Sukses


Mario Gomez, Pengalaman Klub Dunia yang Membuatnya Spesial di Mata Arema

Bola.com, Jakarta - Arema FC punya start kurang mulus di awal Shopee Liga 1 2020. Tiga laga pertama, tim berjuluk Singo Edan ini hanya bisa mengumpulkan 3 poin. Itu membuat mereka sementara terpaku di urutan 12 klasemen sementara.

Meski demikian, tidak ada kritikan yang dialamatkan kepada pelatih Mario Gomez. Padahal beberapa pelatih sebelumnya langsung banjir cacian ketika mengawali kompetisi kurang mulus.

Ada beberapa hal yang membuat Aremania memberikan kepercayaan lebih untuk mantan pelatih Persib Bandung ini. Yang paling utama, tentu perjalanan karirnya sebagai pelatih.

Fans tak meragukan kualitas pelatih 63 tahun tersebut. Dia pernah membawa klub raksasa Malaysia, Johor Darul Takzim menjuarai kompetisi level Asia, AFC Cup musim 2015 silam.

Jauh sebelum itu, Gomez pernah berkibar di Eropa sebagai asisten pelatih Hector Raul Cuper di dua klub Spanyol, Real Malorca (1999), Valencia (1999-2001) dan raksasa Italia, Inter Milan (2001-2002). Pengalaman itu yang tak ternilai harganya. Karena hal itu juga membuat Gomez diyakini punya kualitas sebagai seorang pelatih hingga saat ini.

Faktor ini juga membuat Gomez masih dapat kepercayaan dari manajemen Arema dan suporter. Jika Arema masih belum garang, ada kesan jika itu bukan salah Gomez. Tapi memang timnya belum bisa menjalankan 100 persen strategi yang diberikan.

“Kami masih menaruh kepercayaan penuh kepada Gomez. Dia pelatih bagus, fair dan mengutamakan kerja keras. Semua mengakui kualitasnya. Awal musim ini hasilnya kurang bagus karena masih ada kesalahan yang dilakukan tim dilapangan,” jelas General Manager Arema, Ruddy Widodo.

Pengalaman Gomez tampaknya membuat manajemen Arema silau. Sehingga sampai detik ini mereka tak memberikan evaluasi untuk pelatih. Meskipun Singo Edan juga menelan kekalahan pertama di kandang sendiri melawan tim rival, Persib Bandung pada 8 Maret lalu.

 

 

Video

2 dari 3 halaman

Pengalaman Bertahun-tahun di Eropa

Gomez membangun reputasi kepelatihannya tidak dalam waktu singkat. Dia sempat bercerita awal mula petualangannya di Eropa. Gomez dan Cuper sudah jadi rekan satu tim semasa aktif bermain. Yakni di klub Argentina, Ferro Carril Oeste di tahun 80-an.

Setelah sama-sama pensiun, Cuper memanggilnya sebagai asisten di Real Malorca, Valencia dan Inter Milan. Hebatnya, di Valencia dua kali tampil di final Liga Champions musim 2000 dan 2001.

“Itu momen indah dan pengalaman yang tak terlupakan. Di Valencia kami hampir juara Liga Champions. Yang paling mendekati tahun 2001. Tapi di final kalah adu penalti dari Bayern Munchen (Jerman),” kenangnya.

Di tahun 2002, dia satu gerbong dengan Cuper ke Inter Milan. Sebuah capaian tertingginya untuk level klub.

“Waktu itu Inter Milan jadi lima klub terbesar di dunia. Ada pemain luar biasa sekelas Javier Zanetti, Cristian Vieri, Ronaldo da Lima, Fabio Cannavaro, Marco Materazzi, Hernan Crespo dan yang lainnya. Kami berpikir jika bisa melatih pemain seperti ini, pasti bisa melatih dimana-mana,” jelasnya.

3 dari 3 halaman

Berpisah dengan Hector Cuper

Hanya saja setelah itu, Gomez memilih pulang ke Argentina tahun 2004 silam. Setelah itu Gomez melanjutkan petualangannya di Asia dan kini singgah ke Arema.

Gomez mengaku berpisah dengan Cuper karena ingin merasakan jadi seorang pelatih kepala.

“Saya sudah lama tidak berkomunikasi dengannya (Cuper). Tapi kami punya hubungan yang bagus,” tandasnya.

Namun hal itu kini sudah berlalu. Bertemu dengan banyak pemain dunia hingga level asia membuatnya punya intuisi tajam untuk mengorbitkan pemain.

Sekarang di Arema dia punya target papan atas. Hal itu tidak terlalu dipikirkannya. Karena dia lebih mementingkan progress tim di setiap pertandingan. Di Indonesia, dia memang belum meraih trofi bersama Persib Bandung dan Borneo FC. Tapi tim yang dipegangnya selalu punya karakter bermain ngotot.

Video Populer

Foto Populer