Sukses


Pelita Bandung Raya, Luar Biasa pada Musim 2014 Hingga Goyah karena Finansial

Bola.com, Bandung - Pada musim 2012-2013 publik Bandung kehadiran klub Pelita Bandung Raya (PBR) yang tentunya bermarkas di Kota Bandung. Klub ini lahir dari merger antara Pelita Jaya dengan Bandung Raya. Berlatih di Lembang, PBR mendapatkan julukan The Boys are Back.

Julukan itu memang mengingatkan bahwa di Bandung pernah ada klub bernama Bandung Raya yang berjaya di Era Galatama, tepatnya pada musim 1995-1996.

Kembalinya Bandung Raya dengan nama baru Pelita Bandung Raya sangat mengharukan bagi pengurus klub PBR, Tri Goestoro, yang ikut membesarkan nama Bandung Raya di era Galatama.

"Saya susah menggambarkan suasana hati pada hari ini karena akhirnya saya melihat Bandung Raya kembali di kompetisi profesional,” ujar Tri Goestoro kepada awak media usai launching tim PBR.

Diakui Tri, klub Mastrans Bandung Raya (MBR) yang pernah menjadi tim juara Liga Indonesia di era 1995-1996, tidak pernah bubar.

"Selama ini Bandung Raya main, tapi di level lain. Kami tidak pernah bubar, kami hanya tidak ikut kompetisi saja. Sekarang Bandung Raya masih ada di Divisi II, lalu saham Pelita Jaya dibeli seratus persen. Saham mereka kami ambil alih kemudian terbentuklah PBR,” tegas mantan Sekjen PSSI ini.

Pada musim perdananya, PBR ditangani oleh pelatih asal Skotlandia, Simon McMenemy, dengan asisten pelatih Adjat Sudrajat dan Hermansyah. PBR ditargetkan bertahan di papan tengah kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012-2013.

Kekuatan PBR pun berisikan beberapa mantan pemain Persib Bandung, seperti Eka Ramdani, Nova Arianto, Tema Mursadat, Edi Kurnia, Edi Hafid, Munadi, dan Rendi Saputra. Pemain lainnya yakni Mijo Dadic, Nemanja Obric, Dane Milovanovic, dan Gaston Castano.

Skuad Pelita Bandung Raya yang didominasi pemain muda pada musim 2013. (Bola.com/Erwin Snaz)

Kemudian ada sejumlah pemain muda, seperti Dolli Ramadhan Gultom, Adi Sulistya, Isna irfansyah Sanusi, Muhammad Solechudin, Iman Faturohman, Riandi Ramadan Putera, Rizky Pellu, Jajang Mulyana, Muhammad Syaifudin, Rama Pratama, M Arsyad, Endang Subrata, M Gugum Gumilar, dan Rafid Lestaluhu

Sayang di tengah perjalanan PBR goyah, dalam 10 pertandingan hanya memetik dua kali kemenangan. Hasil ini membuat PBR tercecer di papan bawah klasemen. PBR duduk di peringkat 16 dengan mengantongi sembilan poin. Dalam lima partai terakhir, PBR menelan tiga kali kekalahan.

Akibatnya, Simon McMenemy pun memilih mundur sebagai Pelatih Kepala PBR. Apalagi mendapat kritik dari manajemen PBR. Seorang pengurus PBR, Ali Fachrie, menyebutkan mundurnya pelatih impor itu karena hasil dari evaluasi Direktur Teknik Daniel 'Darko' Janackovic.

Selama empat bulan dibesut Simon, Pelita Bandung Raya cuma berhasil meraup 9 poin dari 10 pertandingan Liga Super musim 2012-2013. Daniel Darko Janackovic pun didapuk menjadi pelatih PBR, namun baru beberapa bulan Darko dipecat manajemen.

Video

2 dari 3 halaman

Berbenah pada Musim 2014, Bepe Bergabung

Setelah kurang memuaskan pada musim 2012-2013, manajemen Pelita Bandung Raya pun melakukan pembenahan mendasar guna mendongkrak performa tim. PBR menjadi kuda hitam yang siap bertarung dan mencuri perhatian di kompetisi ISL 2014.

Dejan Antonic ditunjuk sebagai arsitek baru PBR. Kinerja selama di Arema IPL dan Pro Duta, menjadi pertimbangan manajemen mengangkat pelatih asal Serbia tersebut. Dejan didamping eks bintang Bandung Raya, Peri Sandria, sebagai asisten pelatih.

