Sukses


Kisah Robert Alberts di Asia Tenggara: Kedah FA Jadi Awal Karier hingga Betah di Indonesia

Bola.com, Bandung - Kedah FA, Malaysia, menjadi awal bagi pelatih Persib Bandung, Robert Alberts, dalam memulai kariernya sebagai pelatih di Asia Tenggara, tepatnya pada 1992. Kesempatan itu tentu tidak disia-siakan pelatih kelahiran Belanda ini untuk menapaki pengalamannya sebagai juru taktik hingga saat ini.

"Bersama Kedah pada 1992 adalah awal karier saya sebagai pelatih sepak bola profesional di Asia Tenggara. Saya senang menjadi bagian dari masa itu, antusiasmenya dan klub juga punya rencana bagus untuk masa depan," jelas Robert Alberts saat dihubungi Jumat (19/6/2020).

Terlebih, lanjut Robert, manajemen Kedah banyak menyiapkan dana dan merekrut banyak pemain asing yang bagus. Sebagai pelatih, Robert mendapat keleluasaan untuk mendatangkan pemain asing yang bagus, termasuk lokal yang bagus.

"Dari sana saya juga mulai belajar mengenai sepak bola di Asia Tenggara, mentalitasnya, dan ternyata tidak buruk. Saya teringat pada 1993-1994, Malaysia saat itu menempati posisi 78 di peringkat FIFA. Jadi itu posisi yang tidak terlalu buruk," kata Robert.

"Sebagai contoh, saya bersama Kedah pernah mendapat hasil bagus. Juara tanpa terkalahkan dan catatan positif lainnya. Lalu manajemen memberi kebebasan untuk menggelar pemusatan latihan pada pramusim," tambah Robert.

Di bawah kendali Robert, Kedah FA pun melakukan TC ke Amerika Serikat selama satu bulan pada 1994. Selama di Negeri Paman Sam itu, lanjut Robert, tim besutannya menggelar uji coba dengan tim lokal yang ada di Amerika Serikat.

"Pertama kami pergi ke Hawaii untuk bertanding melawan Hawaii Selection, lalu ke Florida memainkan tiga pertandingan, dan kami tidak kalah di setiap laga, baik itu saat menghadapi tim profesional maupun tim universitas yang saat itu bermain di liga kasta kedua," tutur Robert.

Jadi secara kualitas, kata Robert, level Kedah FA cukup bagus saat itu. Bahkan saat di California, tim asuhanya beruji coba melawan timnas Amerika yang sedang melakukan persiapan akhir Piala Dunia 1994.

"Saat itu kami bermain di San Diego dan disaksikan sekitar 20 ribu penonton. Kami sebagai klub memberi perlawanan untuk timnas Amerika meski kalah 1-3.

Setelah pertandingan, sambung Robert Alberts, banyak yang bertanya-tanya tentang Kedah FA karena sebelumnya tidak pernah mendengar klub asal Malaysia tersebut.

Video

2 dari 3 halaman

Hijrah ke Indonesia

Setelah kenyang pengalaman di Malaysia, dan sempat ke Singapura, pelatih berusia 65 tahun ini pun mencoba berkarier di Indonesia. Pengenalan sepak bola Indonesia pun dilakukannya ketika masih bersama Kedah FA.

"Yang pertama mendorong saya berkarier di Indonesia adalah saat melakukan pramusim bersama Kedah FA. Kami bertolak dari Penang ke Medan yang letaknya tidak jauh,  dan dari Medan pergi menuju Surabaya dan Bali," ucap Robert Alberts.

Dalam beberapa kali uji coba yang dijalani Kedah FA saat itu, Robert menyebut ada dorongan untuk mencoba kesempatan berkarier di Indonesia, apalagi kehadiran suporter di Indonesia sangat luar biasa.

"Kehadiran suporter di Indonesia yang membuat saya ingin mencoba berkesempatan melatih di Indonesia saat itu. Meski hanya sekadar latih tanding, tapi para suporter tetap memberikan semangat di belakang tim dan itu kesan bagus dari saya untuk sepak bola Indonesia," tutur Robert.

Arema Indonesia pun menjadi klub pertama yang dibesutnya dalam mengawali karier sebagai pelatih di Indonesia.

"Lalu saya berhasil meraih gelar juara bersama Arema. Itu adalah awal yang bagus dan saya cukup beruntung bisa mendapat hasil yang bagus pula. Meraih gelar juara bersama Arema bisa dikatakan tidak saya duga dan itu jadi ingatan yang tidak bisa dilupakan," ucap Robert.

Setelah membawa Arema juara, lanjut Robert, PSM Makassar menjadi pelabuhan selanjutnya pada musim 2010. Namun, saat itu banyak masalah internal di PSSI saat itu, yang diwarnai dualisme kepengurusan dan kompetisi, LPI dan LSI.

"Saat itu PSM tidak diizinkan bermain di Makassar melawan Persipura dan saat itu jika PSM bisa menang maka akan menjadi peringkat pertama di liga. Tapi, PSSI menyatakan PSM tidak bisa bermain di Makassar dan harus bermain di Surabaya," jelasnya

"Apalagi Wali Kota saat itu menyebut kami tidak harus mengikuti itu dan akan bermain di liga lain, tapi saya tidak ikut bergabung karena itu bukan liga resmi, sehingga saya memilih pulang ke Malaysia," tambah Robert.

Sayang pada dua musim berikutnya setelah kembali ke PSM, tepatnya pada musim 2018, Robert gagal membawa PSM Makassar menjadi juara. Padahal peluang itu begitu dekat, tapi Persija Jakarta yang berhasil menjadi juara.

"Semua tahu PSM yang pada prinsipnya menjadi juara, tapi karena ada sesuatu hal kami gagal juara," cetus Robert Alberts.

3 dari 3 halaman

Bertekad Membawa Persib Menjadi Juara

Meraih gelar juara adalah hal yang paling luar biasa bagi setiap pelatih di dalam klub. Begitu ungkapan Robert Alberts saat menjadi pelatih tim berjulukan Maung Bandung ini.

"Yang ingin saya dapat bersama Persib, kami mengubah tim dari musim lalu karena ada ketidakseimbangan di dalam tim. Ada banyak talenta, tapi tidak bisa mengembangkan talenta tersebut jika tidak bermain," ujar Robert.

"Jadi kami mengubah tim, dan pada 2020 ini memulai dengan catatan yang bagus, tiga kemenangan beruntun dan satu-satunya yang bisa melakukan hal itu di liga sejauh ini. Jadi kami sudah mengerjakan pekerjaan rumah dengan benar karena tim sudah lebih seimbang, kedalaman skuat juga lebih baik di setiap posisinya."

"Saya mencoba membawa ke dalam ingatan saya, di mana dalam karier sepak bola saya, mimpi saat ini adalah meraih gelar juara bersama Persib," ungkap pelatih berusia 65 tahun ini.

Video Populer

Foto Populer