Sukses


Membandingkan Ketangguhan Lini Pertahanan dengan Prestasi Klub di Liga 1

Bola.com, Jakarta - Liga 1 telah menjadi kompetisi yang sangat kompetitif sejak pertama kali digelar pada 2017. Buktinya adalah setiap klub mampu untuk bersaing di papan atas sekaligus terpuruk di papan bawah dalam perjalanan semusim.

Setiap edisinya pun, Liga 1 selalu melahirkan juara yang berbeda. Contohnya adalah Bhayangkara FC pada 2017, kemudian Persija Jakarta pada 2018, dan giliran Bali United pada 2019.

Keberhasilan ketiga klub tersebut menjadi juara tak bisa dipisahkan dari banyaknya poin yang dikumpulkan dalam 34 laga per musim. Selain itu, lini belakang juga menjadi kunci kesuksesan klub-klub tersebut.

Meskipun hal itu tak melulu bisa menjadi acuan. Bhayangkara FC pada 2017 menjadi contohnya. The Guardians kebobolan 40 gol alias lebih banyak dari empat klub di bawahnya.

Namun, tim yang ketika itu diasuh Simon McMenemy mampu mengumpulkan 68 poin hasil 22 kemenangan, dua kali imbang, dan sisanya 10 kali kalah. Secara kualitas, lini depan Bhayangkara FC juga tak terlalu superior.

Klub berjulukan The Guardians itu hanya mencetak 61 gol atau lebih sedikit dari tiga klub semisal Bali United (76 gol), PSM Makassar (67 gol), serta Persipura Jayapura (64 gol).

Simon McMenemy mengakui kunci sukses timnya menjadi juara Liga 1 2017 adalah memiliki pemain yang bagus. Simon juga menilai pentingnya komunikasi intensif dengan pemain yang dimilikinya.

"Kunci sukses kami adalah memiliki skuat yang bagus dan pemain juga selalu bekerja sangat keras serta tidak pernah menyerah. Saya suka dengan pemain seperti ini," kata McMenemy pada 2017.

"Kami banyak melakukan komunikasi personal dengan pemain-pemain muda. Sebenarnya tim ini mempunyai potensi di Liga 1 meski dihuni mayoritas pemain muda," tegas pelatih asal Skotlandia itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Pembuktian Teco soal Lini Pertahanan yang Kuat

Musim selanjutnya, keberuntungan milik Persija Jakarta. Klub ibu kota itu mendapatkan momentum pada Liga 1 2018 setelah musim sebelumnya finis di peringkat keempat.

Pelatih Stefano Cugurra Teco membuktikan lini belakang yang tangguh juga menentukan prestasi sebuah klub. Pada Liga 1 2017, Persija asuhan Teco hanya kebobolan 24 gol atau paling sedikit dari 17 tim lainnya.

Akan tetapi, keberuntungan belum dialami Persija ketika itu karena meraih 17 kemenangan, imbang 10 kali, dan tujuh kali kalah dengan koleksi 61 poin. Persija finis dengan terpisah tujuh angka dari Bhayangkara FC yang jadi kampiun.

Pada 2018, Persija mulai menggila. Selain meraih kemenangan paling banyak musim itu, yakni 18 kali, Persija juga meminimalisasi jumlah kebobolan, yakni hanya 36 gol dari 34 laga.

Jumlah itu menjadi yang paling sedikit di liga. Persija finis di puncak klasemen dengan nilai 62 poin atau unggul 1 angka dari PSM Makassar di peringkat kedua.

Selain karena lini pertahanan yang tangguh, Teco juga menyebut mental pemainnya luar biasa. Maklum, pada 2018 Persija menjadi tim musafir yang bermain berpindah-pindah stadion ke Sultan Agung (Bantul), Stadion Patriot Chandrabagha (Bekasi), Stadion Pakansari (Bogor), hingga Stadion PTIK (Jakarta).

"Tahun ini tidaklah mudah bagi kami. Kami tidak punya homebase dan stadion sendiri, tapi pemain punya mental luar biasa untuk bertanding di luar Jakarta. Bersyukur pemain punya mental luar biasa. Saya pikir ini kerja keras yang luar biasa," ucap pelatih asal Brasil itu.

Pelatih Bali United, Stefano Teco Cugurra, memberikan arahan saat menghadapi Bhayangkara FC pada laga Shopee Liga 1 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jumat (13/9). Bhayangkara bermain imbang 0-0 atas Bali United. (Bola.com/Yoppy Renato)

Tren pertahanan yang kuat diboyong Teco ketika bergabung dengan Bali United pada 2019. Berada di bawah asuhan Teco, Bali United menjadi tim yang tangguh tak hanya di lini depan, melainkan juga lini belakang.

Teco biasanya memainkan I Made Andika Wijaya di sektor kanan, Ricky Fajrin di kiri, sedangkan Leonard Tupamahu dan Willian Pacheco di jantung pertahanan. Sesekali, Teco mengandalkan Michael Orah di bek kiri. Kemudian Haudi Abdillah, Dias Angga Putra, dan Gunawan Dwi Cahyo bisa jadi opsi pelapis Leonard Tupahamu atau Pacheco.

