Sukses


Deretan Bintang Timnas Indonesia Pembuat Sejarah di Pergelaran Piala AFF

Bola.com, Jakarta - Penampilan Timnas Indonesia di Piala AFF selalu dinantikan oleh pecinta sepak bola Tanah Air. Kendati belum sekalipun meraih trofi juara dalam 12 edisi yang sudah digelar, penampilan pemain-pemain terbaik Indonesia selalu menjadi daya tarik.

Sejak pertama kali digelar pada 1996 dengan nama Piala Tiger, turnamen sepak bola antarnegara Asia Tenggara ini selalu menarik minat pecinta sepak bola Indonesia. Aksi Timnas Indonesia di Piala AFF menjadi sebuah hiburan tersendiri mengingat sudah pasti Tim Garuda beraksi di sana.

Penampilan bintang-bintang sepak bola Indonesia, mulai dari era Aji Santoso dan Kurniawan Dwi Yulianto, hingga yang terbaru Evan Dimas dan Hansamu Yama, mampu menjadi daya tarik, baik melalui layar kaca televisi maupun mereka yang dengan spartan datang langsung ke stadion meski laga digelar di negara tetangga.

Dalam sejarahnya sejak 1996, Timnas Indonesia tercatat delapan kali mampu lolos dari fase grup, dengan lima di antaranya melangkah ke pertandingan final. Sayang, dari kelima kesempatan tersebut, tidak satu pun trofi juara berhasil diraih.

Namun, inilah menariknya Piala AFF. Dukungan para penggemar Tim Garuda selalu besar. Antusiasme yang luar biasa selalu diperlihatkan oleh rakyat Indonesia, terutama jika Tim Garuda mampu melangkah hingga pertandingan puncak.

Kegagalan demi kegagalan di laga puncak tak pernah menyurutkan keinginan para penggemar Timnas Indonesia untuk melihat tim kesayangan mereka bisa meraih trofi untuk pertama kalinya. Apalagi jika sejak fase grup, Tim Garuda bisa mempersembahkan penampilan yang apik dengan sejumlah hasil positif.

Kali ini, Bola.com mengulas deretan bintang Timnas Indonesia yang tampil apik dalam sepanjang sejarah Piala AFF

 

 

 

Video

2 dari 7 halaman

Kurniawan Dwi Yulianto

Striker yang karib disapa Si Kurus ini memang merupakan striker haus gol yang tercatat hingga saat ini berada di peringkat ketiga dalam daftar pencetak gol terbanyak yang pernah dimiliki Timnas Indonesia. Total 33 gol dari 59 penampilan dari medio 1995 hingga 2005 dicetak Kurniawan untuk Timnas Indonesia.

Dari 33 gol tersebut, 13 di antaranya dicetak di Piala AFF sejak 1996 hingga 2004. Dalam edisi perdana Piala AFF, atau yang lebih akrab disebut Piala Tiger 1996, Kurniawan berhasil mencetak empat gol untuk Tim Garuda.

Dalam kemenangan 5-1 atas Laos di laga pertama Piala AFF, Kurniawan mencetak gol ketiga dalam pesta tersebut. Kemudian gawang Kamboja dan Vietnam pun tak luput dari ketajaman Si Kurus dalam menceploskan bola. Sementara gol terakhir di Piala Tiger 1996 dicetaknya saat Indonesia kalah 2-3 dari Vietnam di perebutan tempat ketiga.

Saat itu, Timnas Indonesia punya begitu banyak pencetak gol. Bersama Kurniawan, Peri Sandria juga mencetak empat gol, sementara Eri Irianto dan Fakhri Husaini masing-masing mencetak tiga gol.

Kehebatan Kurniawan sebagai striker Timnas Indonesia di Piala AFF berlanjut hingga 2005, Meski hanya mencetak satu gol di Piala Tiger 1996 dan tiga gol di Piala Tiger 2000, serta absen pada edisi 2002, Kurniawan kembali pada Piala AFF 2004 dan mencetak lima gol dalam turnamen tersebut. Berduet bersama Ilham Jaya Kesuma, Kurniawan kembali memperlihatkan ketajamannya.

Piala AFF 2004 menjadi edisi terakhir Kurniawan Dwi Yulianto memperkuat Timnas Indonesia. Dalam tiga edisi yang diikutinya, Kurniawan sukses mencetak 13 gol, di mana hal itu membuatnya masih menjadi pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia di Piala AFF hingga saat ini.

