Sukses


Kisah Pemain Petualang, Ferdinand Sinaga: Persiwa, Semen Padang, Persib, PSM...Suatu Saat PSMS?

Bola.com, Jakarta - Sosok Ferdinand Sinaga dikenal sebagai striker petarung dan militan di lapangan hijau. Ia juga tajam dengan kemampuan mencetak gol lewat kaki dan kepala. Ia sosok pemberani, yang sejak usia belia merantau meninggalkan kampung halamannya di Sumatra Utara.

Pencapaian terbaik Ferdinand selama berkarier di sepak bola terjadi pada 2014. Ia membawa Persib Bandung juara ISL, sekaligus menjadi menjadi pemain terbaik kompetisi. Di level internasional, ia menjadi top scorer cabang sepak bola di Asian Games 2014.

Kesuksesan yang digapai Ferdinand tidak mudah. Lahir di Bengkulu, 18 September, Ferdinand menghabiskan masa kecilnya dengan kerap menemani ayahnya, Simson Sinaga, yang berprofesi sebagai supir bus trayek Sumatera-Jawa menempuh perjalanan darat yang jauh.

Setelah keluarganya memutuskan hijrah ke Bandung, persentuhan Ferdinand dengan sepak bola dimulai. Berkat talentanya, ia terpilih masuk dalam skuat Persib Bandung U-15. Ferdinand mengaku honor pertamanya saat bertanding adalah Rp 15 ribu, yang diperolehnya kala membela Persib Bandung U-15.

"Honor itu langsung saya berikan ke orang tua," ungkap Ferdinand kepada Bola.com beberapa tahun silam.

Meski talentanya terasah di Persib Junior, Ferdinand justru mengawalinya kiprahnya di level senior dengan memperkuat Persibat Batang pada 2006. Ia sempat pulang memperkuat Persikab Bandung, tapi hanya semusim.

Lepas dari klub Kabupaten Bandung itu, Ferdinand bertualang membela sejumlah klub. Diantaranya, Pelita Jaya, PPSM Sakti Magelang, Persiwa Wamena, Semen Padang, Persisam Putra Samarinda, Persib Bandung, Sriwijaya FC dan terakhir PSM Makasssar.

Ketika membela PSM, Ferdinand Sinaga berkostum Kelantan FA di Liga Super Malaysia 2018. Tapi, Ferdinand tak lama di Malaysia. Ia kembali ke PSM yang bersaing d Liga 1 2018.

Video

2 dari 5 halaman

Sudah Berkeliling 5 Pulau, Ingin Mudik ke PSMS?

Kalau merunut klub yang pernah memakai jasa Ferdinand, maka suami Aghie Veronicca ini sudah membela tim dari 5 pulau besar Indonesia yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua dan Sulawesi plus satu negara, Malaysia.

Gaya dan karakter Ferdinand Sinaga yang militan di lapangan jadi hiburan tersendiri buat suporter klub dibelanya. Ferdinand tanpa sungkan mengaku dirinya sangat termotivasi tampil total di lapangan bersama klub yang didukung suporter fanatik dan militan.

"Saya selalu terobsesi untuk tidak membuat suporter kecewa.

"Totalitas Ferdinand mendapat apresiasi dari kalangan supoter. Pentolan suporter PSM, Andi Coklat menilai Ferdinand tidak hanya menjadi sosok sentral dalam tim. Tapi juga bagian dari euforia suporter di setiap laga.

"Bagi kami, Ferdinand adalah aset terbaik yang pernah dimiliki PSM," kata Coklat.

Coklat merujuk data dan fakta Ferdinand kala berkostum Juku Eja. Sejak 2016, pemain terbaik ISL 2014 ini sudah mencetak 52 gol di seluruh ajang buat PSM. Musim terbaik Ferdinand terjadi pada Liga 1 2017 dengan mencetak 12 gol dan 3 assist dalam 27 partai.

