Sukses


Kisah 2 Kali Bambang Pamungkas Dibuat Baper oleh Persija

Bola.com, Jakarta - Karier Bambang Pamungkas tak bisa dipisahkan dengan Persija Jakarta. Pemain dengan ciri khas kumis tebal ini pernah dua kali mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk tim ibu kota, yaitu 2001 dan 2018. Dia juga sekali tercatat sebagai pemain tersebur kompetisi pada 1999-2000.

Memulai karier profesionalnya di tim ibu kota pada musim 1999-2000. Dua puluh tahun berselang, Bepe memutuskan pensiun sebagai pesepak bola di Tim Macan Kemayoran.

PartaiĀ  terakhir Bepe bersama Persija di hadapan pendukung fanatis The Jakmania dinodai oleh kekalahan 1-2 dari Persebaya Surabaya pada 17 Desember 2019. Meski begitu, salam perpisahan dari pemain kelahiran Getas, Kabupaten Semarang, ini tetap menyentuh hati.

"Orang bijak berkata, laki-laki sejati tidak menangis, tapi hatinya berdarah. Malam ini, izinkan saya untuk menjadi seorang laki-laki sejati, dengan tidak banyak berbicara, agar saya tidak menangis, cukup hati saya yang berdarah," sepenggal ucapan perpisahan Bambang Pamungkas.

Kekalahan tersebut tak mengubur jasa Bepe buat Persija.

Dikutip dari blog pribadinya, Bambang Pamungkas berkisah awal mula sebelum ia dikontrak Persija pada 1999. Bepe dipanggil Timnas Indonesia U-19 untuk sebuah turnamen di Manila, Filipina, pada 1998. Bersama Purwanto, Bepe menorehkan tujuh gol pada kejuaraan tersebut.

Dari turnamen itu, Bepe kembali ke Diklat Salatiga, Semarang, untuk kembali menimba ilmunya sebagai siswa sekolah sepak bola. Panggilan pertama dari Timnas Indonesia level senior terjadi pada 1999 sebagai persiapan menuju SEA Games 1999. Bepe menyebut hal itu sebagai momen unik dalam kariernya.

"Dalam karier sepak bola saya, ada sesuatu yang unik yang mungkin tidak terjadi kepada pemain lain. Ketika saya mendapatkan panggilan Timnas Indonesia senior untuk pertama kali, status saya masih pemain amatir," tulis Bepe dilansir dari artikel bertajuk Persija Bukan Tujuan Utama Saya yang tayang di blog pribadinya pada 1 Maret 2008.

"Setelah perhelatan SEA Games 1999 selesai, berakhir pula masa perdidikan saya di Diklat Salatiga dan itu berarti saya harus mencari klub untuk melanjutkan karier saya. Saat itu beberapa tim menawari saya untuk bergabung antara lain PSIS Semarang, Petrokimia Putra, Persitara Jakarta Utara, dan Persijatim Jakarta Timur. Sebenarnya saya sangat ingin bergabung ke Arseto Solo atau Bandung Raya, akan tetapi sayang kedua tim tersebut sudah bubar setahun sebelumnya," kata Bepe.

Jadilah Bambang Pamungkas membela Persija. Di musim perdananya ia langsung on-fire dengan menjadi top scorer klub dan juga pentas kompetisi Liga Indonesia. Ia menyarangkan 24 gol pada musim tersebut.

Sepanjang membela Persija, tak selamanya Bambang selalu bahagia. Ia pernah dua kali patah hati di klub yang amat dicintainya.

Sepulang dari klub Belanda, EHC Norad, Bambang Pamungkas sukses mempersembahkan gelar kasta elite Liga Indonesia 2001.

Ia jadi aktor utama laga final di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, menghadapi PSM Makassar. Pada laga yang dimenangi Persija dengan skor 3-2 tersebut pemain dengan nomor punggung ikonik 20 itu menyumbang dua gol.

Gol kedua Bepe, dipuji kiper PSM, Hendro Kartiko, sebagai gol berkelas. Gol tersebut tercipta atas kontribusi gelandang serang, Luciano Leandro, yang menyodorkan umpan ke Bepe yang tengah berada di sisi sayap kanan.

Mengiring bola sendirian, Bepe membuat bek PSM, Joseph Lewono kelimpungan. Tendangan sang striker mengujam keras ke pojok kiri gawang.

"Gol yang brilian. Ia cerdik dan licin sehingga bisa melepaskan diri dari pengawalan pemain belakang kami. Saya mencoba mempersempit ruang tembaknya, tapi ia pintar melihat ruang kosong untuk menembak," tutur Hendro seperti yang dikutip dari buku Gue Persija.