3 dari 7 halaman

Gendut Doni Christiawan

Karier Gendut Doni di Timnas Indonesia terbilang pendek. Ia pertama kali memperkuat Tim Garuda pada 2000 dan berakhir pada 2004. Pemain yang saat itu memperkuat Persija Jakarta itu pun hanya masuk skuat Garuda dalam dua edisi Piala AFF, yaitu 2000 dan 2002.

Catatan menarik mengenai Gendut Doni adalah dia menjadi sosok penting dalam skuat Garuda di Piala Tiger 2000. Bahkan dia hampir saja tersisih dari tim sebelum berangkat ke Thailand.

Saat itu, Gendut Doni kalah saing dengan striker lain, seperti Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Bambang Pamungkas. Style permainan tiga striker tersebut lebih disukai oleh sang pelatih, Nandar Iskandar.

Beruntung bagi Gendut Doni, Bambang Pamungkas tak mendapatkan izin dari EHC Norad, klub Belanda yang dibelanya saat itu. Gendut Doni pun mendapat panggilan susulan satu hari sebelum keberangkatan Timnas Indonesia ke Thailand.

"Semula saya tidak masuk skuat ke Thailand. Namun, saya dipanggil lagi untuk menggantikan posisi Bepe. Akhirnya saya kembali bergabung dengan skuat Timnas Indonesia di Piala Tiger 2000 sehari sebelum keberangkatan," kisah Gendut Doni kepada Bola.com.

Gendut Doni pun membayar kepercayaan yang terlambat itu dengan baik. Lima gol berhasil dipersembahkan striker asal Salatiga itu dalam sepanjang turnamen. Bahkan Peter White yang saat itu menangani Timnas Thailand, menyebut kekalahan Vietnam dari Indonesia di laga semifinal karena tidak memperhitungkan keberadaan Gendut Doni di pertandingan itu.

"Vietnam kalah karena repot mengurusi Kurniawan tanpa memperhitungkan Gendut Doni yang lebih agresif," ujar Peter White seperti dilansir Harian Pelita, 18 November 2000.

Sayang keberhasilan Gendut Doni membawa Timnas Indonesia ke final Piala Tiger 2000 itu tak sampai pada trofi juara. Timnas Indonesia kalah di final, tapi Gendut Doni berhasil mengakhiri turnamen itu sebagai top scorer bersama pemain Thailand, Worrawoot Srimaka, dengan torehan lima gol.

Gendut Doni masih mendapatkan kesempatan pada Piala Tiger 2002. Namun, keberadaan Zaenal Arif dan Bambang Pamungkas membuatnya tak banyak bersinar di edisi tersebut. Ajang tersebut pun menjadi kali terakhir Gendut Doni masuk dalam tim dengan torehan satu gol yang membuatnya total mengemas lima gol di Piala AFF.

4 dari 7 halaman

Bambang Pamungkas

Striker yang baru saja mengakhiri karier profesionalnya selama 20 tahun pada akhir 2019 ini merupakan pemain yang ada di peringkat kedua di daftar pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia, baik secara keseluruhan maupun khusus di sepanjang sejarah Piala AFF.

Jika secara keseluruhan Bambang Pamungkas mencetak 38 gol dalam 86 penampilan bersama Tim Garuda. Catatan itu menjadikannya sebagai pemain paling banyak membela Timnas Indonesia. Sementara untuk perolehan gol, pemain yang karib disapa Bepe itu berada di peringkat kedua, di belakang Soetjipto Soentoro.

Begitu pun di daftar pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia dalam sepanjang sejarah Piala AFF, di mana ia mencetak 12 gol, hanya terpaut satu gol di belakang Kurniawan Dwi Yulianto. Dari 12 gol yang dicetaknya, Bepe menorehkan delapan gol di Piala AFF 2002, sekaligus menjadikan dirinya sebagai top scorer dalam turnamen tersebut.

Saat itu Bepe memang menjadi andalan Ivan Kolev di lini depan bersama Zaenal Arif. Bepe, yang pada edisi 2000 gagal bergabung dalam skuat Garuda, sukses mencetak delapan gol di edisi 2002, sementara Zaenal Arif mencetak enam gol.

Torehan delapan gol tentu luar biasa, mengingat dalam tiga pertandingan fase grup, Bepe sukses mencetak tujuh gol. Bepe mencetak hattrick saat Timnas Indonesia menang 4-2 atas Kamboja, dan mencetak quattrick saat Tim Garuda menang 13-1 atas Filipina, di mana itu masih menjadi kemenangan terbesar Timnas Indonesia dalam sepanjang sejarah Piala AFF.

