Sukses


Kisah Piala Presiden, Turnamen Pramusim yang Kini Mati Suri

Bola.com, Jakarta - Piala Presiden mewarnai sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Sempat digelar rutin, namun turnamen tersebut kini sedang mengalami mati suri.

Piala Presiden pertama kali digelar pada 2015. Ketika itu, ide membentuk turnamen Piala Presiden hadir untuk mengisi kekosongan kompetisi.

Maklum, saat itu FIFA sedang membekukan sepak bola Indonesia akibat intervensi pemerintah. Piala Presiden menjadi obat pelipur lara akan kerinduan sepak bola nasional.

Sesuai namanya, Piala Presiden awalnya dibuka oleh petinggi negara di Indonesia. Pada 2015, Presiden Joko Widodo secara simbolik membuka turnamen tersebut dengan melakukan tendangan bola pertama di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.

"Saya senang sekali pertandingan bola akhirnya bisa bergulir lagi. Sekali lagi saya tegaskan, kebangkitan sepak bola Indonesia dan perbaikan total adalah pilihan yang kita ambil demi memperbaiki sepak bola ke depannya," kata Jokowi dalam sambutannya di hadapan sekitar 40 ribu penonton.

Presiden Joko Widodo bersiap melakukan tendangan pembuka turnamen Piala Presiden 2015 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (30/8/2015). 16 tim ambil bagian di turnamen yang digelar di empat kota. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Namun, baru satu kali digelar, pada 2016 Piala Presiden ditiadakan. Sempat diwacanakan hadir pada pertengahan 2016, namun Piala Presiden akhirnya batal digelar dan digantikan turnamen Indonesia Soccer Championship.

Setelah Indonesia terbebas dari sanksi FIFA pada 2017, PSSI ketika itu tetap menggagendakan Piala Presiden sebagai turnamen sepak bola Indonesia. Namun, penyelenggaraannya diubah menjadi turnamen pramusim.

Mulai dari 2017 hingga 2019, Piala Presiden rutin sebagai turnamen pramusim bergengsi yang melibatkan klub-klub kasta tertinggi sepak bola Indonesia plus beberapa undangan dari kompetisi kasta kedua.

Namun, turnamen tahunan tersebut akhirnya ditiadakan pada 2020. Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, memilih tak menggelar Piala Presiden karena kesibukan dan fokus PSSI untuk menggelar Piala Dunia U-20 2021.

"Kami fokus ke Piala Dunia. Waktu tersita ke sana. Exco dan PSSI sibuk. Piala Dunia nggak terasa loh. Belum Inpres. Jadi kami harus mengesampingkan Piala Presiden demi yang lebih besar," kata Mochamad Iriawan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Adu Gengsi

Meskipun hanya sebatas turnamen pramusim, namun Piala Presiden tetap menjadi pertaruhan bergengsi. Klub-klub menjadikan turnamen ini sebagai tolok ukur kesiapan tim untuk menghadapi kompetisi sesungguhnya.

Hal inilah yang tak jarang membuat pelatih kerap kehilangan jabatannya di Piala Presiden. Hal itu seakan menjadi momok menakutkan buat pelatih yang gagal memberikan prestasi buat timnya.

Data yang dihimpun Bola.com mencatat, sejak 2015 ada lima pelatih yang kehilangan pekerjaannya usai gelaran Piala Presiden. Mayoritas pemecatan terjadi karena manajemen klub tak puas dengan penampilan di turnamen pramusim tersebut.

Contohnya adalah Rahmad Darmawan yang diberhentikan Persija setelah bertugas 3 bulan pada 2015. Ketika itu, Persija asuhan Rahmad Darmawan menghuni dasar klasemen di Piala Presiden.

Pada 2017, Widodo Cahyono Putro yang dipecat Sriwijaya FC usai Piala Presiden. Ketika itu, klub berjulukan Laskar Wong Kito terhempas di babak perempat final karena kalah 0-1 dari Arema.

Sementara itu, pada Piala Presiden 2018 giliran Gomes de Oliveira yang menjadi korban. Pelatih asal Brasil itu dipecat Madura United karena hanya mampu mengantarkan sampai babak 8 besar Piala Presiden.

