat komposisi pemain dan manuver transfer yang dilakukan pelatih Widodo Cahyono Putro, agaknya nyaris tak ada masalah. Persiapan matang, kualitas pembelian pemain merata dari bek hingga penyerang, dukungan non-teknis seperti infrastruktur stadion juga cukup, apalagi bicara dukungan suporter yang sudah merindukan atmosfer sepak bola tertinggi Indonesia.

Sempat bermain apik dengan menahan tim kuat PSM Makassar dan Bali United, tim berjulukan Pendekar Cisadane itu akhirnya bertekuk lutut kala bertamu ke markas Persikabo. Pemain senior, Hamka Hamzah menilai pemain asing belum bisa menunjukkan perannya. Mantan bek Arema FC dan Persija Jakarta itu menuturkan, ini hal yang lumrah karena tiap pemain butuh adaptasi.

“Seperti dibilang tadi, pemain asing kita belum memberikan kontribusi besar ya,mungkin baru awal-awal," ujar Hamka.

"Semoga ke depannya mereka bisa memberikan lebih. Karena pemain asing adalah pemain yang di atas dari pemain lokal. Jangan sampai mereka dibawah pemain lokal," lanjutnya.

Hamka mengakui, Persita bukannya tak unggul dari Persikabo. Dari segi ball possession dan peluang, Persita bahkan di depan lawan.

Namun keberuntungan memang belum memihak. "Kalau dibilang sulit tidak ya. Karena main bola bukan hanya satu dua orang," ucap Hamka.

"Di mana bola yang dia masukkan adalah bola-bola counter dari Persikabo. Di mana kita salah passing, akhirnya direbut, counter. Kesalahan itu mungkin Pak Wid (Widodo Cahyono Putro) akan mengevaluasi lagi," tambahnya.

Widodo dan staf pelatih memiliki banyak waktu untuk melakukan evaluasi. Masukan dari Hamka menyoal teknis juga wajib menjadi bahasan utama Persita. Mengenai belum padunya pemain asing, seharusnya di jeda 'libur kompetisi' Shopee Liga 1 2020 karena virus corona cukup untuk memantapkan chemistry antar pemain.

Video Populer

Foto Populer