Setelah menjadi top scorer di Piala AFF 2002, Bambang Pamungkas baru kembali mencatatkan namanya di papan skor Piala AFF di Piala AFF 2008 dan 2010. Dalam dua edisi tersebut, Bepe mencetak dua gol pada masing-masing edisi, yang membuat kini torehan golnya di Piala AFF menjadi 12 gol.

Piala AFF 2012 menjadi edisi terakhir Bambang Pamungkas di turnamen antarnegara Asia Tenggara tersebut sebelum pensiun dari level internasional. Dalam edisi itu, jersey Timnas Indonesia yang digunakan Bepe tak lagi tertulis 'Bambang' atau 'Bambang P', melainkan 'Pamungkas'.

5 dari 7 halaman

Ilham Jaya Kesuma dan Boaz Solossa

Piala AFF 2004 seperti menjadi era baru bagi lini serang Timnas Indonesia di Piala AFF. Meski measih menyisakan Kurniawan Dwi Yulianto dan Elie Aiboy, di perhelatan kali ini sejumlah pemain baru di lini depan muncul.

Peter Withe membawa Saktiawan Sinaga yang baru berusia 22 tahun, Boaz Solossa yang baru berusia 18 tahun, dan Ilham Jaya Kesuma yang merupakan bintang Persita Tangerang.

Penampilan Timnas Indonesia di fase grup sangat luar biasa. Bermain empat kali, Tim Garuda meraih tiga kemenangan dan tidak terkalahkan. 17 gol diciptakan tim asuhan Peter Withe itu tanpa sekalipun kebobolan.

Pada perhelatan kali inilah sosok Ilham Jaya Kesuma dan Boaz Solossa muncul sebagai bintang di Piala AFF. Dalam pertandingan pertama kontra Laos, Tim Garuda langsung meraih kemenangan telak 6-0. Boaz dan Ilham masing-masing mencetak dua gol, sementara dua gol lain dicetak Elie Aiboy dan Kurniawan.

Sempat bermain imbang tanpa gol dengan Singapura di pertandingan kedua, Tim Garuda menang 3-0 atas Vietnam dalam laga ketiga. Boaz dan Ilham lagi-lagi berbagi satu gol, di mana satu gol lain dicetak Muhammad Mauli Lessy.

Ilham Jaya Kesuma saat beraksi di Tiger cup 2004 (HOANG DINH NAM / AFP)

Aksi Ilham tampak tak bisa dihentikan dengan mudah. Pemain Persita Tangerang itu mencetak hattrick dalam kemenangan 8-0 atas Kamboja di pertandingan ketiga fase grup. Lima gol lainnya dicetak Elie Aiboy dan Kurniawan yang masing-masing mencetak dua gol, dan satu gol lain dicetak kakak dari Boaz, Ortizan Solossa.

Berhadapan dengan Malaysia dalam dua leg pertandingan semifinal, Tim Garuda secara mengejutkan kalah 1-2 di SUGBK. Namun, Ilham dan Boaz kembali memperlihatkan ketajamannya dengan masing-masing mencetak satu gol, plus dua gol lain dicetak Kurniawan dan Charis Yulianto yang membawa Tim Garuda menang 4-1 di Bukit Jalil, Kuala Lumpur.

Langkah Boaz dan Ilham dalam mengumpulkan pundi-pundi gol berakhir setelah di laga final keduanya tak mampu mencetak gol. Ilham pun mengakhiri Piala AFF 2004 sebagai top scorer dengan torehan tujuh gol, sementara Boaz mengoleks empat gol, satu gol di belakang Kurniawan Dwi Yulianto yang masih jadi andalan di edisi tersebut dan mengoleksi lima.

Dalam Piala AFF 2007, Ilham masih mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia, sementara Boaz tak masuk skuat karena cedera. Namun, Ilham kehilangan sorot kebintangannya dan hanya mencetak satu gol dalam edisi pertama Tim Garuda gagal melangkah ke semifinal itu.

Ekspresi pemain Indonesia, Boaz Solossa, setelah mencetak gol ke gawang Vietnam dalam laga leg pertama semifinal Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (3/12/2016). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Boaz baru kembali bersinar ketika masih mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. Berada di bawah asuhan Alfred Riedl, Boaz yang sudah menjadi sosok pemain senior membimbing adik-adiknya di Piala AFF yang digelar di Filipina sebagai kapten tim.

Boaz yang sudah berusia 30 tahun pada saat itu, menjadi satu dari dua pemain yang sudah menginjak usia di atas 30 tahun selain Beny Wahyudi. Sementara pemain lain masih berusia di antara 22 sampai 28 tahun.

