Sukses


Kisah Unik Henk Wullems: Pindah Hotel Gara-Gara Colokan PlayStation sampai Mobil Mogok

Bola.com, Makassar - Henk Wullems masuk dalam jajaran pelatih papan atas era Liga Indonesia. Ia membawa Mastrans Bandung Raya meraih trofi juara Liga Indonesia 1995-1996 setelah mengalahkan PSM Makassar 2-0 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Sukses yang membuatnya menjadi pelatih asing pertama yang membawa klubnya juara di kompetisi kasta tertinggi Indonesia.

Menariknya, empat tahun kemudian, bersama klub yang dikalahkannya itu, Henk Wullems kembali menggenggam trofi juara musim 1999-2000 dengan status Direktur Teknik.

Keras, ketat dan disiplin jadi ciri khas pelatih berpaspor dalam menangani tim. Seperti diungkap Syamsuddin Umar, pelatih kepala PSM musim itu.

"Henk pernah bilang, disiplin dan komitmen yang bisa membedakan seorang pemain besar dengan yang biasa saja. Kalau tidak disiplin, bersiaplah terdepak dari sepakbola," ujar Syamsuddin dalam buku biografinya, "Bola itu Bundar'.

Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.

Menurut Syamsuddin, Henk Wullems juga sosok pelatih yang sangat peduli dengan kondisi pemain dan tim. Ia merujuk pengalaman saat PSM bertandang ke markas Persma Manado.

Di mana PSM harus dua kali berpindah hotel atas permintaan Henk. Dua hotel pertama dinilainya tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan tim seperti wastafel kurang bersih sampai colokan listrik hotel yang tidak sesuai dengan colokan PlayStation pemain.

Alhasil, manajer PSM saat itu, Kadir Halid harus mengeluarkan dana besar karena sewa hotel terlanjur dibayar.

"Ketika saya tanya apa alasannya bersikap begitu, jawaban Henk enteng saja. Dia bilang begini, kondisi dan psikologis pemain sangat penting untuk memenangkan pertandingan," tutur Syamsuddin.

Ucapan Henk terbukti benar. PSM akhirnya memetik tiga poin laga itu. "Sebelum pertandingan, Henk mengumpulkan pemain. Dia bilang, pelayanan terbaik dari pengelola harus dibayar dengan kemenangan. Kalau tidak, mau disimpan di mana muka saya."

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 3 halaman

Beragam Kisah Unik

Peristiwa lain, Henk pernah datang dengan muka jengkel ke sekretariat PSM di Jalan Sungai Saddang Makassar. Kala itu, Syamsuddin dan Kadir sudah menunggunya untuk memdiskusikan kondisi tim.

Dia datang dengan menggunakan taksi bukan mobil pribadinya. Ternyata, Henk meninggalkan begitu saja mobilnya dipinggir jalan karena kehabisan bensin.

"Henk pun protes ke Kadir. Menurutnya, mobil dan bensin adalah satu paket. Alhasil Henk pun meminta Kadir mengambil mobilnya itu plus membayar ongkos taksinya," kata Syamsuddin.

Dibalik sikap disiplin dan tegas, Syamsuddin mengungkap sisi lain dari Henk. Di mata Syamsuddin, Henk tetap manusia biasa yang polos dan sedikit lugu.

Syamsuddin menceritakan pengalaman unik dan lucu saat bersama Henk dan Assegaf Razak (asisten pelatih) menempuh perjalanan darat menuju Polman (Sulawesi Barat). Kala itu, PSM menghadapi PKT Bontang pada partai usiran.

"Di perjalanan, Henk berkali-kali bertanya kapan sampai. Dia bilang kalau di Eropa, kita sudah melewati beberapa negara," kenang Syam.

Layaknya perjalanan jauh, Henk pun harus menahan ingin buang air kecil. Tapi, saat itu hanya terlihat hamparan sawah sepanjang jalan.

"Saya sempat memberhentikan mobil dan mempersilakanya turun untuk kencing. Ia spontan menolak dan terpaksa menahan kencing."

Henk juga menyukai benda atau apa saja yang menurutnya unik dan aneh. Usai pertandingan, dalam perjalanan pulang ke Makassar, Henk tertarik dengan gerabah (perkakas yang terbuat dari tanah) dan langsung memborongnya.

"Henk bahkan menyimpannya baik-baik dan membawanya pulang ke Belanda sebagai oleh-oleh," kata Syamsuddin.

3 dari 3 halaman

Arsitek Timnas Indonesia

Sebelum menjadi Direktur Teknik di PSM, Henk Wullems sempat menangani tim nasional Indonesia pada 1997. PSSI memilih Henk berkat suksesnya membawa Mastrans Bandung Raya juara Liga Indonesia 1995-1996.

Henk tak lama menangani timnas. Dia tercatat bersama timnas pada dua ajang yakni Kualifikasi Piala Dunia 1998 dan SEA Games 1997.

Di ajang terakhir, Indonesia hanya meraih perak setelah pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno. Fachri Husaini dan kawan-kawan kalah adu penalti 2-4 dari Thailand. Sebelumnya, sampai babak tambahan waktu berakhir, Indonesia dan Thailand bermain imbang 1-1.

Raihan perak ini terasa menyesakkan. Karena sebelum sampai ke final, timnas mengalahkan semua lawan yang dihadapinya secara meyakinkan. Dari lima partai, Indonesia melesakkan 15 gol ke gawang lawan dan hanya kemasukkan lima kali.

Video Populer

Foto Populer