Selepas musim 2001, posisi Bambang di dua musim selanjutnya bisa dibilang amat aman. Ia pemain pertama yang selalu ditawari perpanjangan kontrak.

Ā 

Ā 

Video

2 dari 3 halaman

Kalah Pamor dengan De Porras

Cerita sedih mencuat pada musim 2004. Persija mendatangkan striker asal Argentina, Emmanuel De Porras. Kehadirannya membuat Bepe terpinggirkan.

Pelatih Persija saat itu Carlos Cambon dan Sergei Dubrovin lebih senang menyandingkan duet De Porras dengan Budi Sudarsono. Sepanjang Liga Indonesia 2004 Bambang lebih banyak jadi pemain cadangan.

Pada musim tersebut Persija sempat dilanda konflik internal. Pemain-pemain lokal terlibat perpecahan dengan kuartet Argentina yang didatangkan manajemen.

Sejumlah pemain senior yang kehilangan jam terbang terang-terangan menyerang Cambon yang menganakemaskan pemain-pemain asal negaranya.

Tapi di masa panasnya konflik Bepe lebih banyak diam. Ia tipikal pemain yang tak banyak menuntut, sekalipun hatinya terasa sakit. Berkurangnya jam terbang bertanding di Tim Macan Kemayoran membuat Bepe kehilangan kursi di timnas.

Ia kalah bersaing dengan Ilham Jayakesuma serta Boaz Solossa di Timnas Indonesia besutan Peter Withe.

"Ya susah juga posisi pelatih. Kondisinya De Porras dan Budi sedang on-fire, sementara Bepe performanya sedang menurun. Saya sebagai manajer tidak bisa melakukan intervensi," tutur IGK Manila manajer Persija saat itu.

Puncaknya menjelang berakhirnya kompetisi, Bepe secara resmi mengumumkan rencana kepindahannya ke klub Malaysia, Selangor FA. Keputusan untuk pindah ke luar negeri, karena tak ingin menghadapi klub kesayangannya sebagai rival.

Pertandingan terakhir Liga Indonesia 2004 melawan Persebaya Surabaya di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, jadi pertandingan perpisahan bagi sang maestro. Dalam laga penentuan juara kasta elite, Bambang Pamungkas turun sebagai pemain utama karena Emmanuel De Porras terkena hukuman akumulasi kartu.

Bambang Pamungkas, meraih tiga gelar bersama Selangor FA di musim 2006. (Selangor FA)

Laga itu dimenangi Persebaya 2-1. Bepe terlihat sedih gagal menyumbang gol buat Persija. "Perpisahan yang pahit. Maafkan saya, The Jakmania, karena tidak bisa menyumbang gol," kata pemain kelahiran 10 Juni 1980 tersebut.

Uniknya, tak hanya Bepe yang pergi meninggalkan Persija, tapi juga gelandang sayap kanan, Elie Aiboy. Keduanya memulai petualangan baru di Negeri Jiran bersama Selangor.

Selama dua musim di Selangor Bepe bertabur gelar. Ia mempersembahkan gelar Malaysia Premier League, Malaysia FA Cup, dan Malaysia Cup pada musim 2005.

Ia juga mengoleksi gelar pribadi: Malaysia Premier League Top Scorer, Malaysia Cup Player of the Year, FA Cup Malaysia Top Scorer.

"Saya memang harus merasakan pengalaman baru di suasana berbeda. Kepergian saya dari Persija sebagai sebuah keharusan untuk mengembalikan permainan terbaik," kata Bambang saat diwawancarai penulis dalam sebuah pertemuan di Selangor.

"Saya kini bahagia di Selangor. Bisa fokus bertanding dan kembali menemukan jatidiri. Suatu saat saya akan kembali ke klub yang membesarkan saya," timpalnya.

Saat Selangor FA menyudahi kontraknya pada musim 2007 Bambang Pamungkas tanpa pikir panjang kembali ke Persija. "Persija selalu ada di hati saya." katanya.

"Tak sulit membujuk Bambang, karena dasarnya ia amat mencintai klub ini. Saya tahu ia pernah kecewa, tapi rasa sayangnya lebih besar lagi," ucap H. Santo, manajer Persija saat itu.

3 dari 3 halaman

Terpaksa Pindah ke PBR

Kembali lagi bermain di Persija seusai bertulang ke Malaysia, Bambang Pamungkas pernah berujar tidak akan pindah klub. Ia ingin Persija jadi satu-satunya klub yang pernah ia bela di Indonesia. Siapa sangka, niatan itu berubah beberapa tahun berselang.

