Sukses


Timeline Dadjang Nurdjaman di Persib: Sosok Paling Sukses di Sepanjang Sejarah Maung Bandung

Bola.com, Bandung - Sosok Djadjang Nurdjaman yang kini menjadi pelatih Barito Putera tidak akan lepas dari ingatan bobotoh Persib Bandung.

Pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 30 Maret 1959 ini, merupakan satu di antara legenda Persib, yang selalu eksis dari masa ke masa. Djanur sapaan akrab Djadjang Nurdjaman, merupakan satu-satunya orang yang merasakan juara bersama Persib dengan tiga peran yang berbeda, yakni menjadi pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala.

Sebagai pemain, Djanur membawa Persib juara Kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990, dan 1993-1994.

Sebelum ke Persib, Djanur sempat menjadi pemain profesional yang tampil di Kompetisi Galatama. Tim yang dibelanya di Galatama saat itu adalah Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), dan Mercu Buana Medan (1982-1985).

Pada pertengahan 1985, Mercu Buana bubar sehingga Djanur memutuskan untuk pulang ke Bandung. Ia pun kembali ke Persib yang saat itu dilatih Nandar Iskandar pada kompetisi Perserikatan 1986.

Pada tahun 1986, Djanur pun membawa Persib juara. Djanur menjadi pahlawan dengan mencetak gol penentu dalam laga final melawan Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan. Setelah melesakkan gol, Djanur pun mendapat pujian dari puluhan ribu bobotoh yang memadati stadion kala itu.

Musim 1990, Djanur kembali membawa Persib juara pada Perserikatan 1990. Dalam laga final versus Persebaya Surabaya, Persib Bandung menang 2-0. Bahkan salah satu gol yang dicetak Dede Rosadi itu merupakan assist dari Djanur.

Video

2 dari 4 halaman

Jadi Asisten Pelatih

Tidak lama kemudian, Djanur pun direkrut Indra Thohir menjadi asisten pelatih Persib Bandung dan merasakan juara kompetisi Liga Indonesia perdana pada musim 1994-1995.

Djanur pun tetap dipercaya sebagai asisten pelatih hingga musim 1996. Ia memulai debut sebagai pelatih kepala dan memimpin Persib U-23.

Pada 2006, Djanur kembali menjadi asisten pelatih untuk membantu Arcan Iurie. Kemudian, Djanur mengambil kursus kepelatihan hingga akhirnya pada tahun 2012.

Pria yang juga hobi bermain bulutangkis ini dipercaya manajemen Persib sebagai pelatih kepala untuk persiapan Indonesia Super League 2013.

Pada musim ini, Djanur membawa Anwar Sanusi, Asep Somantri, dan Sutiono Lamso sebagai asisten pelatih, sedangkan Indra Thohir menjadi Direktur Teknik.

Mengawali sebagai pelatih kepala, hasil polesan Djanur pun tidak mengecewakan, yakni membawa juara Persib Bandung pada turnamen Celebes Cup setelah mengalahkan Sriwijaya FC pada laga final dengan sor 1-0.

3 dari 4 halaman

Juara 2014

Musim 2014, manajemen Persib Bandung tetap memberi kepercayaan kepada Djanur. Pada musim ini, Djanur hanya mempertahankan Anwar Sanusi dan Asep Somantri, sedangkan Sutiono Lamso digantikan Herrie Setiawan.

Djanur sukses mewujudkan impian bobotoh, yakni trofi. Persib menjadi juara ISL 2014 setelah 19 tahun tanpa gelar di kompetisi tertinggi Indonesia.

Pada musim 2015, Djajang menjalani tahun ketiga bersama Persib. Di QNBL 2015 Djanur berhasil membawa tim Maung Bandung meraih dua kali kemenangan dari dua pertandingan sebelum liga dihentikan karena PSSI dibekukan oleh FIFA.

Di Piala AFC, Djanur berhasil membawa Persib lolos ke babak 16 besar. Namun, langkah Persib terhenti karena kalah 0-2 dari Hanoi T&T .

Meski demikian, bobotoh kembali puas dengan kinerja Djanur setelah membawa juara Piala Presiden 2015.

Memasuki musim 2017, Djanur semakin percaya diri. Apalagi Persib mendatangkan Michael Essien dan Carlton Cole, dua pemain asing yang berpengalaman di Liga Inggris.

4 dari 4 halaman

Pertengahan 2017 Mundur dari Persib

Pada tanggal 15 Juli 2017, Djanur resmi mengundurkan diri sebagai pelatih kepala Persib Bandung karena merasa tidak bisa mendongkrak penampilan tim berjulukan Maung Bandung dimusim 2017

Ia mengundurkan diri setelah timnya kalah dari Mitra Kukar (1-2) di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Sabtu (15/7/2017) malam, pada pekan ke-15 Liga 1 2017. Djanur menegaskan jika dirinya sudah bulat menyatakan mundur kepada Manajer Persib, Umuh Muchtar usai pertandingan.

"Saya mundur karena saya sudah tidak sanggup membawa prestasi Persib ke level yang semua diinginkan," ucap Djanur saat dihubungi Bola.com usai pertandingan.

Tekanan dari bobotoh ternyata menjadi latar belakang Djanur memilih mundur dari Persib. Terlebih, banyak bobotoh yang menyuarakan "Djanur out" di media sosial setelah performa Persib tidak memuaskan.

"Saya pribadi tidak pernah melihat medsos, tapi istri, anak-anak, dan cucu saya tidak tahan lagi dengan umpatan bobotoh. Jadi lebih baik saya mundur. Semoga ke depan Persib bisa lebih baik," harap Djanur kala itu.

Umuh Muchtar mengaku tidak menduga dengan keputusan Djadjang Nurdjaman yang memilih mundur sebagai pelatih kepala dipertengahan kompetisi Liga 1 2017 ini.

"Saya sedih dengan keputusan Djadjang. Dia menghubungi saya dan saya mengerti dengan perasaan Djadjang. Manajemen sudah menyetujui untuk kebaikan Persib ke depannya karena kalau pelatih sudah tidak siap jika dipaksakan khawatir Persib justru semakin terpuruk," ucap Umuh di Hotel Papandayan, Bandung, Minggu (16/7/2017).

 

Pada pertengahan musim 2017, Djanur berlabuh ke PSMS Medan setelah lolos 16 besar. Djanur pun menjadi pahlawan di tubuh PSMS karena mampu menjadi runner-up setelah dikalahkan oleh Persebaya, meski kalah, PSMS Medan promosi ke Liga 1 2018.

Setelah dari Medan, Djanur pun dipercaya jadi pelatih Persebaya Surabaya pada musim 2018-2019. Kemudian, ia menjadi nakhoda Barito Putera hingga saat ini.

Video Populer

Foto Populer