Ferdinand Sinaga, memendam keinginan untuk membela PSMS Medan sebelum gantung sepatu dari dunia sepak bola. Ferdinand menyebut keinginan tersebut merupakan bisikan dari hati kecilnya. 

Ferdinand Sinaga menghabiskan sebagian besar kariernya di luar Sumatra. Pemain kelahiran Bengkulu, 18 September 1988 tercatat hanya sekali membela klub Sumatra yakni Semen Padang pada 2011-2012. Selebihnya, Ferdinand bermain di klub Jawa, Papua, Sulawesi, hingga Malaysia.

Sebagai orang Batak, kurang lengkap rasanya bila tak membela PSMS Medan. Tak hanya Ferdinand, orangtuanya juga ingin melihatnya  mendapatkan kesempatan membela klub kebanggaan masyarakat Sumatra Utara itu.

"Saya masih memiliki keinginan untuk bisa bermain di PSMS Medan. Hati kecil saya selalu mau membela tim kampung kita," kata Ferdinand Sinaga di akun Youtube Jebreeetmedia TV.

"Keinginan itu ada. Bukan hanya saya, Bapak yang paling kuat mendukung itu. Mudah-mudahan adalah kesempatan," ucap Ferdinand.

PSMS Medan saat ini berlaga di Liga 2 setelah turun kasta pada musim 2018. Seandainya klub berjulukan Ayam Kinantan itu bisa kembali ke Liga 1 bukan tidak mungkin bisa menjadi pertimbangan Ferdinand Sinaga untuk bergabung.

3 dari 5 halaman

Nyaman Bermain di PSM

Meski baru membawa PSM meraih runner-up Liga 1 2018 sebagai prestasi tertinggi, Ferdinand tetap menjelma jadi idola PSM menyusul pensiunnya Syamsul Chaeruddin.

Apalagi, bersama Ferdinand, PSM meraih trofi juara Piala Indonesia.

Itulah mengapa suporter PSM berharap Ferdinand menghabiskan kariernya di PSM.

"Meski garang di lapangan, Ferdinand adalah sosok yang akrab dengan suporter diluar lapangan. Secara pribadi, saya pernah memintanya untuk pensiun di PSM," ungkap Sadat Sukma, Sekjen Red Gank.

Sadat pernah mendapat jersey dari Ferdinand Sinaga setelah final leg kedua Piala Presiden 2019. Atas izin dari Ferdinand, jersey itu kemudian dilelang untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19.

Keinginan suporter agar Ferdinand pensiun di PSM tampaknya tak bertepuk sebelah tangan. Kepada Bola.com pada sebuah kesempatan berencana menetap di satu kota bersama keluarga saat anaknya sudah memasuki usia sekolah. "Kemungkinan di Makassar, karena keluarga besar istri saya di kota ini," tutur Ferdinand.

4 dari 5 halaman

Tempramental

Ferdinand Sinaga, dikenal sebagai pemain yang memiliki sifat temperamen di dalam lapangan. Ferdinand Sinaga mengaku punya alasan khusus dengan kepribadian keras yang dimilikinya.

Ferdinand Sinaga kerap kesulitan mengendalikan emosi di lapangan. Emosi Ferdinand Sinaga mendadak meluap jika dipancing atau diprovokasi oleh sikap dan permainan lawan.

Hal itulah yang membuat pemain 31 tahun itu sering mendapatkan kartu dalam bermain. Bahkan, Ferdinand Sinaga juga akrab dengan sanksi dari PSSI akibat tindakan tidak terpuji yang pernah dilakukan di lapangan, semisal memukul pemain tim lawan.

Menurut Ferdinand, sikap temperamen yang dimilikinya tak terlepas dari karakter yang sudah dibentuk di keluarga. Sebagai orang Batak, orang tua dan lingkungan Ferdinand membentuknya untuk memiliki mental tangguh di perantauan agar bisa bersaing.