Persija dilanda dualisme efek perpecahan PSSI di era kepemimpinan Djohar Arifin Husain. Muncul Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pada 2012, federasi tandingan yang membawahi kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang pada saat itu menjadi breakaway league karena PSSI menetapkan Indonesia Premier League (IPL) sebagai liga resmi.

PSSI ketika itu mengakui Persija yang dikelola oleh Hadi Basalamah dibanding Ferry Paulus. Jadilah Macan Kemayoran terpecah belah. Ada yang bermain di IPL dan ISL.

Sengketa tersebut berujung ke pengadilan. Setelah melalui proses yang panjang, hakim memenangkan Persija ISL dengan melarang Persija IPL memakai identitas Persija.

Usut punya usut, Persija IPL adalah perubahan wujud dari Jakarta FC, klub yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia 2011, sebuah kejuaraan yang bersifat independen dan hanya berlangsung setengah musim.

"Persija yang asli itu tidak harus ada Bambang Pamungkas, tidak harus ada Ismed Sofyan, tidak juga harus ada Bang Mansyur, perlengkapan kami yang sudah kurang lebih 17 tahun melayani pemain Persija.Ā Namun, Persija yang asli itu yang memiliki puluhan ribu pendukung setia bernama The Jakmania, pendukung militan Persija yang selalu mendampingi kemanapun tim Macan Kemayoran berlaga. Itulah tim Persija Jakarta yang sebenarnya," tulis Bepe dilansir dari artikel bertajuk Satu Bintang Itu Milik Kami yang tayang di blog pribadinya pada 1 Januari 2012.

Persija kembali dihantam masalah. Kali ini, kondisi finansial yang sekarat. Macan Kemayoran tak mampu menggaji para pemainnya pada 2013. Problem ini sebenarnya sudah mulai terjadi pada musim 2010, ketika klub tidak lagi boleh menyusu APBD. Puncaknya terjadi tiga tahun kemudian.

Sejumlah pemain memilih hengkang di masa sulit PSSI. Setelah menunggu musim 2013 berakhir tanpa bermain di klub manapun sembari menunggu Persija melunasi pembayaran gaji para pemain yang lain, Bepe kemudian hijrahĀ ke Pelita Bandung Raya untuk kompetisi 2014. Kepindahan ini menuai kontroversi di kalangan The Jakmania.

"Sangat berat sudah pasti, namun di sisi lain saya juga merasa sangat lega. Mengingat tanggung jawab saya di tim Persija sudah selesai. Terima kasih kepada Pak Ferry Paulus dan manejemen yang telah menyelesaikan semua tunggakan gaji pemain, kecuali saya. Hal tersebut membuat saya pergi dengan perasaan yang lebih tenang,ā€ imbuh Bepe disadur dari artikel wawancara eksklusif yang tayang di blog pribadinya pada 11 Desember 2013.

Momen yang paling diingat tentu ketika Bepe mencetak dua gol di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, bukan untuk Persija, melainkan bagi PBR. Dia juga membukukan satu gol kala menjamu mantan timnya itu di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.

"Bambang Pamungkas adalah seorang pemain yang hidup dari mencetak gol. Dan akan terus berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Bersama tim manapun ia bermain, dan melawan siapapun. Jika gol itu bersarang ke tim yang telah membesarkan nama saya, maka hal itu hanya wujud dari sebuah loyalitas dan totalitas saya terhadap profesi saya. Tidak lebih dan tidak kurang," kata Bepe dalam artikel bertajuk Persija, PBR Dan 8 Besar yang tayang di blog pribadinya pada 8 September 2014.

Namun, lagi-lagi Bambang dan Persija bak jodoh yang tak terpisahkan. Usai membela PBR selama semusim, Bepe kembali ke klub yang membesarkannya. Ia telah berdamai dengan Ferry Paulus dkk.

Dan untuk kali ini kesetiaan Bambang Pamungkas bersifat abadi. Saat klub mengalami masa sulit serupa seiring penghentian kompetisi Indonesia Super League 2015, karena konflik antara PSSI dengan Kemenpora, sang striker tak minggat.

Ia tetap bertahan, walau berbulan-bulan tak gajian. Kesetiaan Bepe berbuah manis saat Persija memenangi gelar kedua kasta elite di pentas Liga 1 2018. Bambang bisa pensiun dengan tenang. Tak ada lagi cerita patah hati sang pemain yang kini sudah resmi didapuk sebagai manajer tim.

Video Populer

Foto Populer