Dari segi komposisi pemain, PBR banyak mengedepankan para pemain muda seperti Kim Jeffrey Kurniawan, Rizky Pellu, Mochammad Syaifuddin, hingga Muhammad Arsyad.

Tak hanya itu, PBR merekrut bintang Persija Jakarta, Bambang Pamungkas, sebagai kekuatan baru The Boys are Back, termasuk Agus Indra dan TA Musafri. Sedang pemain lainnya masih ada Gaston Castano dan Nova Arianto yang merangkap jadi asisten pelatih.

Direktur PT Kreasi Performa Pasundan, yang menaungi tim PBR, Marco Gracia Paulo, menjelaskan, perubahan yang dilakukan sesuai dengan visi dan misi yang diusung PBR saat ini.

“Kami tidak melakukan perubahan tersebut secara drastis, tapi secara bertahap. Dimulai dari mengubah fondasi tim dari sisi manajemen yang profesional dan solid yang berurusan dengan sumber daya manusia,” ujarnya.

Bambang Pamungkas saat berseragam Pelita Bandung Raya. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Perubahan itu, lanjut Marco, sangat penting guna memuluskan jalan memenuhi program jangka panjang lima tahun dan program jangka pendek tiga tahun.

Meski tidak menargetkan muluk-muluk tapi Marco optimistis PBR di bawah kendali Dejan Antonic bisa meraih hasil yang maksimal. Apalagi ada Bambang Pamungkas.

“Bepe bisa menjadi figur yang tepat bagi pemain muda PBR, baik di dalam maupun luar lapangan. Ia bisa dijadikan contoh oleh pemain lain saat latihan dan bertanding,” jelas Marco.

Hal senada diungkapkan Dejan Antonic. Menurutnya, kehadiran Bepe sangat berarti bagi tim yang dibesutnya karena Bepe merupakan tipe pemain yang cerdas.

"Bepe akan memudahkan saya dalam meramu strategi. Dan saya dapat melakukan variasi taktik menggunakan satu atau dua striker,” kata Dejan.

Prestasi PBR di ajang Indonesia Super League (ISL) musim 2014 ternyata banyak membuat orang berdecak kagum. Pasalnya, PBR mampu tembus ke semifinal, namun akhirnya dikalahkan Persipura Jayapura 2-0 lewat gol Boaz Solossa.

Prestasi tersebut, tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata pada ajang ISL 2015. Namun, PBR harus menelan pil pahit karena kehilangan sejumlah pemain pilarnya, seperti Bambang Pamungkas, T.A. Musafry, Wildansyah, Dias Angga, dan Rizky Pellu.

Kepergian mereka diganti dengan hadirnya Ilija Spasojevic, Yongki Ariwibowo, Syamsir Alam, Rahmad Hidayat, Ghozali Siregar, Andrea Bitar, dan Satrio Syam.

 

3 dari 3 halaman

Pindah ke Bekasi dan Menjadi Cikal Bakal Madura United

Namun di tengah persiapan, Pelita Bandung Raya mengalami krisis finansial. Bahkan awal April 2015, Direktur Utama PBR, Marco Gracia Paulo, resmi mengundurkan diri dari jabatanya.

Karena stabilitas keuangan terganggu, manajemen PBR pun memutuskan pindah dari Bandung ke Bekasi, dan melakukan merger dengan Persipasi Bekasi.

Terlebih Persipasi memang mati suri di Kota Bekasi, sehingga Pelita Bandung Raya Berubah nama menjadi Persipasi Bandung Raya dan bermarkas di Stadion Patriot, Bekasi.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Dalam kondisi kompetisi dibatalkan karena pembekuan PSSI oleh pemerintah lewat Kemenpora, FIFA memberikan sanksi kepada Indonesia pada 2015.

Persipasi Bandung Raya pun kemudian kembali berganti nama. Penjualan klub yang dilakukan pemilik Pelita Bandung Raya, Ari Sutedi, kepada Achsanul Qosasi, membuat klub tersebut berganti nama menjadi Madura United, klub yang sejak 2017 eksis di level tertinggi sepak bola Indonesia dengan sejumlah pemain bintang yang didatangkan.

“Peralihan nama menjadi Madura United merupakan anugerah bagi masyarakat, suporter, dan para penggemar sepak bola di Madura. Kami bangga dengan nama Madura United,” tutur Achsanul Qosasi pada 2016.

Video Populer

Foto Populer