"Ya, kami memiliki beberapa pilihan pemain belakang yang kualitasnya sama baiknya. Saat melawan Persija, duet Willian Pacheco dan Leonard Tupamahu bermain bagus. Selain itu, tim ini juga memiliki Gunawan Dwi Cahyo yang ketika diberikan kesempatan turun, selalu bermain baik. Tiga pemain ini sudah membuktikan kualitas mereka selama ini," ucap Teco pada Agustus 2019.

Bali United akhirnya finis di puncak dengan raihan 64 poin. Klub berjulukan Serdadu Tridatu itu hanya kebobolan 35 kali atau menjadi yang paling sedikit di liga dan mereka berhasil meraih 19 kali kemenangan sebagai yang terbanyak musim itu.

Teco menyebut kerja sama tim menjadi kunci utama dalam meraih gelar Liga 1 2019. Gelar itu menjadi bukti dirinya mampu meredam ego pemain bintang untuk lebih memikirka tim ketimbang individu.

"Saya pikir kami punya kerja tim yang bagus. Banyak pemain bisa berubah di tim dari yang awalnya memikirkan diri sendiri menjadi lebih memikirkan tim," kata Teco dalam akun Youtube Bali United.

"Tim menang, semua bisa sukses. Pemain bintang tetap punya kualitas, jadi harus bekerja untuk tim. Tidak boleh hanya satu atau dua orang yang jadi pemain bintang, namun tim tidak punya prestasi bagus," ucap Teco.

3 dari 4 halaman

Tak Melulu Jadi Jaminan

Memiliki lini belakang yang tangguh bukan jaminan bisa meraih gelar di Liga 1. Tim juga harus memiliki juru gedor yang mumpuni untuk meraih kemenangan.

Hal itu pernah dialami Persipura Jayapura, Bali United, dan PSM Makassar pada 2017. Ketiga tim tersebut memiliki catatan kebobolan yang lebih sedikit dari Bhayangkara FC.

Persipura hanya kebobolan 37 kali, Bali United dan PSM masing-masing kebobolan 38 kali. Namun, gelar juara menjadi milik Bhayangkara FC yang kebobolan 40 gol dalam semusim.

Begitu juga dengan yang dirasakan Bhayangkara FC pada Liga 1 2018. Ketika itu, klub berjulukan The Guardians tersebut finis ketiga di belakang Persija Jakarta dan PSM Makassar.

Bhayangkara FC kebobolan 39 gol atau lebih sedikit dari PSM yang ada di peringkat kedua. Namun, Bhayangkara FC hanya mengoleksi 53 poin karena lebih banyak kalah dari dua klub tersebut.

Begitu juga yang dialami Persebaya Surabaya pada 2019. Ketika itu, Persebaya kebobolan banyak gol, yakni 43 kali. Namun, mereka bisa finis di peringkat kedua atau di atas Persipura yang hanya kebobolan 38 kali.

Pada musim yang sama, Persib Bandung yang hanya kebobolan 39 kali justru tak mampu finis di posisi lima besar. Alasannya adalah karena Persib lebih sering meraih hasil imbang.

Jadi, lini belakang memang memiliki peran yang penting di balik kesuksesan sebuah tim. Namun, untuk menjadi juara, ketangguhan lini belakang saja tak cukup dan harus didukung ketajaman lini depan untuk bisa meraih kemenangan sesering mungkin.

4 dari 4 halaman

Jumlah Kebobolan Tim Elite

Liga 1 2017

1. Persija Jakarta (kebobolan 24 kali dan finis di peringkat keempat)

2. Persib Bandung (kebobolan 34 kali dan finis di peringkat ke-13)

3. Persipura Jayapura (kebobolan 37 kali dan finis di peringkat keenam)

4. Bali United (kebobolan 38 kali dan finis di peringkat kedua)

5. PSM Makassar (kebobolan 38 kali dan finis di peringkat ketiga)

6. Bhayangkara FC (kebobolan 40 kali dan menjadi juara Liga 1 2017)

7. Arema FC (kebobolan 44 kali dan finis di peringkat kesembilan)

Liga 1 2018

1. Persija Jakarta (kebobolan 36 kali dan menjadi juara Liga 1 2018)

2. Bhayangkara FC (kebobolan 39 kali dan finis di peringkat ketiga)

3. Persib Bandung (kebobolan 41 kali dan finis di peringkat keempat)

4. PSM Makassar (kebobolan 42 kali da finis di peringkat kedua)

5. Arema FC (kebobolan 42 kali dan finis keenam)

6. Persipura Jayapura (kebobolan 46 kali dan finis di peringkat ke-12)

7. Persebaya Surabaya (kebobolan 48 kali dan finis kelima)

8. Bali United (kebobolan 48 kali dan finis ke-11)Liga 1 2019

Liga 1 2019

1. Bali United (kebobolan 35 kali dan menjadi juara Liga 1 2019)

2. Persipura Jayapura (kebobolan 38 kali dan finis di peringkat ketiga)

3. Persib Bandung (kebobolan 39 kali dan finis di urutan keenam)

4. Persija Jakarta (kebobolan 42 kali dan finis di peringkat ke-10)

5. Persebaya Surabaya (kebobolan 43 kali dan finis di peringkat kedua)

6. Bhayangkara FC (kebobolan 43 kali dan finis di peringkat keempat)

7. PSM Makassar (kebobolan 50 kali dan finis di peringkat ke-12)

8. Arema FC (kebobolan 62 kali dan finis di peringkat kesembilan)

Video Populer

Foto Populer