Sukses


Deretan 9 Pesepak Bola Indonesia dengan Kemampuan Serbabisa di Level Timnas Indonesia dan Klub

Bola.com, Jakarta - Di era sepak bola modern pemain dituntut bisa bermain di banyak posisi. Di persaingan bal-balan elite dunia kita terbiasa disuguhi banyak pemain yang berganti-ganti posisi.

Ambil contoh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mereka sangat fasih bermain di tiga area lini depan: sayap kiri dan kanan plus penyerang tengah. Dalam situasi tertentu kedua superstar bisa dimainkan sebagai second striker. Banyak lagi pemain kelas dunia lain yang menjalankan peran serupa.

Seorang pemain akan punya nilai plus di mata pelatih jika dapat diperankan bukan di posisi aslinya. Umumnya, pemain ini bakal cocok dalam apa pun skema yang diterapkan.

Ada dua faktor yang menyebabkan pemain dilabeli sebagai multiposisi. Demi menyesuaikan formasi suatu klub atau kalah bersaing di posisi aslinya.

Dengan predikat multiposisi, maka pemain menjadi multifungsi. Seorang pemain akan mempunyai kesempatan bermain lebih besar jika bisa diturunkan di posisi tertentu.

Bola.com merangkum sembilan pemain Indonesia yang fasih memainkan peran multiposisi. Mereka jadi pelanggan Timnas Indonesia karena dianggap bisa menjadi sosok pembeda yang membantu perubahan strategi pelatih sesuai dengan kondisi permainan. Siapa saja mereka?

 

Video

2 dari 10 halaman

Tony Sucipto

Tony Sucipto menjadi representasi sederhana dari pemain multiposisi. Pemain berusia 34 tahun ini bisa diplot di semua posisi di lini belakang dan tengah.

Toncip, panggilannya, pernah berperan sebagai bek tengah, bek sayap, gelandang bertahan, dan gelandang sayap selama karier profesionalnya. Padahal, posisi aslinya adalah gelandang bertahan.

Namun, permainan dan fisik Toncip tidak terlalu menunjang sebagai gelandang bertahan. Alhasil, mantan pemain Timnas Indonesia ini banyak dicoba di posisi tertentu.

Keahlian Toncip tersebut membuatnya masih terpakai di sejumlah klub besar, terkini di Persija. Bersama tim ibu kota, mantan pemain Sriwijaya FC ini dijadikan pelapis untuk posisi bek sayap dan gelandang tengah.

3 dari 10 halaman

Novri Setiawan

Posisi asli Novri Setiawan adalah gelandang sayap. Namun, karena Persija Jakarta tidak punya pelapis sepadan untuk Ismed Sofyan di posisi bek sayap kanan, pemain berusia 26 tahun itu kerap dijadikan ban serep.

Stefano Cugurra Teco, pelatih Persija pada 2018, yang mulai bereksperimen terhadap posisi Novri. Ketika Ismed absen, sang pemain sedikit digeser ke belakang.

Kebiasaan itu berlanjut pada musim lalu. Ismed yang mulai menua dan tidak bisa bermain reguler, sesekali posisinya digantikan oleh Novri. Selain itu, mantan pemain Sriwijaya FC ini juga pernah dipasang sebagai bek sayap kiri ketika Rezaldi Hehanussa tidak bisa bermain.

Di tahun ini, Novri kemungkinan akan banyak menghabiskan menit bermainnya di posisi aslinya. Kedatangan Marco Motta untuk menggantikan Ismed sebagai pemain reguler menjadi penyebabnya.

4 dari 10 halaman

Stefano Lilipaly

Peran Stefano Lilipaly di Bali United dan Timnas Indonesia sedikit berbeda. Di klub, pemain naturalisasi asal Belanda ini diplot sebagai winger kiri.

Adapun di Timnas Indonesia, Lilipaly kembali ke habitat aslinya sebagai gelandang serang. Pemain berusia 30 tahun ini terpaksa merelakan posisi aslinya di Bali United demi mengakomodasi Paulo Sergio.

Formasi 4-3-3 Bali United tidak mengenal double playmaker. Posisi Lilipaly pun diubah karena kualitasnya terlalu berharga di bangku cadangan.

Lilipaly tentu tidak kaget dengan perubahan posisi tersebut. Sewaktu masih berkarier di Belanda, mantan pemain Utrecht ini juga pernah dipasang sebagai wing back.

5 dari 10 halaman

Ricky Fajrin

Ricky Fajrin adalah bek tengah kesayangan Luis Milla di Timnas Indonesia dan U-23. Padahal posisi aslinya adalah bek sayap kiri.

