Bola.com, Jakarta - Arema FC siap menerima apa pun keputusan PSSI terkait kelanjutan Shopee Liga 1 2020. Manajemen klub merasa kalau masalah virus corona COVID-19 tak bisa dihindari karena seluruh dunia tengah merasakan hal ini, bukan cuma Indonesia.
Baca Juga
Fakhri Husaini Bangga dengan Pencapaian Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024: Mereka Layak Diberi Apresiasi Tinggi!
Shin Tae-yong Isyaratkan Timnas Indonesia U-23 Mampu Juara Piala Asia U-23: Saya Tak Bisa Mengatakan Tidak
Kisah Ernando Ari, Bagas Kaffa, dan Komang Teguh: Di Malaysia 6 Tahun Lalu, Menulis Cita-cita Tampil di Olimpiade Paris
Advertisement
Sebelumya diberitakan bahwa PSSI sudah mengambil keputusan terkait lanjutan Shopee Liga 1 2020. Ada 6 keputusan yang dibuat kemarin pada Jumat (27/3/2020).
Poinnya, kompetisi sementara ditunda sampai 29 Mei atau dimulai 1 Juni karena virus corona diprediksi mulai bisa diatasi waktu itu. Tapi jika pemerintah memperpanjang status daruratnya terhadap virus ini (belum teratasi), kompetisi musim ini bisa dihentikan.
Artinya, kompetisi Liga 1 2020 tidak bisa dilanjutkan lagi karena force majeure. Arema pun langsung mengambil sikap jika hal tersebut benar-benar terjadi
"Arema Loyal dengan apapun keputusan PSSI dan LIB (Liga Indonesia Baru). Ini problem seluruh dunia. Tidak hanya Indonesia. Tapi kami optimis badai pasti berlalu," jelas General Manager Arema, Ruddy Widodo.
Video
Cemaskan Nasib Gaji
Imbas dari 'ancaman' penghentian Shopee Liga 1 tentunya adalah menyoal gaji pemain. Klub praktis tak mendapatkan pendapatan alias gaji karena tak adanya pemasukan dari sektor merchandising dan ticketing.
Diputuskan klub berkewajiban hanya membayar maksimal 25 persen gaji pemain dari nilai yang terteda dalam kontrak. Penyusutan gaji tersebut dilakukan pada bulan Maret-Juni mendatang. Artinya ada 4 bulan dimana pemain hanya dapat bayaran 25 persen.
Advertisement
Bahkan ada kemungkinan justru lebih kecil karena poin soal gaji ini, klub bisa melakukan negosiasi lagi dengan pemain, pelatih dan official. Pembayaran 25 persen gaji itu merupakan batas maksimalnya.
Mayoritas pemain senior Arema enggan berkomentar terkait masalah pemangkasan gaji ini. Namun beberapa pemain menyampaikan jika ini merupakan keputusan yang pahit. Saat ini mereka sudah kehilangan kebebasan latihan dilapangan dan kehilangan atmosfer pertandingan. Itu masih ditambah dengan pemotongan gaji yang sangat besar.
"Yang kami takutkan bukan persoalan fisik yang turun karena kompetisi jeda panjang. Melainkan kebijakan terkait gaji. Mungkin bukan saya saja, tapi semua pemain. Dan kami tidak punya pilihan," kata salah satu pemain Arema yang enggan disebutkan namanya.
Advertisement