Sukses


Wawancara Marc Klok: Penantian Panjang Menjadi WNI dan Bisa Membela Timnas Indonesia

Bola.com, Jakarta - Umur Marc Klok masih 20 tahun ketika memutuskan untuk merantau ke Skotlandia dari tanah kelahirannya, Belanda. Keputusan yang bisa dibilang sebagai eksperimen tersebut berujung kegagalan. Namun, ada hikmah di balik semua kejadian.

Setelah dua musim menimba ilmu di Jong FC Utrecht, Marc Klok memilih Ross County, kontestan divisi paling elite Liga Skotlandia, sebagai tim profesional pertamanya pada 2013-2014. Karena kesempatan bermain yang minim, gelandang kelahiran 20 April 1993 ini hijrah ke Bulgaria untuk mengikuti seleksi bersama Cherno More Varna pada Oktober 2014.

Marc Klok tampil cukup apik selama dua tahun membela Cherno More Varna. Dia mencatatkan menit bermain relatif banyak dengan catatan 47 penampilan hingga 2016 bersama klub kasta teratas Liga Bulgaria tersebut.

Dua tahun bersama Cherno More Varna, Marc Klok dilirik oleh klub League One atau kasta ketiga Liga Inggris, Oldham Athletic. Hanya bertahan selama setengah musim, dia kembali ke Skotlandia untuk memperkuat Dundee FC.

Di Dundee FC, Marc Klok hanya bertahan tiga bulan. Cuma dua penampilan yang mampu dibukukannya. Di titik ini, dia merasa perlu bermanuver dalam kariernya.

Setelah berbincang dengan Robert Alberts dan Wiljan Pluim, Marc Klok memantapkan hati untuk membangun reputasinya di Indonesia. Dia bergabung dengan PSM Makassar, tempat Roberts bekerja sebagai pelatih dan Pluim sebagai pemain.

Tidak butuh waktu lama bagi Marc Klok untuk mencuri perhatian publik Makassar. Bermodalkan performanya, dia mampu melejit sebagai idola baru publik Andi Mattalatta Mattoangin.

Marc Klok membentuk tandem maut dengan Pluim di lini tengah. Tiga musim di PSM, pemain kelahiran Amsterdam, Belanda tersebut merasa sudah saatnya untuk mencari tantangan baru.

Persija Jakarta menjadi pelabuhan karier Marc Klok berikutnya. Dia diikat dengan durasi kontrak jangka panjang selama empat tahun. Gelandang berusia 27 tahun ini diproyeksikan untuk menjadi pemain lokal mengingat tengah menjalani proses naturalisasi.

Di setiap kesempatan, Marc Klok seringkali mengutarakan keinginan untuk membela Timnas Indonesia. Namun, proses perpindahan warga negaranya saat ini terhambat karena pandemi virus corona.

Bola.com berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Marc Klok mengenai berbagai topik pada Selasa (28/4/2020). Berikut petikannya:

Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.

Video

2 dari 4 halaman

Berkarier di Indonesia dalam Usia Muda

Kamu sempat membangun karier di tanah Britania. Membela Oldham Athletic pada 2016 dan pindah ke Dundee FC pada 2017. Saat itu, kamu masih berusia 23 tahun dan peluang kamu untuk tetap berkarier di Eropa terbuka lebar. Sebaliknya, kamu malah memilih hijrah ke Indonesia. Apa alasannya?

Benar. Saya memilih Indonesia karena perasaan saya mengatakan saya akan menjadi orang yang lebih bahagia di sini. Saya juga memutuskan untuk datang di usia muda karena dengan begitu, potensi saya masih akan sangat besar. Sebagian besar pemain dari Eropa memutuskan untuk datang ke asia di usia tua. Maka mereka hanya memiliki waktu maksimal 2-3 tahun untuk bermain. Saya ingin datang di usia muda dan berada di sini untuk waktu yang lama serta membuat warisan untuk Indonesia.

Apa yang kamu ketahui tentang PSM sebelum bergabung dengan klub ini?

Saya tidak tahu apa-apa! Saya hanya berbicara dengan Robert Alberts dan Wiljan Pluim sebelum terbang ke sini. Dan keduanya memberikan saya kesan yang baik. Tentang klub ini, kota ini, dan kompetisi ini. Jadi, saya tidak membutuhkan waktu untuk berpikir panjang. Saya mengikuti bisikan hati saya dan langsung terbang ke sini!

Setelah lahir dan besar di Belanda, lalu hijrah ke Bulgaria dan Skotlandia, bagaimana dengan kehidupan di Indonesia? Indonesia bukan negara tujuan di Asia, bahkan di Asia Tenggara sekalipun. Apa yang membuat kamu menyukai negara ini?

Masyarakat, penggemar, gaya hidup, sepak bola, dan iklim. Semuanya tentang itu membuat saya merasa diberkati dan bersyukur. Saya tidak akan pernah bermain di negara-negara itu lagi. Saya akan total di sini.

3 dari 4 halaman

Karena Jakarta seperti Amsterdam

Selama tiga tahun di PSM, apakah kamu punya kenangan manis dan buruk di sana?

Hanya kenangan indah yang saya miliki. Saya sangat menikmati waktu saya di sana dan hanya bisa melihatnya kembali dengan perasaan yang luar biasa. Satu-satunya momen yang masih menyakitkan adalah tidak menjadi juara pada 2017 dan 2018. Karena saya pikir kami pantas mendapatkannya.

Sangat jarang melihat tipe gelandang bertahan seperti kamu di Indonesia. Di sini, seorang gelandang bertahan cenderung bermain keras dan banyak mengandalkan tekel. Tapi kamu berbeda. Kamu adalah seperti deep lying playmaker layaknya Andrea Pirlo di Italia. Bagaimana kamu menyatukan permainan kamu dengan gaya sepak bola di sini?

Terima kasih. Saya hanya merasa ingin melakukan apa yang dibutuhkan. Saya mencoba untuk mengoptimalkan kualitas saya selama pertandingan dan saya beradaptasi dengan cepat. Terima kasih saya ucapkan kepada Robert Alberts untuk hal ini.

Saya selalu mencari cara untuk meningkatkan diri saya lebih baik lagi dan menjadi lebih baik di setiap laga. Saya juga ingin menjadi gelandang bertahan terbaik Indonesia sepanjang masa.

 

4 dari 4 halaman

Proses Naturalisasi

Kamu pindah ke Persija setelah tiga tahun bermain untuk PSM dan tinggal di Makassar. Apakah kehidupan di Jakarta, sebuah kota metropolitan layaknya Amsterdam di Belanda, menjadi satu di antara alasan kamu ingin bermain di Persija?

Ya. Di luar alasan sepak bola, itulah satu di antara alasannya. Saya sedikit merindukan kehidupan kota besar. Lebih banyak hal yang harus dilakukan, maka peluang yang tercipta juga lebih banyak. Juga untuk keluarga saya. Istri saya bisa membangun kehidupannya. Akan lebih mudah melihatnya sekarang dan bepergian.

Bagaimana proses naturalisasi kamu? Kapan target kamu bisa bermain untuk Timnas Indonesia?

Karena pandemi virus corona, saya tidak mendengar perkembangan apa-apa lagi mengenai prosesnya. Tapi, saya menganggap hal itu akan segera terjadi. Itulah perkembangan terbaru sebelum wabah virus corona.

Kapan saya bisa bermain untuk Timnas Indonesia itu tergantung kepada pelatih dan performa saya. Tetapi, saya sudah tidak sabar untuk menjadi WNI dan pemain timnas. Tentu, membuat warganet juga bangga.

Video Populer

Foto Populer