Sukses


Cerita Menarik PSS Menemukan Gaston Castano: Perintah Bupati Sleman dan Oleh-Oleh Blusukan ke Argentina

Bola.com, Jakarta - PSS Sleman pernah memiliki Gaston Castano, striker asal Argentina yang didatangkan langsung dari Argentina oleh tim pelatih pada 2007 silam. Cerita menarik mengiringi perjalanan tim berjulukan Elang Jawa itu mendapatkan mantan kekasih almarhumah Julia Perez tersebut.

PSS Sleman tak bisa dianggap remeh dalam perjalanannya mengarungi kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia sejak awal era milenium. Tim Elang Jawa mampu unjuk gigi bahkan menjadi kuda hitam.

Termasuk prestasi dua kali beruntun menduduki peringkat empat klasemen akhir meski berstatus tim debutan. Kiprah PSS yang cukup membuat lawan was-was adalah peran para pemain asing yang pernah singgah.

Satu di antaranya adalah sosok Gaston Castano. Pemain asal Argentina ini menjadi primadona di Liga Indonesia saat pertama kalinya berkarier di PSS musim 2007. Posisinya sebagai striker yang cukup produktif, membuat dirinya mendapat tempat di hati penggemar.

Bola.com berbincang santai dengan sosok Hendrikus Mulyono. Pria yang merupakan manajer PSS Sleman waktu itu. Ia bersama rombongan manajemen PSS ikut terbang ke negara Diego Maradona, untuk berburu pemain termasuk Gaston Castano.

Sejumlah pemain, termasuk Gaston Castano, dan satu pelatih menjadi oleh-oleh PSS dari Argentina. Berikut cerita menarik PSS Sleman yang mencari pemain sampai ke Amerika Latin, menurut penuturan Hendrikus Mulyono.

 

Video

2 dari 5 halaman

Perintah Bupati Sleman

Tiga orang wakil PSS Sleman bertolak ke Argentin untuk menjalankan misi ini. Mereka adalah Hendrikus Mulyono (manajer tim), Freddy Muli (pelatih), dan Bambang Nurjoko (tim pelatih).

Ternyata misi tersebut berawal dari perintah seorang Ketua Umum PSSI Kabupaten Sleman, yang sekaligus Bupati Sleman, Ibnu Subiyanto. Tugasnya adalah untuk mencari pemain asing secara langsung dari pantauan di negaranya.

Tentunya adalah mencari pemain berkualitas dengan harga yang masih terbilang miring. Berbeda jika pemain datang melalui agen yang harganya bisa selangit.

"Pada waktu itu PSS punya budget yang minim dan terbatas, maklum tim dari desa. Jauh dibandingkan Persija Jakarta yang punya anggaran Rp20 miliar, Persebaya Rp23 miliar, bahkan Persipura sampai Rp30 miliar. Sementara PSS hanya punya Rp4 miliar," terang Hendrikus Mulyono dalam wawancara, Rabu (10/6/2020).

"Kami dapat tugas dari Pak Bupati untuk mencari pemain asing yang murah tapi bagus. Dengan budget maksimal 400 juta per musim, sesuai kemampuan keuangan PSS. Pada waktu itu masih diperbolehkan menggunakan APBD," katanya.

 

3 dari 5 halaman

Dua Pekan Berburu Pemain

Rombongan manajemen PSS berada di Argentina selama dua pekan. Mereka bertiga menetap di rumah duta besar Indonesia untuk Argentina waktu itu.

Hendrikus bercerita mengunjungi beberapa wilayah yang memang menjadi penghasilan pesepakbola Argentina. Termasuk dua tim yang penuh rivalitas, Bocah Juniors dan River Plate.

Tiga hari sekali mereka memantau calon pemain yang akan direkrut, dengan menyaksikan pertandingan secara langsung di lapangan.

Hingga akhirnya mendapatkan pemain Gaston Castano, Juan Dario Batalla, dua pemain lagi, dan seorang pelatih yakni Horacio Montes untuk dibawa pulang ke Indonesia.