Di Bali United, Fajrin rutin dipasang sebagai bek sayap kiri. Namun, Luis Milla punya pemikiran berbeda. Pelatih asal Spanyol itu kerap menggeser posisinya sebagai bek tengah.

Perpindahan posisi Fajrin juga disebabkan karena minimnya stok bek tengah. Mendapat kepercayaan dar Luis Milla di posisi berbeda, penampilannya tidak mengecewakan.

6 dari 10 halaman

Rachmat Irianto

Rachmat Irianto mempelajari tiga posisi dalam dua tahun belakangan. Memulai karier profesional sebagai bek tengah bersama Persebaya Surabaya pada 2018, pemain berusia 20 tahun itu diplot sebagai gelandang bertahan di Timnas Indonesia U-19 dan U-22 oleh Indra Sjafri.

Pada musim ini, Rian, panggilannya, mendapatkan peran baru di Persebaya. Rian diutus sebagai pemain inti di posisi bek sayap kiri menggantikan Ruben Sanadi.

7 dari 10 halaman

Manahati Lestusen

Posisi asli Manahati Lestusen adalah seorang gelandang bertahan. Adalah Rahmad Darmawan saat membesut Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 dan 2013 yang melihat potensi pemain jebolan program SAD Uruguay bisa dimainkan di berbagai posisi.

RD menyulap posisi Manahati menjadi seorang stoper karena dianggap kuat dalam bertahan dan memenangi duel bola udara. Belakangan, pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2016, Alfred Riedl, melihat sang pemain juga amat bagus tampil sebagai bek sayap kanan. Ia cepat dan punya kemampuan crossing yang bagus.

Manahati menyebut dirinya memang sudah terbiasa bergant-ganti posisi saat menuntut ilmu di Uruguay. Ia tak merasa menderita dengan hal ini, karena dasarnya pemain asal Tulehu ini tipikal yang taat azas strategi pelatih.

8 dari 10 halaman

Gavin Kwan

Saat memulai karier junior di SSB Villa 2000, Gavin Kwan, bermain sebagai seorang striker. Posisinya kemudian diubah oleh Indra Sjafri menjadi gelandang bertahan Timnas Indonesia U-19 di sejumlah turnamen internasional sepanjang periode 2012-2013.

Gavin dinilai punya skill mumpuni untuk mengendalikan tempo permainan. Saat masuk level Tim Merah-Putih U-23, Luis Milla memasangnya sebagai bek sayap kanan. Ia dipandang punya kecakapan sebagai fullback, punya kecepatan dan kemampuan menyodorkan umpan diagonal di atas rata-rata.

Karena nalurinya yang ofensif, Milla juga sering mendorongnya sebagai penyerang sayap. Hal serupa dilakukan pelatih Timnas Indonesia selanjutnya, Simon McMenemy.

9 dari 10 halaman

Evan Dimas

Saat pertama kali namanya dikenal publik, sebagai salah satu wonderkid Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri yang memenangi gelar Piala AFF U-19 2013, Evan bermain sebagai gelandang serang.

Ia menggantikan posisi Gavin Kwan, yang memutuskan meninggalkan timnas untuk bermain di Rumania. Evan amat produktif di posisi ini. Ia jadi mesin gol utama Tim Garuda Jaya.

Luis Milla merubah posisi Evan di SEA Games 2017, dengan memainkannya sebagai gelandang bertahan. Ia memainkan peran sebagai deep lyin playmaker.

Pelatih asal Spanyol menyebut Evan sedikit dari gelandang yang punya visi bermain yang bagus sebagai sosok yang mengawali transisi permainan dari bertahan ke menyerang. Di era kepemimpinan Simon McMenemy, Evan didapuk sebagai second striker. Permainannya cukup bagus di posisi ini.

 

10 dari 10 halaman

Septian David Maulana

Septian David Maulana mengawali karier sebagai gelandang sayap. Ia jadi pemain utama di Timnas Indonesia U-19 era Indra Sjafri.

Posisi itu ia jalani saat mengawali karier profesional bersama Mitra Kukar. Perubahan terjadi saat ia memperkuat Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017. Luis Milla menempatkannya sebagai second striker di skema 4-2-3-1. Hasilnya: luar biasa.

Septian menjelma menjadi pemain yang amat tajam. Gaya bermainnya disebut-sebut milik Frank Lampard pencetak gol terbanyak sepanjang masa Chelsea.

Video Populer

Foto Populer