Nasib serupa juga dialami Subangkit yang dipecat PSIS Semarang usai Piala Presiden. Padahal, ketika itu Subangkit berperan penting membantu PSIS promosi ke Liga 1 2018. Namun, performa buruk PSIS di Piala Presiden menjadi alasan pemecatan pelatih berusia 60 tahun itu.

''Manajemen melakukan regenerasi untuk tim pelatih PSIS Semarang. Jadi tim pelatih yang dikepalai Pak Subangkit dan seluruh asisten ini dalam waktu dekat akan reposisi. Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pelatih atas jasanya mengantarkan PSIS ke Liga 1. Kami hormati itu dan mengapresiasi,'' kata CEO PSIS, Yoyok Sukawi ketika itu.

3 dari 4 halaman

Arema Paling Sukses

Arema FC menjadi klub paling sukses di Piala Presiden. Klub berjulukan Singo Edan itu berhasil meraih dua gelar dari empat edisi yang diikuti.

Gelar pertama Arema FC di Piala Presiden terjadi pada 2017. Ketika itu, Arema asuhan Aji Santoso berhasil meraih gelar Piala Presiden setelah mengalahkan Pusamania Borneo FC dengan skor 5-1 pada laga final.

"Mulai penyisihan babak delapan besar hingga final mereka hanya kemasukan sedikit. Kami mengantisipasi dengan tidak menekankan umpan panjang, tapi kombinasi satu dua. Sementara Borneo FC lebih sering melalukan umpan lambung ke depan sehingga saya tekankan ke Arthur Cunha untuk memenangi duel udara dan dia berhasil," kata Aji Santoso ketika itu.

Gelar kedua Arema FC di Piala Presiden terjadi pada edisi 2019. Ketika itu, laga final sudah menggunakan format dua pertandingan. Final ini bisa disebut sebagai yang paling menarik di Piala Presiden.

Arema FC berjumpa dengan Persebaya Surabaya di final bertajuk Derbi Jawa Timur. Arema FC asuhan Milomir Seslija berhasil mengalahkan Persebaya dengan agregat 4-2.

"Perjuangan yang luar biasa dari para pemain. Terlebih setelah kalah melawan Persela tim mulai kembali bangkit dengan menjawab kritik," ungkap Milomir.

4 dari 4 halaman

Simic dan Gonzales Terdepan

Sama seperti turnamen pada umumnya, Piala Presiden menjadi ajang unjuk kemampuan para pemain-pemain berkualitas. Sepanjang penyelenggaraan, ada dua nama yang mampu tampil gemilang karena mencetak banyak gol.

Mereka adalah Cristian Gonzales dan Marko Simic. Keduanya layak didapuk sebagai pemain paling tajam dalam sejarah Piala Presiden dengan masing-masing koleksi 11 gol.

Gonzales mencetak 11 gol sekaligus menjadi top scorer di Piala Presiden 2017. Ketika itu, kebahagiaan Gonzales terasa lengkap karena pada laga final mencetak sekaligus membantu Arema menjadi juara.

"Tidak mudah membuat tiga gol, apalagi di babak final. Dia luar biasa," ujar pelatih Arema ketika itu, Aji Santoso.

Striker Persija Jakarta, Marko Simic berselebrasi sebagai pemain terbaik usai laga final Piala Presiden 2018 melawan Bali United di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (17/2). Persija menang 3-0 atas Bali United. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Pada 2018, giliran Marko Simic yang menjadi top scorer Piala Presiden, sekaligus jadi pemain terbaik turnamen tersebut. Pemain asal Kroasia tampil tajam dan juga mampu mengantarkan Persija menjadi juara.

"Saya sangat bangga dan sangat senang. Ini momen terbaik di karier saya, rasanya seperti juara Piala Dunia. Trofi ini buat Persija, The Jakmania dan Jakarta. Semoga kami bisa melanjutkan kecermelangan ini lagi," ucap Simic.

Pencapaian kedua pemain itu mengalahkan top skorer Piala Presiden 2015 yakni Zulham Zamrun dengan lima gol dan Bruno Matos, Ricky Kayame, dan Manuchekhr Dzhalilov yang menjadi top skorer bersama pada 2019 dengan masing-masing lima gol.

Video Populer

Foto Populer