Sukses


Kenangan Firman Utina, Ditolak Seleksi Pra-PON Sulut Gegara Postur dan Peran Penting Benny Dollo

Bola.com, Jakarta - Firman Utina masuk dalam jajaran pemain papan atas di Liga Indonesia. Pencapaian Firman di kompetisi kasta tertinggi sepak bola di Tanah Air adalah membawa Sriwijaya FC meraih trofi juara musim 2011-2012.

Dua musim kemudian, gelandang kelahiran Manado, 15 Desember 1981 itu jadi bagian penting kesuksesan Persib Bandung memupus ambisi Persipura Jayapura pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang.

Firman Utina kemudian melengkapi pencapaiannya itu di Liga 1 2017. Pada musim itu, Bhayangkara FC meraih gelar perdananya setelah bersaing ketat dengan Bali United dan PSM Makassar.  Selain gelar liga Indonesia, Firman juga mengecap trofi Copa Indonesia 2005 bersama Arema Malang.

Di level tim nasional, Firman membawa Indonesia juara di Piala Kemerdekaan 2008 dan runner-up Piala AFF 2010. Ia jadi sosok penting timnas saat mengalahkan Bahrain 2-1 pada laga perdana Piala Asia 2017 di Stadion Gelora Bung Karno.

Meski Indonesia akhirnya gagal lolos dari penyisihan grup, momen kemenangan itu tetap dikenang. Secara personal, Firman jadi pemain terbaik pada ajang Copa Indonesia 2005 serta meraih penghargaan ASEAN Football Championship Most Valuable Player pada 2010.

Semua pencapaian adalah buah kerja keras dan kesabaran Firman dalam melakoni kariernya sebagai pesepak bola. Peran penting pelatih kawakan Indonesia, Benny Dollo juga tak bisa dilepaskan dari sukses Firman. Pada channel youtube Ricky Nelson Coaching, Firman menceritakan awal mula kariernya di sepakbola.

Menurut Firman Utina, di Manado saat itu tak ada sekolah sepakbola yang bisa membantu mengembangkan kemampuan pemain muda seperti dirinya. "Saat itu, kemampuan kami diasah lewat kejuaran antarpelajar. Dari situ, saya mendapat kesempatan masuk tim Manado U-17 yang mengikuti Piala Soeratin di Jepara," ungkap Firman.

 

2 dari 3 halaman

Pengalaman Tak Menyenangkan

Selepas dari Piala Soeratin U-17, Firman mencoba peruntungannya dengan mengikuti seleksi pembentukan tim Sulawesi Utara yang dipersiapkan mengikuti kualifikasi PON 2000.

Tapi, ia langsung mendapatkan pengalaman tak menyenangkan saat tiba di Stadion Klabat Manado yang menjadi lokasi seleksi.

Arie Kussoy, pelatih tim saat itu langsung menolak dan menyuruhnya pulang. "Alasan coach Arie saat itu, postur saya terlalu kecil," kenang Firman.

Beruntung Firman tidak langsung pulang. Ia memilih duduk di pinggir lapangan menyaksikan seleksi. Kebetulan, saat itu, tim Persma Manado juga berlatih di lokasi sama.

Mereka berbagi lapangan dengan tim seleksi Pra-PON Sulut. Benny Dollo yang saat itu menangani Persma menghampirinya.

"Om Benny bertanya kenapa saya hanya duduk dan tidak ikut seleksi. Saya pun menceritakan apa adanya. Eh, Om Benny malah menawari saya ikut latihan di Persma. Setelah latihan hari itu, Om Benny meminta saya tetap ikut berlatih."

 

3 dari 3 halaman

Kejelian Benny Dollo

Setelah seminggu berlatih bersama Persma, Benny Dollo mengajak Firman bergabung secara resmi dalam tim senior jelang musim 2000-2001.

Peruntungan Firman kian terbuka setelah Persma ditinggal Francis Wawengkang yang hijrah ke Persijatim. Benny yang sejak awal yakin dengan potensi Firman pun memplotnya sebagai pengganti seniornya itu.

"Berkat kejelian Om Benny, saya yang awalnya berposisi striker berkembang menjadi gelandang serang," tutur Firman.

Hanya semusim di Persma, Firman diajak Benny Dollo meninggalkan Manado. Tujuannya ke Persita Tangerang yang menawarkan jabatan pelatih ke Benny.

"Om Benny menyakinkan saya. Termasuk menemui orang tua saya, meminta izin membawa saya ke Tangerang."

Selain Firman, Benny juga membawa Joice Sorongan dan Edi Musriza. "Di Persita, kami tetap mengikuti seleksi bersaing dengan pemain lainnya. Alhamdulillah kami bisa masuk dalam tim," kata Firman.

Persita jadi klub pertamanya di luar Manado. Bersama klub Tangerang itu, pencapaian terbaik Firman adalah menembus final Liga Indonesia 2002 setelah mengalahkan PSM Makassar 2-0.

Sayang, di laga puncak yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 7 Juli 2002, Persita dikalahkan Petrokimia Putera 1-2. "Meski gagal juara, pengurus Persita tetap memberi   apresiasi kepada pemain dengan memberi pekerjaan sebagai PNS di Pemda Tangerang," pungkas Firman.

 

Video Populer

Foto Populer