Sukses


Kiprah Charis Yulianto: Bersinar di PSM, Meraih Trofi di Sriwijaya FC

Bola.com, Makassar - Charis Yulianto termasuk bek tengah terbaik yang pernah beredar di Liga Indonesia. Meski mengawali karier profesionalnya bersama Arema Malang, jebolan PSSI Barretti menjadi sorotan ketika dua musim memperkuat PSM Makassar.

Duetnya bersama Jack Komboy di lini belakang jadi trade mark Juku Eja pada musim 2003 dan 2004.PSM memang akhirnya hanya dua kali beruntun bertengger sebagai runner-up.

Tapi, secara kualitas, skuat besutan mendiang Miroslav Janu dinilai pantas juara. Buktinya, enam pemainnya yakni Charis Yulianto, Jack Komboy, Irsyad Aras, Ortizan Solossa, Syamsul Chaeruddin dan Ponaryo Astaman secara reguler mendapat panggilan tim nasional Indonesia berkat aksi mereka bersama Juku Eja.

Belum lagi di sektor pemain asing. PSM memakai jasa sejumlah bintang seperti Oscar Aravena, Cristian Gonzales, Ronald Fagundez, Abanda Herman dan Jorge Toledo.Seperti diketahui langkah PSM dihentikan Persik Kediri pada Liga Indonesia 2003 yang menerapkan sistem kompetisi penuh.

Musim berikutnya, giliran Persebaya memupus ambisi Juku Eja. Persebaya meraih trofi juara berkat unggul selisih gol atas PSM. Dimana kedua tim sama-sama mengoleksi poin 61.

Saat menangani PSM Makassar, Janu mererapkan pola 4-4-2 yang terbilang baru di Indonesia. Mayoritas klub memakai tiga pemain belakang. Itulah mengapa duet Jack Komboy-Charis Yulianto berperan penting di lini belakang. Khususnya Charis yang tidak hanya berperan sebagai pengawal striker tapi juga kerap menjadi pembangun serangan tim.

 

Video

2 dari 3 halaman

Testimoni

Herman Kadiaman, staf pelatih PSM saat itu, punya cerita tersendiri tentang Charis. Menurut Herman, Charis datang ke Makassar atas rekomendasi langsung Erwin Aksa yang memegang kendali manajemen Juku Eja. Meski begitu, Janu yang dikenal disiplin dan fair tetap memberi perlakuan yang sama terhadap pemain.

"Saat itu, Janu menilai Charis agak lemah pada kaki kirinya. Dia pun mengintruksikan Charis lebih sering menggunakan kaki kirinya saat menendang. Pemain lain pun diminta memeberikan bola ke arah kaki kiri Charis," ungkap Herman kepada Bola.com, Senin (22/6/2020).

Charis yang memang disiplin dan taat dengan intruksi pelatih dengan cepat bisa beradaptasi.

"Saat itu, Janu bilang ke Charis, kamu akan menjadi bek yang bagus kalau mampu menggunakan kedua kaki dengan baik. Apalagi kamu bisa membaca permainan dengan baik."

Mental profesional sebaga pemain membuat Janu kerap menugaskan Charis sebagai pemimpin rekan-rekannya dilapangan PSM. Ia bergantian dengan Ponaryo yang didapuk sebagai kapten utama Juku Eja.

Di luar lapangan, Charis juga dikenal sebagai pribadi yang ramah. Baik dengan tim atau suporter. Seperti diungkap pentolan suporter PSM, Andi Coklat.

"Bagi kami saat itu, Charis sudah seperti pemain asli Makassar. Selain cara mainnya yang lugas, ia juga akrab dengan suporter," kata Coklat.

3 dari 3 halaman

Juara bersama Sriwijaya FC

Selepas dari PSM pada 2004, Charis bertualang pada sejumlah klub. Diantaranya Persija Jakarta, Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persela Lamongan sebelum kembali ke Arema Malang.

Sebagai pemain, ia melengkapi pencapaiannya dengan meraih trofi juara Liga Indonesia musim 2007-2008 bersama Sriwijaya FC. Di klub asal Palembang itu pula, Charis dua kali mengenggam trofi Piala Indonesia 2009 dan 2010. Ia pun meraih penghargaan sebagai bek terbaik Piala Indonesia 2009.

Di level Timnas Indonesia, alumnus PSSI Baretti ini pernah memperkuat tim nasional senior di Piala Tiger (AFF) 2004 dan 2008.

Ia pun jadi pilar timnas yang sempat mencuri perhatian di Piala Asia 2007.Setelah gantung sepatu, Charis melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Ia kini berstatus asisten Mario Gomez di Arema FC pada Liga 1 2020. Musim sebelumnya, keduanya juga berkolaborasi di Borneo FC.

Video Populer

Foto Populer