"Melihat klub-klub di Argentina, seperti Boca Juniors dan River Plate untuk mencari pemain, barangkali budget kami mampu. Kami berkeliling hingga menemukan Gaston Gastano, Juan Dario Batalla, dan pelatih Horacio Montes," ujarnya.

"Akhirnya dapat dengan bayar pemain murah per bulan sekitar 18 juta untuk Gaston, kan sangat ngirit. Pulang dapat empat pemain plus satu pelatih. Karena kalau belanja pemain asing yang sudah terbukti di Indonesia harganya mahal, ya tidak mampu," lanjut Hendrikus.

 

4 dari 5 halaman

Bingung Tentukan Pilihan

Tidak mudah mencari pemain potensial meski langsung dari Argentina. Terutama dengan harga yang relatif terjangkau dan bisa beradaptasi dengan baik di sepak bola Indonesia.

Menurutnya, Argentina begitu banyak pesepakbola berbakat karena membagi negara kuat di olahraga ini. Seperti diketahui Argentina sangat familiar dalam melahirkan pesepakbola legendaris seperti Diego Maradona, Mario Kempes, Gabriel Batistuta, hingga Hernan Crespo.

Atau era terkini dengan nama-nama beken semacam Lionel Messi, Angel Di Maria, Mauro Icardi, Paulo Dybala, serta Lautaro martinez. Diakui Hendrikus, sempat dibuat bingung dengan banyaknya pesepakbola berkualitas di negara Argentina.

"Tentu bingung karena semua bagus, apalagi di Argentina langsung dan yang bagus memang mahal sekali harganya. Untuk itu kami ambil dari kasta kedua dan ketiga. Yang memutuskan kami bertiga, memantaunya dalam dua tiga kali pertandingan," tuturnya.

"Ada beberapa dasar pertimbangan sebelum memilih. Pertama karena usia yang muda, kemudian teknik bermain, kebersamaan atau attitude-nya. Tentu dengan tanya-tanya sana-sini, dibantu coach Carlos Cambon (eks pelatih Persija)," kelakarnya.

 

5 dari 5 halaman

Moncer di Sleman

Usaha utusan PSS hingga terbang ke Argentina tak sia-sia. Pemain yang dibawanya langsung dari negeri Tango, mampu membuktikan diri di Sleman. Khususnya bagi Gaston Castano dan Juan Dario Batalla.

Secara kualitas, Hendrikus Mulyono mengakui sebenarnya Batalla lebih baik dari Gaston. Hanya, nasibnya kurang mujur di PSS. Batalla kontraknya tak diperpanjang oleh PSS, begitu halnya pelatih Horacio Montes yang dihentikan dan digantik Rudy Keltjes.

Sementara berkah bagi Gaston Castano, yang kariernya terus melejit di PSS. Ia menjadi tumpuan utama bagi lini depan PSS. Meski hanya satu musim, Gaston mampu melesakkan 10 gol dari total 30 penampilannya.

Mantan kekasih Julia Perez ini dikenal piawai dalam mengeksekusi tendangan bebas. Gaston mulai menjadi pemain besar setelah hengkang dari PSS, bergabung dengan tim seperti PSIS, Persiba Balikpapan, PSMS Medan, dan Pelita Bandung Raya.

"Saat itu PSS memang butuh striker. Gaston secara fisik memenuhi syarat, masih muda, pekerja keras, dan bisa ditingkatkan kualitasnya. Performanya terus menanjak, adaptasi mereka juga begitu cepat. Termasuk lancar berbahasa Indonesia dalam waktu dua bulan," papar Hendrikus Mulyono.

"PSS sukses mencari pemain asing, kuncinya ya memang harus detail dan selektif. Tidak tergantung dengan agen, karena bisa saja klub kecolongan. Bilangnya bagus, tapi kalau nggak selektif ya percuma," jelasnya menutup obrolan.

Video Populer

Foto Populer