Namun, Boaz tak kehilangan daya tariknya sebagai striker elegan. Pemain asal Sorong, Papua, ini mengemas tiga gol dalam perhelatan kali ini dan mengantar Tim Garuda mencapai final hingga akhirnya kandas dari Thailand di laga puncak.

6 dari 7 halaman

Budi Sudarsono

Budi Sudarsono sudah menjadi bagian dari skuad Garuda sejak Piala Tiger 2002, di mana pada saat itu ia mencetak dua gol, masing-masing ke gawang Vietnam dan Filipina. Namun, sorot sinar kebintangan Budi Sudarsono memang belum terlihat saat itu.

Sempat tersingkir dari tim pada Piala AFF 2004, Budi Sudarsono kembali ke skuad Garuda pada Piala AFF 2007, di mana dirinya kurang mendapatkan kesempatan dan tidak mencetak satu gol pun di edisi tersebut. Namun, pembuktian dilakukan Budi Sudarsono pada edisi 2008.

Berduet bersama Bambang Pamungkas di lini depan Tim Garuda, Budi Sudarsono sukses menjadi top scorer Piala AFF 2008 dengan torehan empat gol, di mana satu gol dicetaknya ke gawang Myanmar saat Indonesia menang 3-0, dan hattrick pada saat Indonesia menang 4-0 atas Kamboja.

Sayang torehan tersebut tak bisa bertambah karena Timnas Indonesia kalah 0-2 dari Singapura di laga terakhir fase grup. Meski lolos ke semifinal sebagai runner-up grup, Indonesia kalah agregat 1-3 dari Thailand.

Budi Sudarsono menjadi top scorer Piala AFF 2008 bersama pemain Singapura, Agu Casmir, dan striker Thailand, Teerasil Dangda.

7 dari 7 halaman

Firman Utina dan Cristian Gonzales

Piala AFF 2010 merupakan memori yang sulit dilupakan masyarakat Indonesia. Saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah bersama Vietnam. Pada saat itu pula, Timnas Indonesia mampu melangkah hingga ke final dengan permainan yang sangat menghibur.

Sayang, Tim Garuda harus kalah dari Malaysia di laga puncak dan untuk keempat kalinya harus puas menjadi runner-up di Piala AFF. Padahal saat itu tim asuhan Alfred Riedl memiliki skuat yang mumpuni, termasuk hadirnya Irfan Bachdim dan pemain naturalisasi, Cristian Gonzales.

Bek Timnas Indonesia, Mohammad Nasuha, mencetak gol ke gawang Malaysia pada final Piala AFF 2010.(AFP/Bay Ismoyo)

Ada delapan pemain Timnas Indonesia yang sukses mencatatkan namanya di papan skor sepanjang turnamen, tapi pemainan Gonzales di lini depan begitu memukau di lini depan membuat nama pemain naturalisasi itu juga jadi sorotan.

Gonzales menjadi sosok penting yang membawa Tim Garuda melangkah ke final, setelah masing-masing sebiji golnya bersarang di gawang Filipina dalam dua leg pertandingan semifinal yang digelar di SUGBK.

Dalam sejarah bersama Timnas Indonesia, Cristian Gonzales hanya tampil dalam dua edisi Piala AFF, yaitu 2010 dan 2014, di mana dalam dua edisi tersebut Tim Garuda ditangani oleh Alfred Riedl. Namun, sayangnya El Loco tidak mencetak sebiji gol pun di edisi 2014.

Kapten Timnas Indonesia Firman Utina merayakan golnya ke gawang Laos pada partai Piala AFF di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 4 Desember 2010.AFP PHOTO/ADEK BERRY

Tak hanya Gonzales, Firman Utina pun menjadi bintang di Piala AFF 2010. Sebenarnya, gelandang kreatif Timnas Indonesia ini sudah masuk dalam skuad Garuda sejak Piala AFF 2004. Namun, baru pada 2010 ia benar-benar matang dan dipercaya menjadi kapten tim.

Permainannya yang lugas mengawal lini tengah Timnas Indonesia memberikan dampak besar. Transisi menyerang dan bertahan pun cukup baik dengan kehadiran pemain yang dikenal sebagai The Trophy Collector di level klub itu.

Dua gol turut dicetaknya sepanjang Piala AFF 2010. Bahkan saking bagus penampilannya saat itu, Firman Utina pun terpilih sebagai MVP pada edisi tersebut.

Video Populer

Foto Populer