"Sejak dulu saya dididik keluarga layaknya orang Batak dan kita tahu kalau orang Batak itu keras. Ketika berada di perantauan harus keras karena kalau lembek kena sikut orang. Jadi memang harus punya karakter," kata Ferdinand Sinaga di akun Youtube Jebreeetmedia TV.

"Bapak saya sopir bus AKAP. Jadi di rumah sering kumpul sopir-sopir dan bercerita tentang perantauan di jalan. Oleh karena itu tersimpan dalam otak saya ternyata hidup itu harus keras sehingga saya harus keras," ucap Ferdinand Sinaga.

Belakangan, Ferdinand Sinaga sudah mulai terlihat mampu mengendalikan emosinya di lapangan. Hal itu terbukti dengan sudah jarangnya kartu dan sanksi yang diterima pemain bernama lengkap Ferdinand Alfred Sinaga itu.

Pada 2017, Ferdinand Sinaga pernah mendapatkan sanksi berat dari PSSI, yakni larangan empat pertandingan dan denda sebesar Rp10 juta. Sanksi itu diberikan setelah Ferdinand Sinaga melakukan pemukulan terhadap pemain Persela Lamongan, Ivan Carlos.

Ferdinand awalnya mencoba berebut bola dengan Ivan Carlos. Namun, Ferdinand cukup emosi lantaran kesulitan merebut bola dari kaki Ivan Carlos. Ferdinand langsung melayangkan tangannya untuk memukul kepala Ivan Carlos dan terlihat oleh rekaman video.

Ferdinand juga pernah membuat kehebohan pada 2015. Pada Rabu (25/11/2015) malam WIB, tim yang dibelanya, Sriwijaya FC kalah 0-1 dari Persija Jakarta di Stadion Kanjuruhan, Malang dalam lanjutan Piala Jenderal Sudirman.

Setelah wasit Iwan Sukoco meniup peluit terakhir laga tersebut, Fedinand mengamuk. Dia menendang microphone milik stasiun televisi yang menyiarkan turnamen tersebut.

Tidak hanya sampai di situ saja, mantan striker Persib Bandung itu juga berniat mengejar wasit. Untungnya, niat Ferdinand bisa dihentikan oleh pihak keamanan.

Pada 11 Mei 2014, Ferdinand Sinaga juga berulah ketika memperkuat Timnas Indonesia yang tampil menghadapi ASEAN All Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Ferdinand terpancing emosi karena mendapat cacian dari suporter.

"Saya sedang membela negara, tapi kenapa mendapat perlakuan seperti ini," alasan Ferdinand ketika itu.

Ferdinand Sinaga naik pitam. Ketika pertandingan berakhir, Ferdinand memanjat pagar SUGBK dan mengejar suporter yang menghinanya. Ulahnya itu membuat Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menghukumnya dengan denda Rp 50 juta. Ketua Komdis kala itu, Hinca Pandjaitan, menyebutnya sebagai pemain kampungan.

 

5 dari 5 halaman

Jejak Karier

  • TSC 2016: 23 Laga/ 1985 Menit Bermain/ 10 Gol/5 Assist
  • Liga 1 2017: 27 Laga/1804 Menit Bermain/12 Gol/3 Assist
  • Liga 1 2018: 30 Laga/1550 Menit Bermain/10 Gol/2 Assist
  • Liga 1 2019: 28 Laga/1338 Menit Bermain/9 Gol/0 Assist
  • Piala Indonesia 2018-2019: 6 Laga/228 Menit Bermain/3 Gol/0 Assist
  • Piala AFC Cup 2019: 3 Laga/39 Menit Bermain/1 Gol/0 Assist
  • Piala AFC 2020 (termasuk play-off): 5 laga/339 Menit Bermain/9 gol/0 Assist
  • Liga 1 2020: 3 Laga/132 Menit Bermain/1 gol/1 Assist

Video Populer

Foto Populer